Minyak Jelantah merupakan minyak yangtelah digunakan lebih dari dua atau tiga kali penggorengan, dan dikategorikan sebagai limbah karena dapat merusak lingkungan. Minyak jelantah selain menimbulkan masalah lingkungan juga dapat menimbulkan masalah bagi kesehatan. Umumnya minyak jelantah dibuang ke lingkungan tanpa adanya kontrol yang berwawasan lingkungan. Hal ini menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan yaitu menimbulkan masalah pencemaran air maupun tanah.
Banyak sekali macam-macam pemanfaatan yang berbahan baku minyak jelantah ini loh !!! menjadi sesuatu yang bernilai ekonomi
Pemanfaatan limbah terbukti mampu menciptakan ekonomi kreatif masyarakat yang ramah lingkungan, seperti pemanfaatan limbah sampah organik dan anorganik. Hal yang sama dapat dilakukan pada limbah minyak jelantah sebagai bahan baku untuk berbagai macam produk yang bernilai ekonomi. Seperti limbah minyak jelantah ini bisa digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan sabun dan berbagai macam produk lainnya.
Melihat banyak Ibu-ibu yang membuang minyak yang telah dipakai ini biasanya dibuang ke selokan ataupun dibuang ke tanah begitu saja. Maka dari itu diadakannya sosialisasi pemanfaatan limbah minyak jelantah sebagai bahan baku pembuatan lilin. Pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai bahaya dan pemanfaatan limbah minyak jelantah masih sangat sedikit sekali.Â
Oleh karena itu pelatihan pembuatan lilin aromaterapi berbahan limbah minyak jelantah ini penting dilakukan mengingat limbah ini merupakan salah satu produk limbah yang pasti dihasilkan pada setiap tingkat rumah tangga.
Kegiatan sosialisasi kepada masyarakat dilakukan dengan ibu-ibu yang bergabung kelompok PKK Petungsewu RT 06/RW 004, Kelurahan Petungsewu, Dau Malang yang terdiri dari 30 orang. Dalam kegiatan sosialisasi ini ada pemberian hasil pengolahan limbah minyak menjadi lilin aromaterapi kepada ibu -- ibu Pkk sebanyak 30 biji lilin dan edukasi prosedur cara pembuatan lilin aromaterapi tersebut.
Hasil survei menunjukkan bahwa 100% masyarakat menyukai gorengan dan selalu memasak dengan cara digoreng. Diperkirakan rata-rata masing-masing keluarga dari mitra sebanyak 30 orang menghabiskan minyak goreng sebanyak 56 liter/minggu, maka kebutuhan untuk satu bulan sebanyak 224 liter/bulan.Â
Pengetahuan penggunaan minyak goreng berulang maksimal 3 sampai 4 kali penggorengan pun masih sangat rendah. Beberapa warga bahkan menggunakan minyak goreng secara berulang lebih dari 4 kali sebanyak 11 dari 20 orang. Namun ada pula yang hanya menggunakan minyak goreng berulang kurang dari 2 kali.
Kegiatan yang telah dilakukan dan diterapkan bersama ibu-ibu PKK Petungsewu, Dau, Malang terbukti mampu meningkatkan minat dan pengetahuan masyarakat mengenai pemanfaatan limbah minyak jelantah menjadi sesuatu yang bernilai ekonomi.Â
Kegiatan ini juga mampu mendorong kemandirian ekonomi warga yang berbasis ramah lingkungan. Warga menilai bahwa sosialisasi yang diberikan dapat meningkatkan nilai tambah limbah minyak jelantah, mencegah kerusakan lingkungan, dan meningkatkan wirausaha masyarakat. Selain itu, dapat mengurangi belanja rumah tangga dalam hal mengurangi belanja lilin ketika sedang mengalami pemadaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H