Mohon tunggu...
Zulfa MuasarohBinti
Zulfa MuasarohBinti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Saya Zulfa, mahasiswi jurusan Perbankan Syariah

Saya Zulfa, mahasiswi jurusan Perbankan Syariah di salah satu PTKIN di Malang.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sakramen Baptis untuk Umat Khatolik, Awal Menjadi Anggota Gereja Sesungguhnya

18 Maret 2022   00:20 Diperbarui: 18 Maret 2022   00:23 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keberagaman umat beragama di Indonesia sudah menjadi rahasia umum. Hingga saat ini total penduduk Indonesia berjumlah 272,32 juta jiwa dengan 86,88% beragama Islam, 10,58% Kristen (7,49% Kristen Protestan, 3,09% Kristen Katolik), 1,71% Hindu, 0,75% Buddha, 0,03% Konghucu, dan 0,05% agama lainnya. Jumlah presentasi penganut agama ini menunjukkan bahwa kita hidup dalam dinamika yang mengharuskan rasa toleransi terjunjung tinggi. 

Hari Minggu kemarin saya berkesempatan untuk menemui Pastor Yoris di Gereja Khatolik Hati Kudus Yesus yang terletak tidak jauh dari Alun-Alun kota Malang. Bersama beberapa teman sekelas, saya beranikan diri untuk mendatangi gereja umat khatolik dan menunggu ibadah misa selesai. Selepasnya kami mendatangi Pastor berasma Yoris tersebut (lebih sering dipanggil romo) untuk mempelajari keberagaman ini lebih jauh. 

Sebelum Pastor Yoris mendatangi kami, terdapat seorang lelaki muda yang dilatih untuk menjadi Pastor. Dengan baik hati beliau mempersilahkan saya untuk duduk. Topik pertama yang saya tanyakan adalah apakah umat khatolik merasa terganggu sebab kami (umat islam) memiliki banyak acara keagamaan yang menggunakan speaker dan pengeras suara. Jawaban yang hampir serupa kami dapatkan. 

"Sebetulnya kalau masalah pengeras suara yang baru-baru ini viral, pasal umat muslim yang dilarang mengumandangkan adzan, saya tidak keberatan. Saya sudah terbiasa, malah bagi kami yang bukan pemeluk agama islam, adzan merupakan penanda waktu. Oh adzan diwaktu pagi berarti waktunya pukul lima, waktunya bangun. Seperti itu. Sayapun sudah hidup di lingkungan muslim semasa kecil, Mama saya muslim. 

Om saya ustadz ...." Pastor Yoris menjelaskan dengan ramah. Ia terus melengkungkan matanya yang nampak antusias. Saya agak terkejut, pun teman-teman saya. Beliau adalah orang yang hidup berdampingan dengan pemuka agama muslim, dan diusia ini beliau sudah melayani banyak gereja untuk menjalankan tugas sebagai romo atau imam bagi umat khatolik.

Saya melanjutkan obrolan dengan beliau. Pertanyaan kali ini diutarakan teman saya bernama Ajeng, ia bertanya mengenai ibadah yang dilakukan umat khatolik ketika pandemi. Saya juga penasaran, sebab bagi kami ketika pandemi datang, ibadah di masjid sukar dilakukan. Sang Pastor menjawab, "ibadah kami jadwalkan secara online. Untuk jadwal reguler misa hari senin sampai jumat, umumnya dilakukan satu jam sekali. Namun, karena keadaan tidak memungkinkan, kami membatasi waktu menjadi tiga puluh menit saja. Untuk umat yang berusia lebih tua kami sarankan dipimpin dari rumah. Kami menjaga kesehatan umat. Takut kalau ada apa-apa." 

Tidak sampai di sana, ada hal yang terus mengusik kepala saya mengenai satu topik. Akhirnya saya beranikan untuk bertanya kepada Sang Pastor pasal pernikahan berbeda agama. "Anda terus bertanya mengenai kasus yang sedang viral ya, haha. Tidak apa-apa. Saya senang karena ada yang sadar dengan isu sosial seperti ini." Beliau menanggapi dengan kekehan.

"Dalam agama kami, pernikahan berbeda agama itu diizinkan. Ada bab dalam kitab kami yang membahas mengenai pernikahan beda agama, bahkan beda gereja. Beda gereja ini dimaksudkan untuk umat khatolik yang akan menikah dengan umat protestan. Setahu saya dalam islam tidak diperbolehkan ya menikah berbeda agama?" Sang Pastor bertanya balik. 

Kami mengangguk mantap. "Nah itu perbedaannya, kalau di kami boleh. Hanya saja harus melalui sidang dan pertimbangan uskup. Kami membantu proses perizinannya. Tetapi ini memang diperbolehkan, baik beda agama maupun beda gereja. Sudah banyak yang tercatat, kami memberi kebebasan."

Saya selalu terkesan dengan keramahan yang diberikan Pastor Yoris dalam menanggapi pertanyaan saya. Lantas teman saya yang lain bertanya mengenai sekolah khusus. Dalam agama kami, sekolah khusus agama seperti madrasah, pondok pesantren, adalah sekolah yang dikhususkan untuk mereka yang hendak mempelajari agama. Dalam khatolikpun ada sekolah semacam itu. Seminari namanya. 

Pastor Yoris menjelaskan bagaimana seminari mendidik umat khatolik untuk menjadi pastor di masa depan. Tentu banyak hal yang harus dilakukan, waktu yang ditempuh dalam seminaripun tidak sebentar. Pastor Yoris menjelaskan bahwa menjadi pastor butuh sekurang-kurangnya 14 tahun sekolah dan pelatihan. 

Banyak hal yang baru saya ketahui pasal agama khatolik ketika saya lakukan wawancara tempo hari. Saya tahu bahwa khatolik benar-benar berbeda dengan protestan. Mereka menganut stratifikasi paus-uskup-pastor. Khatolik mempercayai Paus, pemuka agama tertinggi dalam agama tersebut yang kini menjabat sebagai kepala negara Vatikan. Seorang pastor tidak diperbolehkan mengikat hubungan pernikahan. Ia diperbolehkan menikah ketika memutuskan untuk keluar dari umat gereja. Ada beberapa upacara yang dilakukan seseorang untuk menjadi umat. Sakramen baptis. 

Sakramen baptis dibagi menjadi dua, yaitu baptis dewasa dan baptis bayi. Pastor Yoris menyebutkan kebanyakan ia membantu memimpin sakramen baptis dewasa. Selepas seseorang mendapat kesempatan baptis, untuk pertama kalinya ia akan menjadi anggota gereja. Ia diperbolehkan mengikuti sakramen-sakramen lain. 

Wawancara terus berjalan hingga tanpa sadar kami telah menghabiskan waktu hampir satu jam lamanya. Bersama Pastor Yoris yang ramah dan rendah hati, kami dapat banyak informasi yang dapat membawa kami untuk membangun tembok toleransi tinggi. Kami sadar bahwa apapun agama yang mereka anut, mereka diajari untuk menghormati satu sama lain. Agama apapun itu, pasti akan membantu apabila ada umat lain yang tersandung. 

Dasar ajaran setiap agama adalah sama. Menjaga rukun serta hubungan antar manusia. Kami bersyukur sebab diberi kesempatan untuk mengetahui dasar agama khatolik. Kami cukup tau beberapa hal tersebut sehingga kedepannya kami dapat hidup berdampingan tanpa adanya rasa iri dan dendam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun