Mohon tunggu...
Zulfa Nabila
Zulfa Nabila Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

healing

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Festival Budaya Udar Gelung di Mojorejo, Tradisi Sambut Musim Hujan dengan Kebersamaan

14 November 2024   13:30 Diperbarui: 14 November 2024   14:01 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto hasil sendiri

Desa Mojorejo, Kecamatan Kebonsari, Kabupaten Madiun, sukses menyelenggarakan Festival Budaya Udar gelung pada Jumat, 25 Oktober 2024. Festival ini diadakan sebagai bagian dari tradisi tahunan untuk menyambut pergantian musim dari kemarau ke musim penghujan. Acara yang dimulai pukul 14.34 ini diramaikan oleh warga dengan antusiasme tinggi, baik dari peserta maupun penonton.

Muchlis Daroini, Ketua Pelaksana festival, menjelaskan bahwa tema yang diangkat tahun ini adalah "Mapak Labuhing Kanugrahan." Tema tersebut melambangkan rasa syukur warga atas datangnya musim penghujan, mengiringi harapan dan semangat baru bagi seluruh warga desa. Berbeda dari tahun lalu yang mengusung tema "Palihan Desa" atau sejarah desa, tema tahun ini menekankan pentingnya harmoni dengan alam.

Festival ini juga bertujuan untuk menjaga kebersamaan dan solidaritas antarwarga desa. Rangkaian festival dimulai sejak siang hari dengan diiringi musik yang dibuat dari unsur bambu untuk arak arakan dan tumpeng, kemudian dilanjutkan hingga malam harinya disuguhkan dengan penampilan beberapa seni seperti penampilan tari, pencak silat, dan sebagainya.

Puncak acara ini adalah tradisi memperebutkan tumpeng agung yang berisi berbagai sayur dan buah. Tumpeng tersebut menjadi simbol persatuan dan gotong-royong antarwarga Mojorejo, yang saling bekerja sama dan bersemangat dalam menyukseskan acara ini.

Samsul Hadi, Sekretaris Desa Mojorejo, mengatakan bahwa jumlah peserta yang mengikuti festival ini yang awalnya hanya dibatasi 30 orang per rt namun karena usulan sehingga hal tersebut disepakati tidak dibatasi. "Awal dibatsi 30 orang per rt pesertanya, kemudian ada usulan untuk tidak dibatasi [dan] akhirnya disetujui," jelasnya.

Muchlis Daroini mengungkapkan kegembiraannya melihat antusiasme warga yang begitu tinggi terhadap festival ini. Banyak warga terlibat sebagai peserta, sementara sebagian lainnya dengan semangat menjadi penonton, menciptakan suasana hangat yang jarang terlihat di hari biasa.

Namun, tidak mudah untuk menyelenggarakan festival ini. Muchlis menyebutkan bahwa kendala seperti miskomunikasi antardesa dan cuaca panas menjadi tantangan yang cukup mengganggu kelancaran acara. Meski demikian, para panitia dan peserta tetap semangat dalam mengikuti jalannya acara hingga selesai.

Selain itu, warga dari berbagai RT mengusung tema-tema khas daerah. Ayu Resta, salah satu peserta dari RT 8 Dusun Kerjo, mengangkat tema "Jogja Istimewa" untuk kelompoknya. Meskipun harus membagi waktu antara persiapan acara dan kesibukan rumah tangga, Ayu mengaku sangat antusias mengikuti festival ini. "Kendala kesibukan urusan rumah tangga," jelasnya.

Kesan positif juga disampaikan oleh Mujiono, salah seorang warga sekitar yang ikut menghadiri festival tersebut sebagai penonton. "Dengan adanya acara Udar Gelung [ini] warga terhibur sekali," ungkapnya.

Festival Budaya Udar gelung yang baru digelar dua kali ini diharapkan bisa terus menjadi tradisi tahunan di Desa Mojorejo. Warga dan panitia berharap agar festival tahun depan bisa lebih meriah dan kembali mempererat kebersamaan serta melestarikan tradisi yang sudah ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun