Mohon tunggu...
Zulfajri Zainal Abidin
Zulfajri Zainal Abidin Mohon Tunggu... Lainnya - Hamba Allah

Berdaya dan Berkarya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

AI dan Kepunahan Manusia: Ancaman Nyata atau Fiksi Ilmiah?

4 September 2024   15:50 Diperbarui: 4 September 2024   15:54 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi/Artificial Intelligence https://medical-news.org

Diskusi tentang potensi AI yang sangat cerdas (superintelligent AI) telah berkembang pesat, terutama mengenai kemungkinan dampaknya terhadap keberlanjutan umat manusia. Beberapa ahli teknologi dan filsafat telah mengangkat kekhawatiran tentang AI yang suatu hari bisa menjadi ancaman eksistensial, yang dapat menyebabkan kepunahan manusia. Namun, pertanyaannya adalah, seberapa nyata ancaman ini? Dan bagaimana kita harus meresponsnya?


Potensi Bahaya AI Superintelligent

Superintelligent AI merujuk pada kecerdasan buatan yang melebihi kemampuan kognitif manusia di hampir setiap aspek, termasuk pemecahan masalah, kreativitas, dan pengambilan keputusan. Dalam skenario tertentu, jika AI mencapai kecerdasan semacam ini, ia bisa menjadi sangat sulit dikendalikan. AI mungkin dapat mengejar tujuannya dengan cara yang tidak sejalan dengan kepentingan manusia, mengabaikan bahkan menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan.

Kekhawatiran ini didukung oleh beberapa tokoh teknologi terkenal, seperti Elon Musk dan profesor Oxford Nick Bostrom, yang berpendapat bahwa tanpa regulasi dan pengawasan yang tepat, pengembangan AI dapat membawa risiko serius. Mereka berpendapat bahwa AI yang sangat cerdas dapat mengembangkan tujuan yang tidak diinginkan, atau salah menginterpretasikan instruksi yang diberikan oleh manusia, yang dapat menghasilkan hasil yang merugikan.

Skala Ancaman dan Kemungkinan Nyatanya

Meski ancaman AI superintelligent tampak menakutkan, beberapa ahli percaya bahwa kemungkinan ini masih jauh di masa depan, jika memang akan terjadi. Saat ini, AI yang ada masih berada di tingkat "narrow AI" atau AI lemah, yang dirancang untuk melakukan tugas-tugas spesifik, seperti pengenalan suara atau analisis data, tanpa kesadaran atau pemahaman kontekstual yang mendalam.

Dalam skenario realistis, ancaman yang lebih mendesak dari AI justru datang dari hal-hal seperti penggunaan AI dalam senjata otonom, manipulasi informasi di media sosial, dan ketidakadilan akibat bias algoritmik dalam keputusan-keputusan penting, seperti rekrutmen dan pemberian kredit. Tantangan-tantangan ini memerlukan perhatian segera karena dampaknya yang sudah mulai terasa di masyarakat.

Apa yang Bisa Dilakukan?

Untuk menghadapi potensi ancaman dari AI, ada beberapa langkah yang perlu diambil oleh komunitas global

  • Pengembangan Etika AI: Mengembangkan AI yang beroperasi dengan standar etika yang tinggi, termasuk transparansi dan akuntabilitas, adalah kunci untuk memastikan AI berfungsi sesuai dengan kepentingan manusia.
  • Regulasi dan Pengawasan: Pemerintah dan lembaga internasional perlu bekerja sama untuk membuat regulasi yang mengawasi pengembangan dan penggunaan AI, terutama dalam aplikasi yang berpotensi berbahaya.
  • Kolaborasi Antar Disiplin: Pengembangan AI tidak hanya harus dilakukan oleh insinyur dan ilmuwan komputer. Ini juga memerlukan masukan dari ahli etika, filsuf, dan masyarakat umum untuk memastikan semua perspektif dipertimbangkan.
  • Penelitian dan Pendidikan: Lebih banyak penelitian diperlukan untuk memahami implikasi jangka panjang dari AI, serta pendidikan untuk masyarakat agar memahami teknologi ini dan dampaknya. 

Kesimpulan

Meskipun ancaman kepunahan manusia oleh AI superintelligent adalah sebuah kemungkinan yang tidak bisa diabaikan, fokus utama kita saat ini seharusnya pada bagaimana mengelola risiko yang lebih mendesak dari AI yang sudah ada. Dengan pendekatan yang hati-hati, kolaboratif, dan berorientasi etika, AI bisa menjadi kekuatan yang memperbaiki kehidupan manusia, bukan sebaliknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun