Sesajen yang penting dalam tradisi ini adalah bubur sura dan Hasil bumi untuk dimakan dan dikuburkan. Bubur sura dibuat dari berbagai biji-bijian, yang hanya boleh dimasak dalam kendi kuali dari tanah.Â
Berbagai jenis hasil bumi, mulai dari biji-bijian, umbi-umbian dan sayuran dan buah, akan dikeluarkan pada acara tersebut dan dimakan bersama-sama. Kepala binatang ternak yang dikurbankan, biasanya akan dikubur.Â
Sedangkan tradisi sampur bawur merupakan serangkaian upacara sedekah yang dilakukan usai petani Nampek (pengolahan sawah persiapan tebar benih), kegiatan yang dilakukan untuk bermunajat kepada Tuhan Yang Maha Esa agar masyarakat terhindarkan dari bala' atau mala petaka. Kegiatan yang diisi dengan membaca ayat-ayat Alquran, zikir, dan do'a itu kemudian ditutup dengan makan bersama.Â
Baca juga : Tradisi Tunggu Tubang terhadap Masyarakat Semende
Tradisi semua itu hanya melambangkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah diberikan kenikmatan dalam hidup dan pengamalan terhadap sila sila pancasila.Â
Pengamalan sila ke 1, bahwa masyarakat kota Tuban mempercayai bahwa Tuhan itu ada dan yang telah memberikan semua rahmat dan kesehatan sehingga melakukan bentuk rasa syukur.Â
Pengamalan sila ke 2, bahwa bumi ini hari selalu kita jaga seperti menjaga laut, tanah yang harus tetap subur, karena manusia harus memiliki adab.Â
Pengamalan sila ke 3, masyarakat Tuban telah melestarikan tata nilai tradisional bangsa dan mengangkat kerukunan antar sesama yang menciptakan rasa persatuan satu antar yang lainnyaÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H