"Teknologi."
Jaques Ellul (1967) mengartikan teknologi sebagai keseluruhan metode yang secara rasional mengarah dan memiliki ciri efisiensi dalam setiap bidang kegiatan manusia.
Toynbee (2004) mengatakan bahwa teknologi merupakan ciri dari adanya sebuah kemuliaan manusia, di mana hal ini membuktikan bahwa manusia tidak bisa hidup hanya untuk makan semata, namun membutuhkan lebih dari itu. Lebih lanjut ia mengemukakan bahwa teknologi dapat memungkinkan konstituen non-material dari sebuah kehidupan yang dimiliki manusia yaitu perasaan, ide, pemikiran, intuisi, dan juga ideal. Dan teknologi juga membuktikan sebuah manifestasi dari kecerdasan pikiran seorang manusia.
Dalam KBBI, disebutkan bahwa teknologi merupakan suatu metode ilmiah untuk mencapai tujuan praktis ; ilmu pengetahuan terapan ; serta keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia.
Sesuai dengan beberapa definisi di atas, dapat dimaknai bahwasanya tujuan diciptakan teknologi adalah untuk memudahkan urusan manusia.Â
Di mana banyak terdapat manfaat di dalamnya. Sehingga dengan adanya teknologi, manusia dapat melaksanakan segala urusan dengan lebih praktis dan efisien. Hal ini dapat dirasakan dalam hal apapun di setiap lini kehidupan. Seperti halnya dalam lingkungan rumah tangga, sekolah, masyarakat, dan lain sebagainya. Tapi apakah itu secara keseluruhan memunculkan dampak positif? Tanpa disadari, terdapat efek tersembunyi dari pemanfaatan teknologi tersebut. Apakah itu? Lanjutkan...!
Sebagai contoh, dengan diciptakannya kalkulator. Yang mana, kalkulator sangat memudahkan urusan Anda dalam hal hitung-menghitung, bukan? Cukup dengan menekan tombol-tombol yang ada, apa yang Anda cari bisa diketahui dalam sekejap (dengan catatan Anda paham dalam pengoperasiannya).
Mudah bukan? Tapi di sisi lain, terdapat hal yang tidak disadari. Ketika membiasakan diri untuk menyelesaikan perhitungan dengan menggunakan kalkulator, terjadi penurunan fungsi dan kinerja otak. Ketika otak tidak terbiasanya mencerna angka-angka, maka apa yang akan terjadi? Otak akan menjadi kaku ketika menghadapi permasalahan yang berhubungan dengan angka, bukan? Coba bandingkan, ketika Anda menyelesaikan permasalahan dalam hal hitung-menghitung menggunakan secarik kertas lalu menuliskannya ataupun mencernanya langung di dalam kepala dengan keadaan ketika Anda menggunakan kalkulator. Apa yang akan terjadi selanjutnya?
Ketika Anda telah terbiasa dengan pemanfaatan kalkulator secara terus-menerus dalam penyelesaian perhitungan. Satu-satunya pilihan adalah mengunakan kalulator, lagi dan lagi ketika menemui permasalah yang serupa. Pada akhirnya, apa yang akan terjadi ketika semua orang memilih untuk menggunakan kalkulator dalam hidupnya? Yang mana dengan demikian bisa menyelesaikan pekerjaan lebih cepat dan tepat (katanya).
Dahulu, banyak orang yang bisa menyelesaikan permasalahan-permasalahan matematika dalam hal hitung-menghitung, dan sekarang hampir semua orang dapat melakukan hal yang sama. Tentunya dengan syarat tertentu. Namun, ada perbedaan yang mendasar dari kedua masa tersebut.Â
Dahulu, manusia menyelesaikan perhitungan dengan menggunakan mesin hitung yang telah dianugerahkan Sang Pencipta kepada mereka, yakni otak. Memfungsikannya dengan baik dan terus-menerus mengasah dan mengasahnya. Hingga dalam keseharian mereka tidak begitu bergantung kepada alat-alat.
Sekarang, manusia mengalami perubahan signifikan. Yang mana dalam keseharian dibantu dengan alat-alat. Sehingga mereka terjebak pada yang namanya "zat adiktif" teknologi. Kecenderungan berkeinginan untuk melakukan dan menyelesaikan aktivitas dengan cepat dan mudah, membuat manusia tidak memiliki pilihan lain selain terus menggenjot dan menggenjot pertumbuhan teknologi serta pemanfaatannya. Apalagi dengan adanya kalkualator digital yang mampu memecahkan segala permasalah matematika. Baik itu permasalahan mengenai aljabar, trigonometri, ataupun permasalahan matematika lainnya.
Lihatlah, bagaimana pengaruh teknologi terhadap tumbuh-kembang anak. Di mana, seorang anak yang ketika berada dalam masa pertumbuhan dan perkembangan. Yang mana ia dijauhkan dari penggunaan teknologi (misalnya gawai) akan menunjukkan tingkah laku ataupun kepribadian yang berbeda.Â
Ketika anak yang di berikan kesempatan untuk mengetahui dan bercengkrama dengan teknologi lebih dini, ia lebih cenderung untuk menghabiskan masa perkembangannya dengan bermain game, menonton video, dan lain sebagainya. Sehingga masa mereka untuk bereksplorasi di dunia luar terbatas. Namun mereka ahli dalam dunia maya, tidak pada dunia nyata.
Perhatikan, bagaimana perkembangan anak yang ketika masa perkembangannya dijarakkan terhadap perkembangan teknologi, di mana masa tersebut mereka difasilitasi dan bercengkrama dengan krayon, cat, teman bermain, ataupun yang lainnya. Mereka akan menunjukkan perbedaan yang signifikan, bukan? Kekreatifan mereka akan diekspresikan melalui gorsan-goresan krayon ataupun cat yang akan menciptakan bentuk abstrak yang merupakan wujud dari apa yang mereka temui di sekitar zona bermain mereka.Â
Bermain dengan teman dan bercengkrama dengan anak lainnya, menjadikan mereka tahu akan kehidupan sekitar. Sehingga masa perkembangannya lebih bermakna dibandingkan mereka yang menghabiskan masa perkembangannya dengan gawai sepanjang waktu. Ketika anak-anak menghabiskan waktu sendiri, asik dengan gawai, memungkinkan mereka untuk kurang mengenali dunia luar, dan cenderung bersifat egois, serta kurang handal dalam pergaulan. Tentunya semua ini akan berdampak terhadap kepribadian mereka kedepannya, bukan?
Dari definisi yang dikemukaan oleh Toynbee sebelumnya, bahwa teknologi membuktikan sebuah manifestasi dari kecerdasan pikiran seorang manusia. Ketika manusia telah candu akan penggunaan teknologi yang ada, apakah kecerdasan pikiran mereka miliki akan meningkat, atau sebaliknya? Sebelumnya telah disebutkan bahwasanya teknologi mengakibatkan penurunan kinerja dan fungsi otak. Jadi, apa yang akan terjadi ketika hal ini terus-menerus berlanjut?
Untuk mengantisipasi semua kemungkinan yang kurang baik akan dampak teknologi dalam kehidupan, maka bijaklah dalam pemanfaatannya. Menggunakannya ketika waktu yang tepat dan memungkinkan, adalah jalan terbaik untuk Anda. Manfaatkan semua teknologi yang ada ; jangan lupa batasan-batasannya. Selagi Anda bisa menyelesaikan segala urusan dengan kemampuan sendiri, mengapa tidak!
Wassalam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H