Hari Air Sedunia atau dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah World Day for Waterdiperingati tanggal 22 Maret setiap tahunnya. Merujuk pada wikipedia, peringatan hari air sedunia dimaksudkan sebagai langkah untuk mengajak masyarakat secara luas tentang pentingnya air bersih, dan sebagai usaha penyadaran untuk pemanfaatan dan pengelolaan sumber-sumber air bersih secara berkelanjutan.
Air tanah merupakan bagian dari sumber air bersih yang ada di muka bumi. Dalam Undang-Undang Nomor 7 tahun 2004 tentang sumber daya air, menjelaskan bahwa air tanah sebagai air yang terdapat dalam lapisan tanah atau bebatuan di bawah permukaan tanah. Sedangkan beberapa ahli mendefinikan air tanah sebagai bentuk aliran air hujan yang mengalir di bawah permukaan tanah yang dipengaruhi oleh struktur perlapisan geologi, beda potensi kelembaban tanah, dan gaya gravitasi bumi.
Badan PBB (UNESCO) pada tahun 1978 menjelaskan bahwa jumlah air tanah yang ada di bumi jauh lebih besar dibanding jumlah air permukaan. Diperkirakan lebih kurang 98% dari semua air tawar yang ada di daratan tersembunyi di dalam tanah yang tepatnya dalam pori-pori batuan dan material butiran. Secara garis besar, sumber air tanah berasal dari air hujan yang meresap ke dalam tanah melalui pori-pori atau retakan dalam formasi batuan dan akhirnya mencapai muka air tanah. Sedangkan sumber air tanah yang lain adalah air yang berasal dari air permukaan seperti sungai, danau dan reservoir yang meresap melalui tanah ke dalam jalur jenuh.
Pembentukan air tanah mengikuti siklus peredaran air yang ada di bumi yang dikenal dengan istilah siklus hidrologi yang mengalami perpindahan tempat secara berurutan secara terus menerus. Akan tetapi proses tersimpannya air tanah dalam cekungan air tanah membutuhkan waktu puluhan bahkan ratusan tahun. Sehingga kawasan cekungan air tanah merupakan kawasan yang penting untuk menjaga ketersediaan air pada masa yang akan datang. Air tanah tersimpan dalam lapisan akuifer yang merupakan lapisan pembawa air. Lapisan batuan ini tersusun dari batuan permeable seperti pasir, kerikil, batu pasir yang retak-retak dan batu gamping yang berongga. Kondisi ini menjadikan lapisan akuifer dapat menyimpan dan mengalirkan air dalam jumlah yang signifikan.
Bagi dearah-daerah yang sulit mendapatkan air bersih pada musim kemarau, keberadaan cadangan air tanah akan sangat membantu ketersediaan air. Kedua sumber air tersebut saling tergantung satu dan lainnya. Ketersediaan air tanah yang cukup akan membantu ketersediaan air permukaan pada musim kemarau, dan sebaliknya aliran air sungai juga merupakan sumber utama untuk imbuhan air tanah.
Keberadaan air bersih di muka bumi memiliki peranan yang sangat penting bagi kehidupan. Jika ketersedian air bersih menipis, besar kemungkinan akan terjadi konflik untuk memperebutkan air bersih. Bahkan akan lebih parah seandainya jika keberadaan sumber air sudah tidak didapatkan di muka bumi ini, maka bisa diperkirakan kehidupan ini akan berakhir. Semua makhluk hidup sangat menggantung diri pada keberadaan air. Manusia bisa bertahan sampai seminggu jika tidak ada makanan, akan tetapi jika tidak ada air tentu sulit bertahan sampai 5 hari.
Kondisi Air Tanah Dunia
Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa proses pembentukan air tanah butuh waktu yang lama, bahkan sampai ratusan tahun. Oleh sebab itu keberadaan air tanah yang terbatas dan jika diperparah dengan pencemaraan air tanah maka dapat mengakibatkan dampak yang luas serta butuh waktu yang lama dan biaya yang mahal untuk pemulihannya.
Secara umum perubahan kondisi air tanah sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti: perubahan iklim global, jumlah penduduk dunia yang terus meningkat, pemanfaatan air tanah secara berlebihan dan tata cara pengelolaan air tanah yang kurang tepat. Sehingga sangat diperlukan penyadaran kepada semua kita untuk melakukan upaya konservasi dan pemanfaatan air tanah secara bijak bertanggung jawab.
Dalam laporan PBB yang berjudul “Managing Water under Uncertainty and Risk” berisikan tentang perkembangan air dunia. Dalam laporan tersebut, PBB menjelaskan bahwa kondisi air di bumi ini berada pada ambang kelangkaan. Ketersediaannya tidak dapat mencukupi kebutuhan manusia pada masa yang akan datang. PBB memperkirakan bahwa pada tahun 2050 manusia dan makhluk hidup di muka bumi akan benar-benar mengalami kesulitan air bersih. Hal ini disebabkan perkembangan populasi manusia akan sebanding dengan kebutuhan pangan. Sehingga produktivitas hasil pangan terus meningkat yang tentunya membutuhkan lahan dan air yang cukup.
Kondisi perubahan iklim global yang terjadi hari ini menjadikan suhu semakin panas dan rendahnya curah hujan. Untuk memenuhi kebutuhan air lahan pertanian, dibutuhkan irigasi dan terkadang beberapa tempat melakukan pengambilan air tanah. Oleh karena itu, rasanya tidak salah jika PBB memperkirakan bahwa kebutuhan air akan meningkat hingga 19% pada tahun 2050 mendatang. Padahal, cadangan air tanah yang tersisa saat ini hanya sekitar 30% saja.
Tentu saja, kelangkaan air tanah ini akan menimbulkan kerugian besar bagi masyarakat, terutama bagi masyarakat menengah ke bawah. Kondisi seperti ini sudah mulai terlihat di beberapa kota besar bahwa air bukan lagi barang yang mudah dan bebas dimanfaatkan. Akan tetapi air menjadi barang yang berharga dan harus dibeli.
Beberapa kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung dan Surabaya kondisi air tanah sudah mulai memprihatinkan. Hal ini disebabkan buruknya penyerapan air tanah akibat kerusakan lingkungan dan tingginya pengambilan air tanah. Peningkatan pengambilan air tanah seiring dengan pertambahan penduduk dan perkembangan industri. Seperti halnya kota Bandung, menurut Pusat Lingkungan Geologi, Badan Geologi memaparkan bahwa dalam 20 tahun terakhir penurunan muka air tanah mencapai 80 meter. Kondisi air tanah seperti ini akan terus mengkhawatirkan jika tidak ada upaya pengendalian izin pembuatan sumur bor dan perbaikan lingkungan hutan pada wilayah resapan air.
Mungkinkah air tanah punah?
Jika melihat proses pembentukan air tanah yang memakan waktu ratusan tahun, dan muka air tanah yang terus menurun setiap tahunnya. Kondisi ini diperparah kerusakan lingkungan. Maka, tidak tertutup kemungkinan air tanah akan punah pada suatu masa nanti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H