Mohon tunggu...
Zulfan Fauzi
Zulfan Fauzi Mohon Tunggu... Novelis - Prosais, penulis

Penulis asal Gambut, daerah yang terjebak di antara Banjarmasin dan Banjarbaru

Selanjutnya

Tutup

Music Artikel Utama

Viva Dangdut: Dangdut Adalah Semesta yang Lain

10 Januari 2024   13:43 Diperbarui: 21 Januari 2024   01:41 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi. Sebuan radio untuk mendengarkan lagu dangdut.

Barangkali kebanyakan dari kita tidak akan mengira bahwa musik dangdut punya daya tahan yang luar biasa dalam mengarungi zaman, seperti yang ditunjukkanya hingga saat ini. Musik yang semula seringkali dianggap kampungan, karena mengakar kuat di pinggiran kota dan memiliki basis penikmat dan peminat sejatinya adalah warga kampung yang identik dengan kurangnya pendidikan.

Berakar dari musik Melayu yang sepanjang perjalanan bertumbuhnya mengalami berbagai persinggungan dengan berbagai genre musik yang berkelindan sekitarnya. Seperti musik Gambus dari Arab, musik India karena pengaruh film-film Bollywood yang masuk ke Indonesia, dan juga pengaruh musik Rock yang berasal dari Barat. Dan penjelasan tentang kelahiran dangdut ini bisa kita dapati dengan mendengarkan dan meresapi sepenuhnya sebuah lagu dari Rhoma Irama yang berjudul "Viva Dangdut".

Ini musik Melayu
Berasal dari Deli lalu kena pengaruh 
Dari Barat dan Hindi
 (Viva Dangdut~Rhoma Irama)

Asal kata dangdut sebagai sebuah genre musik yang semula disebut sebagai Orkes Melayu ini pun dapat pula kita temui dari lirik lagu "Viva Dangdut".

Dalam lirik itu dijelaskan bahwa sebutan dangdut itu sebenarnya tidak lain dan tidak bukan hanya sebuah Onomatope alias tiruan bunyi dari suara ketukan gendang yaitu "dang dang dut dang dang dut".

Dang dut dang tang Dang dut dang tang
Dang dut dang tang Dang dut dang tang

Dangdut suara gendang
Ditabuh-ditabuh berulang 
Dangdut suara gendang
Sekarang ramai menjadi sebutan
(Viva Dangdut~Rhoma Irama)

Sebagai sebuah genre musik yang "nggak nge-pop" alias tidak termasuk populer karena segmented alias hanya untuk sebagian orang saja, dangdut memiliki daya tahan dan keuletan luar biasa dalam menghadapi gempuran zaman.

Entah disadari atau tidak, daya tahan musik dangdut dalam menghadapi gempuran kemajuan zaman, boleh jadi karena kemampuan musik dangdut dalam menyerap semua yang ada sekitarnya--segala yang sedang ngetren di masanya. Persis bagaimana proses kelahirannya dulu, yaitu musik melayu yang menyerap segala hal yang sedang booming di eranya.

Pula, karena kerap dianggap musik rakyat(kampungan), dangdut memiliki keunggulan yaitu mampu menyuarakan "suara" orang-orang yang hidup di pinggiran. Dan itu bisa kita dapati dalam keluasan tema yang digarap oleh dangdut.

Apa yang luar biasa dari musik dangdut dibandingkan genre musik yang lain? Mungkin salah satunya adalah keluasan tema yang dapat digarap untuk menjadi lagu. Tidak melulu jatuh cinta atau patah hati seperti segala hal yang nge-pop itu, dangdut adalah semesta yang lain.

Pernahkah Anda mendengar ada musik Jazz yang konon identik dengan mereka yang berpendidikan, atau mungkin blues, memiliki lagu dengan tema siksa kubur? Seperti yang menjadi hits andalan dari Ida Laila.


Dalam lagu "Siksa Kubur", Ida Laila dengan gamblang dan tanpa tedeng aling-aling menggambarkan siksa kubur.

Dalam lagu ini dijelaskan bahwa terdengar rintihan dan juga tangisan dari dalam kubur bagi insan yang berdosa saat ia hidup. Bahwa si pendosa itu bahkan mengalami yang namanya dihimpit bumi alias "digencet"sampai tulangnya hancur lebur dan juga gosong karena terbakar oleh api.

Misal yang lain, kita ambil contoh lagu "Melanggar Hukum" yang sering dibawakan di acara resepsi perkawinan di Kalimantan Selatan. Tema yang diangkat dalam lagu ini menggunakan sudut pandang seorang pelakor. Sebuah tema yang kemungkinan besar juga tidak akan terpikirkan untuk digarap dalam genre musik lain.


Dalam lagu "Melanggar Hukum" bahkan si pelakor seakan berani mempertanyakan--bahkan menggugat--tatanan yang ada, seperti yang bisa kita temukan dalam lirik lagunya yang berbunyi, Apakah aku telah melanggar hukum? Jika mencintai suami orang lain.

Kemudian di lagu yang lain, seperti dalam lagu "Alamat Palsu" yang dipopulerkan oleh Ayu Tingting. Tema yang dibawakan adalah kekecawaan seorang kekasih yang tidak bisa bertemu dengan kekasih hatinya--yang ternyata sudah memberinya sebuah alamat palsu--berarti ia telah dibohongi selama ini. Dan lebih dari itu, kebohongan si kekasih yang telah memberikan alamat palsu juga berindikasi bahwa sesungguhnya ia adalah seseorang yang tidak setia.

Lalu ada lagu yang menawarkan tema yang sedikit ganjil, tapi ternyata malah sukses disukai banyak orang. Misalnya adalah "Ratapan Anak Tiri" yang menjadi salah satu hits andalan Mama Iis alias Iis Dahlia ini.


Konon suatu karya tidak lahir dari kekosongan. Ia adalah respon terhadap keadaan saat karya itu diciptakan. Maka, para pendengar pasti paham bahwa lagu "Judi" dari Bang Haji Rhoma Irama itu adalah respon beliau terhadap mereka yang gila judi, mereka yang kehilangan produktifitas, menggadaikan harta milik sendiri--bahkan milik keluarga, seperti yang kembali marak saat ini yaitu judi slot.

Seperti segala mahakarya yang lahir di muka bumi ini, ia selalu bertahan terhadap gilasan waktu, ia selalu aktual, ia selalu bisa dinikmati kapan saja. Dan begitulah lagu "Judi" yang senantiasa bisa dengarkan kapan saja. Lagu "Judi" juga menunjukkan kepiawaian musik dangdut sebagai genre dan Bang Haji sebagai seorang musisi, karena memasukkan semacam "cabikan" bunyi gitar yang kentara sekali seperti dalan musik Rock.


Dangdut dan keluwesan mereka dalam menggarap tema dan musik, mungkin adalah kunci utama kenapa mereka yang kerap dilabeli "kampungan" tetap bertahan meski terus digerus zaman. Pula, mungkin ini juga sudah menjadi rahasia umum ketika bunyi suling dan gendang dimainkan, sulit untuk untuk membuat para pendengarnya tidak bergoyang--bahkan mereka yang kerap menganggap dangdut itu musik yang kampungan.

***

Gambut, 10 Januari 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun