Mohon tunggu...
zulfia nurizza
zulfia nurizza Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Akuntansi Universitas Airlangga

melihat pemandangan, mendengarkan lagu, menonton film

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ditengah Invasi, Rubel Menjadi Mata Uang Terkuat di Dunia, Kok Bisa?

10 Juni 2022   21:35 Diperbarui: 10 Juni 2022   21:59 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Invasi yang dilakukan oleh Rusia ke Ukraina sejak 24 Februari 2022 yang dilatar belakangi oleh Presiden Rusia Vladimir Putin yang ingin menguatkan pengaruhnya di Ukraina atau yang menurut pihak Rusia kegiatan militer mereka ini ditujukan untuk menghentikan pembantaian yang telah berlangsung selama 8 tahun pada masyarakat di wilayah Donbass, 

tentu memberikan berbagai dampak negatif untuk negara dengan julukan Negeri Beruang Merah ini. Terhitung sejak menggencarkan invasi ke Ukraina, dalam kurun waktu satu bulan, Rusia menerima lebih dari 5000 sanksi baru yang menjadikannya sebagai negara penerima sanksi terbanyak di dunia saat ini, melebihi sanksi yang diberikan pada Suriah, Iran serta Korea Utara.

Berbagai sanksi keuangan yang diterima tersebut diantaranya, pengeluaran 7 bank Rusia dari sistem SWIFT serta Rusia yang dibekukan dari keanggotaan jaringan keuangan dunia (SWIFT) yang menyebabkan warga negara nya tidak bisa melakukan transaksi keuangan elektornik di luar Negara Beruang Merah itu. 

Selain itu, aktivitas pencairan sebagian besar aset pada Bank Sentral Rusia turut diblokir yang dapat mencegahnya untuk memanfaatkan dana kekayaan negara darurat atau bisa disebut National Wealth Fund (NWF).

Sektor migas dan pertambangan yang menjadi pamungkas Rusia dalam kegiatan ekspornya ini pun mengalami hambatan dengan adanya larangan ekspor-impor produk tertentu, serta adanya pembatasan investasi dan penutupan wilayah udara dan akses masuk ke Negara Beruang Merah ini turut menjadi resiko yang diterima sebagai dampak invasinya ke Ukraina.  

Tak hanya itu, berbagai perusahaan multinasional pun turut memberhentikan sementara aktivitas bisnis nya di Rusia, seperti McDonald's, Zara, Apple dan lainnya.

Lalu, dengan berbagai rintangan ekonomi yang dihadapi dan sanksi ekonomi yang diterimanya, bagaimana cara Rubel, mata uang Rusia, menjadi mata uang terbaik di dunia?  Dikutip dari finance.detik.com sejak kamis (9/6/2022) Rubel Rusia menjadi mata uang dengan performa terbaik di dunia sepanjang tahun ini, 

yang menguat sebanyak 2,2% terhadap dolar ke level 59,66/dolar yang sebelumnya berada dalam kisaran 60 hingga 62,25/dolar. Kenaikan ini, menyebabkan Rubel menjadi mata uang dengan urutan tertinggi dari lima mata uang yang menguat dibandingkan 36 mata uang lain yang turun.

Berbagai cara tentunya dilakukan oleh Negara Beruang Merah ini untuk membalikkan keadaan. Diantaranya, mata uang Rusia mampu membalikkan keadaan setelah Bank Sentral Rusia menaikkan suku bunga menjadi 20% dari yang awalnya hanya 9,5% beberapa hari setelah perang pecah. 

Rusia juga menerapkan Capital Control, yang mana perusahaan Rusia diwajibkan untuk mengkonversi 80% valuta asingnya menjadi Rubel, serta kegiatan ekspor minyak dan gas yang ditujukkan  negara-negara Eropa diwajibkan menggunakan Rubel sebagai pembayaran. Dengan adanya tiga kebijakan tersebut, menyebabkan Rusia menjadi negara dengan mata uang yang paling kuat diantara mata uang lain yang menguat.

Sumber:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun