Mohon tunggu...
Zulfakriza Z.
Zulfakriza Z. Mohon Tunggu... Dosen - Dosen yang senang ngopi tanpa gula dan tanpa rokok

Belajar berbagi lewat tulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kapan Gunung Agung Meletus?

9 Oktober 2017   16:55 Diperbarui: 9 Oktober 2017   17:28 861
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebaran kejadian gempa di Gunung Agung (Sumber BMKG)

Kapan Gunung Agung Meletus?

Mungkin itu salah satu pertanyaan yang muncul jika kita mengikuti perkembangan aktivitas Gunung Agung. Bahkan ada orang atau sekelompok orang yang mencoba menyebarkan berita atau gambar tentang Gunung Agung yang sudah meletus. Tentu saja berita atau gambar yang tidak jelas sumbernya akan memberikan kepanikan kepada masyarakat. 

Kita pasti sangat paham, bahwa institusi yang berhak dan berkewajiban memberikan penjelasan tentang aktivitas sebuah gunung api adalah PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi) dalam koordinasi Badan Geologi, Kementerian ESDM.  PVMBG tentu memiliki alasan dan dasar yang kuat untuk memberikan informasi terkait dengan aktivitas gunung api di Indonesia. 

PVMBG menempatkan pos pengamatan pada setiap gunung api aktif dengan tipe A yang tersebar di seluruh Indonesia. Pengamatan aktivitas gunung api dilakukan secara terus menerus (24/7) dengan cara visual maupun instrument.  

Kembali ke status Gunung Agung, sejak aktivitas kegempaan meningkat dan status dinaikkan menjadi awas pada 22 September 2017 lalu, kegempaan di tubuh Gunung Agung sampai hari ini frekuensinya naik turun. Hari ini, Senin 9 Oktober 2017 berdasarkan data dari PVMBG tercatat 196 gempa dengan periode pengamatan pukul 00.00-06.00. Rincian gempa yang terjadi adalah Gempa Vulkanik Dangkal sebanyak 70 kejadian, Gempa Vulkanik Dalam 117 kejadian, dan Gempa Teknonik Lokal 9 kejadian. 

Sedangkan secara visual terlihat kepulan pada hari Minggu, 8 Oktober 2017 yang mencapai ketinggian 1.5 km. Menurut Gede Suantika (Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api PVMBG) kepulan asap setinggi 1.5 km tersebut bukanlah akibat adanya letusan Gunung Agung, akan tetapi dikarenakan intensitas curah hujan yang tinggi di puncak gunung selain itu kepulan asap masih terlihat putih dan belum bercampur dengan material vulkanik. 

Hujan yang terjadi di puncak mengakibatkan adanya akumulai air yang masuk ke kawah, karena suhu kawah yang panas sehingga menghasilkan uap air yang terlihat menyerupai awan putih yang mengumpal ke udara. Jika asap tersebut berubah warna menjadi keabuan hingga pekat maka ada material vulkanik yang terangkat dan kondisi masuk dalam ketegori erupsi.

Sampai hari ini, Gunung Agung masih kritis dan belum meletus (erupsi) dan belum bisa dipastikan secara pasti kapan terjadi erupsi. Namun demikian, PVMBG terus berupaya untuk memantau dan memberikan informasi yang akurat terkait dengan perkembangan aktivitas Gunung Agung. Jika ada pertanyaan "Kapan Gunung Agung Meletus?" tentu pertanyaan itu sangat sulit untuk dijawab, karena hanya Tuhan yang tahu jawaban. Pertanyaan tersebut sama halnya jika menanyakan kapan seseorang akan mati. Tentu tidak ada orang yang bisa menjawabnya, bahkan seorang dokter sekalipun. 

Hal terpenting yang perlu dilakukan saat kondisi seperti ini adalah berusaha sekuat tenaga untuk mengurangi dampak risiko yang mungkin terjadi jika Gunung Agung Meletus. Tentu kita tidak ingin kejadian Letusan Gunung Agung tahun 1963 terulang kembali. Sebuah kejadian kelam yang merengut jiwa lebih dari 1.500 orang.      

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun