Setiap kali memikirkan kemungkinan itu, rasanya mau gila saja. Aku tidak bisa melihatnya berada di sekitar kantor saat banyak pria memandangnya. Maksudku, lihatlah pria-pria bodoh itu. Mereka memandang wanita itu seperti objek saja. Aku tidak akan pernah memperlakukannya seperti itu bahkan walaupun aku hanya membayangkannya saja.Â
Aku tidak rela. Ia harus menjadi milikku seutuhnya. Jika ada pria yang berani menyentuhnya, maka pria tersebut harus diriku!
Jadi yang kulakukan saat itu adalah memanggilnya ke ruanganku. Dia menyapaku dengan akrab seperti yang biasa ia lakukan. Lalu tanpa basa-basi aku menyatakan perasaanku yang sudah lama kupendam padanya.Â
Sejenak suasana terasa hening. Wajah ayunya tampak terkejut, marah dan jijik. Ekspresi yang belum pernah kulihat sebelumnya. Apa yang salah dari ucapanku? Apakah salah bagiku untuk jujur soal perasaanku? Mengapa ia harus begitu marah?
Lalu ia menamparku. "Kau gila!" teriaknya. "Kau sepupuku!"
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI