Mohon tunggu...
ZULFIAN SYAH
ZULFIAN SYAH Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Alam Takambang Jadi Guru

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pudar

15 Maret 2018   05:35 Diperbarui: 15 Maret 2018   05:52 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sunyi-senyap sudah.

Tanpa suara tengah keramaian.

Cahaya kian redup.

Warna semakin pudar.

Kehilangan taji.

Bak singa kehilangan auman.

Hilang ; Lenyap sudah.

Tak nampak ; Tiada.

Eksistensi dipertanyakan.

Bertabur prestasi...?

Bukan karenanya.

Akan tetapi...

Di mana keberadaanmu.

Ke mana kau pergi.

Bak ditelan bumi.

Atau sembunyi...?

Mana dikau nan dulu...?

Di mana jati dirimu.

Telah hilang...?

Luntur ; Tiada lestari...?

Dulu : Sekarang.

Bertabur prestasi : Kaya akan mimpi.

Menjadi idola : Tanpa eksistensi.

Ricuh-riuh : Tak bersuara.

Kokoh-kompak : Tiada berdaya.

Terombang-ambing.

Bak pimping tepi lereng.

Ke mana hembusan angin.

Ke sana pun dikau.

Mari...!!!

Bangkit batang tarandam.

Tegakkan tiang nan sempat roboh.

Sulut api semangat dalam jiwa.

Lunturkan gentar ; Kobarkan perjuangan.

Jangan ragu.

Temukan auman (lagi).

Leburkan bersama jiwa raga.

Wujudkan jati diri.

Seperti dulu ; Lebih baik.

Nan sempat hilang ; Sementara.

Hingga suasana menjelma.

Menuju bahagia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun