Pasca kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang pertama kali diumumkan pada bulan Januari 2015 banyak menimbulkan pro dan kontra bagi kalangan masyarakat. Setelah beberapa bulan berselang tepatnya pada awal bulan Februari 205 pemerintah kembali menurunkan harga BBM, secara penalaran disini pemerintah memainkan cara berfikir masyarakat Indonesia yang dimana selang beberapa bulan setelahnya kembali menaikkan harga BBM sebanyak 2 kali berturut-turut, dan yang terakhir terjadi pada 29 Maret 2015 lalu.
Permainan pola berfikir yang dilakukan pemerintah disini bertujuan agar meredakan emosi masyarakat yang tidak terima akan naiknya harga BBM tersebut. Hal ini dapat kita lihat secara realita saat pertama kali BBM diumumkan naik, protes masyarakat terjadi hamper diseluruh daerah di Indonesia. Namun ketika beberapa bulan berselang terjadi kenaikan kembali sampai 2 kali berturut-turut yang kondisinya sangat berbeda dibandingkan dengan kenaikan BBM bulan Januari sebelumnya.
Selain permainan pola berfikir disini juga terlihat bahwa kurangnya rasa empati orang-orang pemerintah yang menyimpang dari yang sebagaimana mestinya. Wakil rakyat yang semestinya memperjuangkan hak-hak rakyat malah justru menyengsarakan dengan menaikkan harga BBM. Kesengsaraan rakyat akibat kenaikan harga BBM disini karena banyak menimbulkan dampak kenaikan diberbagai sector. Sektor yang paling mencolok yaitu terdapat pada sector ekonomi, pada sector ini kenaikan BBM juga membuat harga sembako ikut melonjak naik dan juga mengakibatkan inflasi. Inflasi ini juga disinyalir dapat menguntungkan pihak-pihak asing yang menanamkan modal di Indonesia.
Terlepas dari kenaikan harga BBM, kurangnya empati juga dapat kita lihat dari banyaknya kasus-kasus yang mengkesampingkan akal sehat serta nilai-nilai social. Kasus kekerasan dalam rumah tangga (KSRT) merupakan contoh kasus yang paling sering terjadi di Indonesia. Hal ini merupakan bukti bahwa sikap social masyarakat saat ini sudah hamper punah dan perlu kita lestarikan kembali.
Menanamkan Sikap Empati sejak dini
Hampir punahnya sikap empati masyarakat saat ini perlu kita benahi bersama-sama. Langkah konkret yang mesti kita lakukan yaitu menanamkan kembali rasa empati pada anak-anak cucu kita sebagai generasi muda penerus perjuangan bangsa. Pada langkah ini guru PPKn mempunyai peran yang sangat vital terhadap suksesnya penanaman sikap empati ini. Tetapi tidak menutup kemungkinan peran keluarga juga berpengaruh besar terhadap keberhasilan langkah ini.
Terima kasih
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H