Mohon tunggu...
ZULFIAN SYAH
ZULFIAN SYAH Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Alam Takambang Jadi Guru

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belajar Matematika, Belajar Kehidupan [Bag. 2]

29 April 2018   23:16 Diperbarui: 29 April 2018   23:39 1081
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagaimana penulis paparkan pada artikel sebelumnya, yakni "Belajar Matematika, Belajar Kehidupan" bahwasanya setiap cabang ilmu pengetahuan, senantiasa terkandung di dalamnya nilai-nilai kehidupan. Nilai moral, sosial, religius/agama, dan lain sebagainya. Dapat diperhatikan, bahwasanya pelajaran Fiqh ataupun Aqidah Akhlak, sangat erat hubungannya dengan nilai-nilai kehidupan yang diwujudkan melalui nilai-nilai agama.

Begitu pun halnya dengan cabang eksak, seperti halnya Matematika. Di dalamnya terdapat pembelajaran demi pembelajaran yang dapat kita ambil darinya sebagai nilai-nilai kehidupan. Tak sekedar hitung-hitungan, memecahkan permasalahan angka, ataupun menggambar grafik. Namun di dalamnya terkandung nilai demi nilai yang harus kita perhatikan, ambil, serta kita amalkan dalam kehidupan.

Pada pembahasan kali ini, penulis akan mengaitkannya dengan Teorema.

Apa yang terlintas di pikiran kita ketika mendengar kata Teorema...?

Sebelumnya, apa sih Teorema itu...?

Mari kita perhatikan dan pahami secara seksama.

Teorema adalah sebuah pernyataan, sering dinyatakan dalam bahasa alami yang dapat dibuktikan atas dasar asumsi yang dinyatakan secara eksplisit ataupun yang sebelumnya disetujui. Dalam logika, sebuah teorema adalah pernyataan dalam bahasa formal yang saat diturunkan dengan mengaplikasikan aturan inferensi dan aksioma dari sebuah sistem deduktif. (Wikipedia Bahasa Indonesia)

Secara sederhana, Teorema sangat erat hubungannya dengan yang namanya pembuktian. Setiap bertemu Teorema, yang akan dilakoni berikutnya adalah pembuktian, pembuktian, dan pembuktian. Karena itulah hakikatnya. Meskipun sudah begitu banyak orang yang telah membuktikan Teorema demi Teorema tersebut, baik dari Golongan Matematikawan, Dosen/Guru, ataupun Mahasiswa, namun hal itu tidak membuat teorema berhenti untuk dibuktikan. Mengapa demikian...?

Salah satu alasannya sederhana, karena semua itu belum tentu benar.

Bukankah demikian...?

Ketika ada seratus orang, sembilan puluh sembilan diantaranya menjawab benar dan satu orang menjawab salah. Jadi, di sini siapa yang benar dan siapa yang salah...? Apakah yang satu orang itu salah atau yang sembilan puluh sembilan...? Dalam hal ini, belum tentu orang yang sembilan puluh sembilan itu benar ; belum tentu orang yang satu itu salah. Jadi, mana yang benar...? Tidak perlu kita mencari siapa yang benar dan siapa yang salah, tetapi yang perlu ialah kita membuktikannya sendiri, hingga kita mendapati kebenaran akan kedua pernyataan tersebut. Maka dari itu, perlu yang namanya pembuktian serta penganalisaan lebih lanjut, agar kita menemukan alasan serta kenyataan yang sebenarnya. Jadi, jangan langsung percaya akan suatu hal, walaupun banyak yang menyatakan itu benar, sebab belum tentu mereka benar ; belum tentu juga mereka salah. Maka dari itu telaahlah terlebih dahulu hingga terlihat apa yang ada sebenarnya.

Ada pun pelajaran yang dapat kita ambil dari hal tersebut ialah :

1. Teguh Akan Prinsip

Ketika kita memiliki prinsip dan prinsip itu berlandaskan dasar yang benar, pertahankan prinsip tersebut. Jangan biarkan ia terombang-ambing meski badai besar kian menerjang. Walau kita hanya satu orang yang berprinsip akan hal itu, sementara yang lainnya bertolak belakang dari prinsip tersebut, maka perjuangkanlah prinsip tersebut jikalau memang benar.

2. Jangan Mudah Percaya

Jangan mudah percaya di sini bermaksud untuk menjadikan kita memiliki keinginan untuk menuntaskan apa yang patut kita tuntaskan. Walau sudah banyak orang yang membuktikan kebenaran dari hal itu, tetapi kita harus tetap membuktikannya. Karena itu merupakan sebuah ilmu, yang mana akan diajarkan kepada generasi mendatang, bukan...? Jadi, jangan mudah percaya di sini bertujuan untuk menjadikan kita memiliki keinginan untuk menuntaskannya serta membuktikannya sendiri. Tak berhenti di situ, semua berlanjut hingga ada aksi nyata hingga semuanya terbukti.

3. Pantang Menyerah dan Mandiri

Walau kita mendapati sesuatu yang sukar untuk dipecahkan, jangan mudah menyerah. Mengapa kita dituntut untuk membuktikan...? Salah satu faktornya ialah agar kita mandiri ; agar kita tidak menyerah di situ. Maka dari itu, selagi bisa mengerahkan kemampuan serta potensi yang ada dalam diri, kerahkan semua sebelum meminta bantuan kepada yang lain.

Maka dari itu, mari kita pelajari dan cermati semua yang kita temui dalm kehidupan serta jadikan diri untuk jadi mandiri dalm pemecahannya serta beriringkan rasa pantang menyerah dalam diri.

 Semoga bermanfaat. Wassalam...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun