Mohon tunggu...
Zulfa Liswanti
Zulfa Liswanti Mohon Tunggu... Guru - Guru dan Ibu RT

Menuangkan isi pikiran sebatas kemampuan di usia yang terus menua

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Renungan Pagi

18 Februari 2018   07:27 Diperbarui: 18 Februari 2018   07:40 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Motor dikendarai di pematang sawah

Tergelincir karena lengah

Setelah jatuh terperangah

Apa daya badan telah basah

Dunia luas bukan untuk pongah

Kehidupan ada mudah ada payah

Bukan serba gratis pertanda indah

Bercucuran peluh tentunya lebih berkah

Usaha dan energi seiring sejalan

Doa kepada Ilahi tentunya tak boleh dilupakan 

Tundukkan hati dalam keseimbangan

Dunia ini fana dan bukan berkepanjangan

Bekerja dengan niat kebenaran

Hasilnya membahagiakan

Tampilan bagus  dari luar sampai ke dalam

Itulah harapan

Meremehkan nasehat membawa kebablasan

Mengambil pelajaran dari setiap kejadian

Bermuka dua itu tak pernah dianjurkan

Dosa bertambah dan  berakhir dengan penderitaan

Keseimbangan tetap dipertahankan

Menangguk di air keruh tak perlu dipopulerkan

Pinjaman nafas harus dipikirkan

Dunia ini bukan keabadian

Tampunik, 18 Februari 2018

Zulfa Liswanti 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun