Mohon tunggu...
Zulfan Ajhari Siregar
Zulfan Ajhari Siregar Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis Buku

Penulis beberapa buku sastra kontemporer, sejarah dan budaya

Selanjutnya

Tutup

Medan

Mari Berikan Apresiasi kepada Nelayan Panipahan Menyelamatkan Ikan Paus Terdampar Sekarat

23 Mei 2023   09:06 Diperbarui: 23 Mei 2023   15:17 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Betapa Terharunya hatiku, saya yang nota bene adalah Wartawan, ketika mengetahui para Nelayan-nelayan Pribumi di Panipahan Rohil Riau. Sabtu (20/5/2023) berusaha sekuat mungkin menyelamatkan seekor Ikan Paus ukuran sangat besar yang terdampar di peraian dangkal dikawan Panipahan Rokan Hilir Riau. Ya Tuhan, bisik dalam hatiku,  bangsaku ini, masih banyak menyimpan perasaan kemanusiaan yang dalam. Yang menghargai nilai hidup, walaupun hanya untuk seekor Ikan Paus yang nyaris mati, terkapar di perairan dengker.

          Hari itu, Nelayan yang pulang melaut menemukan sosok ikan paus tersebut, yang sedang kepayahan tidak mampu keluar dari perairan dangkal itu.Entah apa penyebab Ikan Paus itu lalai dan tidak segera keluar dari kawasan bahaya yang mengancam kehidupannya. Para nelayan yang terdiri dari berapa Perahu Motor (Pompong) tersebut menemukan sosok tersebut, yang tidak berdaya sama sekali, tubuhnya yang berton-ton, seolah-olah pasrah menanti nasib.Sementara bahagian atas tubuh Ikan Paus tersebut sudah mulai mengering, diterpa cahaya matahari, pertanda Ikan Paus tersebut sudah lama terdampar tidak berdaya.

          Beberapa boat nelayan berkumpul mendekat, masing-masing terperangah melihat besarnya Ikan Paus itu.Segera muncul inisiatif mereka, mereka bergotong royong menyirami tubuh bahagian atas Ikan paus tersebut yang sudah tidak tersentuh air, instink para Nelayan tersebut bekerja, dan tanggung jawab mereka sebagai manusia menyadari, bahwasanya Ikan Paus itu butuh pertolongan.Kalau tidak ditolong Ikan Paus besar itu akan mati sia-sia.Tentu saja mereka para Nelayan tersebut, tetap berpendapat bahwasanya Ikan Paus itu, adalah Makhluk hidup yang merupakan Kekayaan Alam, Karunia Tuhan. 

Inisiatif pertama berhasil mereka lakukan, yaitu menyirami Tubuh kering ikan paus tersebut. Muncul inisiatif  kedua, untuk berusaha menarik Ikan Paus tersebut kelaut dalam. Inilah yang merupakan titik langka kemanusiaan itu, sementara dibelahan bumi ini. Orang justru ramai-ramai membunuhi Ikan Paus, untuk diambil Daging dan Minyak Pausnya, dipanipahan Paus di Selamatkan Nelayan.

          Ada Komando serempak, itu yang pasti. Sehingga para Nelayan tersebut dengan Tali temali yang ada, mengikat bahagian yang mungkin dari tubuh Ikan paus tersebut. Dengan tenaga tarikan Mesin Beberapa Perahu Motor Nelayan yang serentak, mereka menarik tubuh Ikan Paus itu, Perlahan Tubuh Ikan Paus tersebut tertarik  ke Laut yang lebih dalam, sehingga para Nelayan-nelayan lugu dan bersahaja itu, kemudian bersorak-sorak kegirangan manakala tubuh Paus tersebut, sudah menunjukkan reaksi dia terbebas dari bahaya perairan dangkal.

Tentu saja serta merta para nelayan tersebut membebaskan Ikan Paus itu, dari temali yang digunakan. Bahkan begitu Ikan Paus tersebut mampu berenang menuju Laut Lepas, para Nelayan-nelayan tersebut masih mengiringinya agar bisa keluar dari bahaya Itu.Dan  Dia Ikan Paus tersebut, berhasil berenang ke tengah  Selat Malaka.

          Ikan Paus, diperairan Selat Malaka ?. Jenis Ikan ini, sebenarnya terbilang langka berada di kawasan Selat Malaka tersebut, dan sangat jarang ditemukan pelintas, maupun Nelayan. Namun ada satu kenangan untuk saya menyangkut Ikan Paus ini.Sebelumnya saya perlu menjelaskan secara rinci dimana letak Panipahan  tersebut. Panipahan adalah Kota kecil yang  ramai dan padat, Kotanya berada diatas Air. Panipahan Terletak di Kabupaten Rokan Hilir Profinsi Riau, berbatasan dengan Kabupaten Labuhanbatu Sumatera Utara.Sebahagian Kota Panipahan, merupakan kawasan Pecinan. Penghuni alinnya adalah warga masyarakat Melayu, dan etnis lainnya sebagai Perantau.

          Suatu ketika di era awal tahun 1990an, dengan beberapa rekan-rekan, saya yang sudah aktif menjadi Wartawan melakukan perjalanan dari Kabupaten Labuhanbatu, menuju Panipahan. Mengendrai sebuah Perahu Motor Pompong tanpa atap, yang terbilang berukuran kecil.Perjalanan itu melintasi Sungai Panai, menuju ke Perairan Laut Lepas hingga ke Panipahan sekitar enam belas Kilometer lintas laut, dan sebelum mendapatkan Laut lepas, terlebih dahulu melintasi kawasan laut, yang disebut kawasan Tanjung Bangsi masih dikawasan Labuhanbatu.

Tanjung Bangsi ini, termasuk perairan dalam. Saat itulah kami semua yang diatas Pompong melihat pemandangan yang tidak biasa. Ada dua Ikan bermain-main dikawasan itu, keluar masuk permukaan laut, ciri-cirinya Kedua Ikan yang berukuran sebesar   Drum Minyak tersebut dari kepalanya menyemburkan Air. Tidak ada ikan lain seperti itu, apalagi Lumba-lumba. 

Sehingga kami semua di atas Perahu itu, menyimpulkan bahwasanya, Ikan-ikan yang kami lihat adalah anak Ikan Paus, yang berjumlah dua ekor. Saya beberapa kali membuat tulisan, yang menyisipkan kisah adanya anak Ikan Paus, di Tanjung Bangsi tersebut. Tentunya yang namanya anak ikan kalau hidup, pasti akan membesar,

Hampir sepuluh tahun kemudian, saya hadir kembali di kawasan Sungei Berombang Kecamatan Panai Hilir Kabupaten Labuhan batu Sumatera Utara, dimana Tanjung Bangsi itu berada. Penulis teringat kembali tentang Ikan Paus tersebut, dan membawa pembicaraan itu kepada beberapa warga yang sebahagiannya adalah Nelayan. 

Dari pembicaraan tersebut, terungkap, berdasarkan informasi nelayan yang ada. Beberapa tahun sebelumnya masyarakat menemukan Kerangka Ikan,yang diperhitungkan adalah Ikan Paus, yang belum terlalu besar. Warga menemukan Kerangka Ikan Paus itu, di Muara Sungai Situkang. Muara Sungai Situkang, ada diantara Tanjung Bangsi dengan Panipahan. Muara Si Tukang, termasuk kawasan mangroef yang luas, wajarlah kemungkinan ketika Anakan Paus itu terdampar, tidak seorang nelayanpun menemukannya karena kawasan itu, jarang dimasuki. Dan ketika ditemukan Ikan Paus muda itu, sudah dalam keadaan tinggal tulang belulang.

         Siapa yang bisa menyesalkan keadaan itu, kalaupun Ikan Paus Muda tersebut, adalah Ikan Paus yang pernah penulis dan rekan-rekan temukan di Tanjung Bangsi itu, merupakan salah satu dari dua anak Ikan  Paus tersebut. Penulis terpikir, yang tersisa kini tinggal satu ekor. Sementara Induk mereka entah dimana, mungkin saja dua ekor anak paus tersebut, adalah Ikan yang tersesat dari kawasan Laut lain, tanpa Induk mereka.

         Saat ini, kembali lagi ingatan saya menyibak tabir waktu, ke hampir dua puluh tahun silam, sewaktu penulis dan kawan-kawan menyaksikan dua ekor anak Paus sedang bermain-main di Tanjung Bangsi.Sementara dari lima rekan-rekan sejalanan ketika itu, tiga orang sudah tiada. Tinggallah penulis Zulfan Ajhari Siregar, yang tetap mengharungi waktu, bersama satu lagi rekan  yang sudah berada di Kisaran, Rusli Nasution. 

Mendegar adanya kecekatan Nelayan Pribumi menyelamatkan Ikan Paus yang terdampar itu, ada keharuan yang menyelinap dalam hati, dan kenangan kepada masa lalu, sembari menyimpulkan. Kemungkinan besar, Paus yang terdampar itu adalah satu-satunya yang tersisa dari anak Paus yang pernah kami temukan dahulu.Bisa saja dia sudah mengembara kesana kemari, dan teringat habitat masa lalunya, dan mencoba kembali lalu dia terdampar. 

Nasib saja dia bertemu manusia, justru insan manusia yang masih punya hati, dan menghargai kekayaan alam karunia Tuhan ini, dia diselamatkan.. Sayang saya tidak punya banyak kekuatan materi untuk mencari dan menyematkan penghargaan dan ucapan terimakasih kepada para nelayan tersebut, namun begitupun.Kalau ada waktu dan ijin Tuhan, dalam usia yang sudah lanjut ini, saya akan menyempatkan diri ke Panipahan. 

Saat ini saya sedang berusaha menghubungi Rekan-rekan dan Saudara disana, untuk mencari tahu siapa saja nelayan yang menyelamatkan Ikan Paus tersebut.Kebetulan tidak terlalu jauh,   tempat tinggal saya saat ini di Rantauprapat, berjarak tempuh hanya sekitar empat Jam ke Panipahan, kalau musim Kemarau. 

Satu-satunya jalan yang bisa dilintasi melalui jalur darat ke Panipahan Rohil Riau itu, adalah dari Kabupaten Labuhanbatu, Kabupaten dimana saya berada. Dari Panipahan menuju Ibukota Kabupatennya Bagan Siapi-api, hanya bisa ditempuh melalui jalur perairan Laut.Dalam usia tua ini, saya masih tetap berusaha, ber infrofisasi dalam berbagai aktifitas yang bermanfaat. 

Penulis berbahagia dalam setiap langkah berbagi, kepada setiap makhluk yang membutuhkan kehadiran penulis, apalagi untuk yang namanya makhluk sesama manusia. Dan atas kepedulian itu, saya merasa tertolong oleh Alam atas kebesaran Tuhan, sepuluh orang putra-putri penulis, tujuh orang berhasil penulis tempa melalui Perguruan Tinggi, walaupun perekonomian saya  selalu terbatas. Dan penulis katakan kepada Putra-putri saya , selalulah sadari, ada yang mengamati kehidupan ini, setiap saat.  

         

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Medan Selengkapnya
Lihat Medan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun