Produsen adalah suatu individu atau kelompok yang melakukan produksi untuk menciptakan atau meningkatkan nilai jual dan nilai guna atas kehadiran barang maupun jasa yang memiliki tujuan spesifik dalam pemenuhan sejumlah kebutuhan setiap masyarakat di ranah. Kendati demikian kalau kita berpijak pada keterangan yang termaktub dalam pasal 1 ayat 3 UU No. 8 tahun 1999 terkait perlindungan konsumen, melakukan pergantian atas kata produsen untuk selanjutnya ditetapkan sebagai pelaku usaha. Adapun representasi dari produksi dapat dikaitkan dengan mekanisme pengadaan barang maupun jasa dalam waktu yang telah ditentukan untuk kemudian menghadirkan nilai yang berbalik pada perusahaan atau lembaga usaha terkait tersebut.
Implementasi teori perilaku produsen berhubungan dalam pemahaman ekonomi mikro, teori produsen sangat penting karena membantu produsen dalam membuat keputusan untuk memaksimalkan keuntungan dan efisiensi dalam berbagai kondisi ekonomi. Teori ini juga penting untuk analisis pasar dan pengambilan keputusan strategis perusahaan.
A. Teori Produksi
1. Faktor-Faktor Produksi
Teori perilaku produsen menjelaskan mekanisme produsen saat bertindak memproduksi barang dengan selalu berusaha mencapai ke efektifan dalam melangsungkan skema produksi secara komprehensif. Lebih lanjut kalau mereka yang bertalian dalam bidang tersebut senantiasa mengerahkan segenap usaha untuk menghadirkan hasil dalam mekanisme produksi seoptimal mungkin yang mana di satu sisi melakukan penekanan atau sejumlah faktor produksi dengan taraf yang terbilang efisien dengan maksimal. Segala macam kebutuhan yang diperlukan untuk mempercepat proses produksi dikenal sebagai faktor produksi. Faktor-faktor ini umumnya sangat berpengaruh dalam kegiatan produksi, jadi harus selalu tersedia. Berikut adalah macam-macam faktor produksi:
- Tenaga Kerja (SDM)
Proses produksi memerlukan SDM, terutama produksi skala besar. Namun belakangan ini, teknologi telah membawa banyak inovasi dan kemajuan, seperti penggunaan robot untuk memproduksi barang. Meskipun penggunaan teknologi ini mengurangi kebutuhan perusahaan untuk merekrut pekerja dalam jumlah besar, namun tetap dibutuhkan pekerja manusia sebagai operator mesin robot.
- SDA
Para pelaku usaha senantiasa membutuhkan yang namanya bahan baku dengan sumbernya secara pokok mengarah pada SDA dengan efek dependensi perihal ketersediaannya. Maka dari itu bisa ditarik benang merah kalau SDA tidak ada maka sudah bisa dipastikan untuk skema produksi menjadi terhenti saat itu juga. Kendati demikian ada sejumlah SDA yang dapat diupayakan pengadaannya dengan mekanisme yang berkelanjutan. Tapi perlu dipahami kalau ada juga jenis SDA yang tidak langsung mencakupi semua kebutuhan karena butuh waktu yang tidak terbilang sebentar untuk mencapai proses regenerasi yang diinginkan.
- Modal
Pelaku bisnis sudah semestinya mempunyai sejumlah modal yang terbilang cukup untuk menyukseskan kepentingan pembelian atas bahan baku sekaligus pembayaran kepada para pekerja yang memang dibutuhkan untuk kepentingan pengadaan dari nilai barang ataupun jasa sebagai bagian dari perputaran produksi. Jika modal tidak mencukupi, produksi atau pembelian bahan baku dapat tertunda. Tentu saja, hal ini akan secara langsung menghambat produksi, termasuk kegiatan bisnis secara keseluruhan.
- Kewirausahaan
Kemampuan pebisnis dalam mengelola usahanya akan memengaruhi keberhasilan operasi produksi. Sejak awal, pebisnis harus memiliki jiwa dan kemampuan berwirausaha yang baik, termasuk kemampuan untuk menghadapi tantangan yang mungkin muncul dalam bisnis mereka, penting dipahami kalau kedudukan pebisnis di sini harus senantiasa mengedepankan kecakapan dalam penetapan sekaligus pengambilan putusan yang terkategorisasi bijak dan terbaik
- Teknologi
Banyak faktor produksi yang juga berhubungan dengan teknologi, yang secara khusus mengarah pada keberadaan lembaga usaha secara masif dengan mengedepankan segala hal yang melibatkan penggunaan sistem secara terkomputerisasi maupun robot tertentu. Lebih lanjut bahwa dengan penguasaan berbasis teknologi informasi yang diperuntukkan bagi kelangsungan skema produksi menjadi aspek yang memberikan kemudahan serta menghemat waktu, tenaga dan biaya. Dengan teknologi pemrograman, karyawan manusia dapat fokus pada manajemen.
2. Fungsi Produksi
Paparan yang menerangkan terkait sejumlah faktor produksi juga memiliki korelasi dengan kebersihan produksi yang menjadi benang merah atas terkoneksinya input dengan hasil yang disebut sebagai luaran alias output. Sementara formulasi atas persamaan, mengacu pada pelabelan fungsi produksi dengan menegaskan korelasi terkait input yang dilibatkan ketika skema produksi dilangsungkan akan untuk menghadirkan luaran alias output. Pengkodean huruf Q mengarah pada representasi output. Sedangkan pengkodean untuk huruf K, L, R, dan T merepresentasikan sebagai input yang mana besarnya atas output tersebut memiliki efek dependensi pada input yang telah dilibatkan dalam skema produksi. Perlu dipahami kalau luaran output biasanya sebanding dengan input yang dilibatkan di dalamnya mulai dari penetapan modal kemudian terkait tenaga kerja lalu ada korelasi dengan SDA hingga pemanfaatan dari perspektif teknologi dan tiap kali input dilakukan peningkatan. Maka, hal ini juga berimbas pada output yang senantiasa bertambah pula. Perlu dipahami kalau produksi bisa melibatkan sejumlah faktor produksi atau input dengan mekanisme yang lebih efisien untuk mendapatkan hasil secara lebih maksimal.
B. Model Produksi
1. Produksi Satu Variabel
a. Bahasan yang mengarah pada menganalisiskan secara berjangka pendek mengarah pada mekanisme produksi dengan melibatkan satu faktor atas produksi variabel di mana para ekonomi telah melakukan pembagiannya dalam perwujudan modal dan tenaga kerja sewaktu proses alokasi dari faktor produksi tersebut diupayakan. Perlu dijelaskan di sini bahwa maksud dari fungsi produksi mengarah pada korelasi yang begitu kuat dari aspek matematis dengan melakukan penggabungan antara sejumlah faktor produksi yang kemudian menghadirkan luaran secara maksimal seperti yang dipaparkan dalam formulasi hitung di bawah:
Q= f (K,L)
- Q= Tingkat Output
- K= Barang Modal
- L= Tenaga Kerja
b. Produksi Total, Produksi Marjinal, dan Produksi Rata-Rata
1. Kuantitas atas jumlah produksi yang berhasil dihasilkan melibatkan penggunaan satu unit atas produksi secara total mengarah pada pelabelan yakni produksi total itu sendiri
TP= f(K,L)
- TP= Produksi Total
- K = Barang Modal
- L = Tenaga Kerja
Kalau berpijak dari perspektif matematis TP di sini khususnya yang secara maksimum mengarah pada turunan secara pertama yang bersumber dari fungsi ketika nilai yang dihasilkan yakni 0 adapun ketika turunan pertama dari fungsi bernilai MP maka TP dari segi maksimum pada saat MP tersebut yakni sama yang ditetapkan sebagai 0.
2. Bahasan selanjutnya mengarah ke produksi marginal di mana hal tersebut dapat dilabeli sebagai produk tambahan karena melibatkan satu faktor produksi. Jika berpijak pada keterangan yang termaktub dalam MP = produksi marginal bisa dipahami bersama kalau MP lebih besar 0 mengindikasikan lembaga usaha terkait senantiasa bisa mengupayakan penambahan dari aspek tenaga kerja. Adapun ketika MP kurang dari 0 maka mekanisme penambahan tenaga kerja justru hanya akan mendatangkan konsekuensi berupa penurunan produksi secara totalnya. Ketika MP mengalami penurunan hal ini menerangkan kalau hukum pertambahan hasil mengalami penurunan di mana hal ini menjurus pada the law of deminishing return sudah terjadi.
3. Produksi rata-rata dapat dilabeli sebagai luaran secara rerata terkait hasil per unit dari faktor produksi yang dilibatkan dalam kegiatan operasional.
- AP= Produksi Rata-Rata
- TP= Total Produk
- L= Tenaga Kerja
Ketika turunan pertama dari fungsi AP yakni 0 kemudian AP akan mengalami peningkatan secara maksimum jadi dari perspektif matematika AP = MP maka MP senantiasa melakukan perpotongan terkait AP dan AP sendiri akan mencapai derajat secara maksimal.
2. Produksi Dua Variabel
Bagian ini dapat dikategorikan sebagai kombinasi faktor produksi variabel guna menghadirkan luaran secara berkesinambungan yang sama di mana untuk kasus tersebut yang terbilang mudah mengarah ke faktor produksi dari mekanisme modal sekaligus tenaga kerja yang dilibatkan di dalamnya. Jadi saat lembaga usaha tertentu hendak melaksanakan peningkatan atas hasil dari produksinya mereka senantiasa mengerahkan penambahan atas dua variabel yang telah dipaparkan sebelumnya berikut contoh dari formulasi persamaannya:
Q= f (L,C)
- Q= Output atau jumlah produksi
- L= Labour atau tanaga kerja
- C= Capital, modal, peralatan (input variabel)
Melalui paparan di atas dapat teridentifikasi kalau kurva isoquant merefleksikan hasil atas produksi yang secara sama dan untuk kategorisasi dari garis isoqost merepresentasikan biaya dalam konteks produksi yang juga dengan kategorisasi sama.
a. Isoquant (Kurva Produksi Sama)
Hal ini dapat didefinisikan sebagai perwujudan kurva yang melakukan penggabungan atas input dua variabel untuk menghadirkan output secara sama dalam kadarnya. Adapun bentukannya sendiri mirip sebagai kurva indiference dan tidak termuat garis yang sifatnya lurus ataupun vertikal hingga horizontal.
Kurva isoquant di sini mengantongi sejumlah ciri khas mulai dari kemiripan negatif dan cembung menuju ke titik asal contohnya kurva dengan tidak melibatkan perpotongan, kemudian bisa juga terepresentasi sebagai kurva perpotongan yang mana lebih dekat dengan daerah asal dikarenakan derajat produksi yang terbilang lebih tinggi, jadinya Q₁ < Q2.
b. Isoqost (Garis Ongkos Sama)
Merepresentasikan sebagai kurva atas pengeluaran biaya yang dilibatkan produsen untuk menghadirkan mekanisme produksi di periode tertentu yang sudah ditetapkan.
Kurva isoqost mempunyai slope negatif yang mana ketika output ditingkatkan hal tersebut harus meninggalkan input dari segi variabelnya begitupun aturan kebalikannya di mana ketika penambahan input dilakukan maka terjadi pengurangan dari aspek outputnya. Penting untuk dipahami bahwa skema produksi ini dapat berlangsung di beberapa periode waktu tertentu mulai dari 10 atau 20 bahkan bisa sampai 50 tahun sehingga keseluruhan produksi yang menjurus pada faktornya memiliki sifat tidak tetap.
C. Implementasi Teori Perilaku Produsen dalam Perekonomian
Alasan produsen harus mempelajari teori perilaku produsen, karena produsen harus memiliki pemahaman yang baik tentang teori ini guna membantu para produsen untuk menentukan keputusan yang lebih baik tentang cara mengelola perusahaan mereka. Berikut adalah beberapa alasan mengapa ini penting:
- Agar dapat menyusun strategi yang efektif untuk meningkatkan keuntungan yang akan diperoleh.
- Dapat merencanakan proses produksi dengan meenentukan biaya produksi, tingkat produksi, dan permintaan pasar. Hal ini bertujuan agar produsen dapat menentukan tingkat produksi yang ideal untuk mencapai tujuan mereka.
- Produsen dapat menentukan pilihan yang objektif, menganalisis biaya dan manfaat dari berbagai opsi yang tersedia dan menentukan pilihan yang terbaik untuk keberlangsungan bisnis mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H