Mohon tunggu...
zulfa wati
zulfa wati Mohon Tunggu... Penulis - One Action for Unlimited Contribution

Menulis adalah sebuah nafas yang secara continu bergerak dengan dinamis dan fluktuatif. Yang terpenting dalam diri ini adalah menjaga stable and balanced untuk terus menulis. Menulis penting! Ingat pepatah "Satu peluru hanya bisa menembus satu kepala, namun satu tulisan mampu menembus ribuan bahkan jutaan kepala." Sayid Quthb

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Korelasi Pemaknaan Piranti Pertanian dengan Nasehat Agama

4 Januari 2022   18:00 Diperbarui: 4 Januari 2022   18:04 983
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia sebagai negara agraris dengan mayoritas penduduk bekerja dibidang pertanian tentunya tidak terlepas dengan piranti (alat) pertanian sebagai piranti pokok. Piranti pertanian tentunya sudah banyak dikenal oleh khalayak umum terkait macam dan kegunaannya. Namun belum banyak yang mengetahui ternyata dibalik penamaan piranti pertanian terdapat nasihat agama yang memiliki hubungan erat dengan kehidupan manusia sehari-hari.

"Piranti pertanian iku akeh jinise kayata pacul lan luku. Pacul iku ono garane jenenge dhoran. Pacul, dhoran lan luku iku anduweni teges dewe-dewe. Dhoran ateges ojo maido karo pangeran, pacul ateges sipat papat ojo ucul, lan luku ateges melua aku." (Peralatan pertanian itu banyak macamnya seperti cangkul dan luku. Cangkul itu memiliki garan/pegangan namanya dhoran. Cangkul, dhoran dan luku itu memiliki arti sendiri-sendiri. Dhoran maknanya jangan mencela kepada Sang Pencipta, cangkul maknanya sifat empat jangan lepas, dan luku maknanya ikuti aku) Ucap Mbah Darmo.

Berikut penjelasan dari makna beberapa piranti pertanian tersebut:

  1. Dhoran (ojo maido pangeran). Pemaknaan ojo maido pangeran yaitu kita sebagai manusia tidak boleh mencela kepada Sang Pencipta. Setiap apa yang ditakdirkan dalam kehidupan kita harus dijalani dengan setulus hati dan diiringi dengan rasa syukur. Karena dengan bersyukur justu akan menambah kedamaian dan ketentraman hidup, sehingga hidup tidak terasa terbebani.  
  2. Pacul (sipat papat ojo ucul). Pemaknaan sipat papat ojo ucul yaitu kita sebagai manusia harus senantiasa mengingat hakikat hidup yaitu beribadah kepada Sang Pencipta. Menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya dengan hal yang baik. 
  3. Luku (melua aku). Pemaknaan melua aku yaitu kita hidup didunia harus mengikuti perintah-Nya. Luku dalam piranti pertanian dilengkapi dengan pecut (sejenis cambuk terbuat dari bambu yang diuntai menjuntai) yang digunakan untuk mencambuk sapi jika keluar jalur dan pasangan yang digunakan untuk meletakkan sapi. Luku dan piranti pelengkapnya bermakna manusia hidup dengan aturan dan harus berkenan/mau untuk diatur. Ketika keluar dari aturan/perintah maka akan diberikan sanksi agar kembali pada jalan yang benar/ sesuai dengan aturan/perintah. 

Mbah Darmo (81 tahun) menyampaikan bahwa dizaman para wali banyak media yang digunakan sebagai dakwah dalam menyebarkan Agama Islam. Dimana setiap media yang digunakan sangat dikaitkan dengan petuah atau nasehat yang memiliki korelasi dengan kehidupan, hal tersebut bertujuan agar manusia semakin ingat akan hakikat hidupnya didunia dan senantiasa berbuat baik. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun