Ayah... Ibu... Maafkanlah aku, jika sikapku sering menyakiti hatimu, maafkanlah aku, yang tidak bisa memenuhi harapanmu.
Ayah... Jerih payah mu terukir dalam ingatanku, berusaha menafkahi keluarga kita, meski kelelahan terus melandamu.
Ibu .. kasih mu begitu tulus, cintamu terus melindungi ku, maafkanlah aku, yang sering merepotkan mu.
Jujur saja.. harapanmu terkadang membebaniku, namun aku tau, engkau hanya ingin yang terbaik bagiku.
Maafkanlah aku, jika sikapku, terkesan acuh tak acuh kepadamu, namun aku tak bermaksud begitu.
Sikapku yang dingin ini, bukan berarti aku membenci, aku hanya ingin dipercaya olehmu, duhai orang tuaku.
Aku pun tertawa didalam hati, dengan wajah yang datar ini, ketika melihat kalian, bercanda... Aku sungguh bahagia.
Jalan hidupku memang penuh duka, badai pun tak jarang menerpa, tapi percayakan saja, pada tekad baja anakmu ini.
Jauh di lubuk hatiku, aku sangat menyayangimu, aku pun ingin mewujudkan kebahagiaanmu.
Aku pun tahu, bagi kalian berdua, melihatku bahagia , merupakan kebahagiaan kalian.
Kehidupanku memang payah, tak jarang membuatku lelah, tapi keyakinanku tak kan hilang, walau badai datang menerjang.
Tenang saja..., matahari pun menyemangati ku, membuatku siap, menghadapi terjangan ombak kehidupan.
Apakah kalian tahu?, nasehatmu bagaikan pelita yang menerangi ku, dalam heningnya kegelapan pikiranku.
Doamu bagai cahaya harapan, yang memberiku kekuatan, menuntunku..., menuju kesuksesan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H