Mohon tunggu...
Zulfa Izdihar
Zulfa Izdihar Mohon Tunggu... -

Suka nulis hal-hal yang menurut saya menarik.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Didikan Buruk Orang Tua Kepada Anak

11 Maret 2017   21:44 Diperbarui: 11 Maret 2017   22:13 576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai orang tua memang tidak mudah untuk mendidik anak. Apalagi banyak perilaku menyimpang anak-anak zaman sekarang yang disebabkan oleh kemudahan teknologi, lingkungan sekolah dan bahkan lingkungan keluarga itu sendiri. Berikut ini adalah cara didikan orang tua yang buruk kepada anak.

 Memanjakan Anak

Orang tua ingin anak-anaknya mendapatkan yang terbaik. Setidaknya lebih baik daripada kehidupan orang tua sebelumnya. Sehingga tidak jarang orang tua sulit membedakan antara keinginan dan kebutuhan anak-anaknya. Misalnya, anak-anak usia sekolah membutuhkanalat tulis dan mereka menginginkan mainan.

Anak-anak yang terbiasa dimanjakan oleh orang tuanya akan menjadi pribadi yang lemah dan tidak punya prinsip. Kelak ia akan menjadi seorang yang sama sekali tidak bisa diandalkan dan selalu mengekor orang lain agar ia mempunyai panutan. Jika di masa depan anak Anda menjadi malas dan tidak mandiri, maka Anda sebagai orang tua juga akan kerepotan.

Anda harus cerdas dalam memilah-milah mana kebutuhan atau keinginan si anak. Tentu saja kebutuhan harus diutamakan terlebih dahulu di atas keinginan anak. Jika anak Anda merengek untuk meminta dibelikan ini-itu, buatlah sebuah perjanjian. Contoh, jika si anak dapat nilai A dalam suatu mata pelajaran di ujian akhir, maka ia berhak untuk mendapatkan hadiah. Cara ini memang terbilang kuno namun sering kali berhasil diterapkan oleh para orang tua agar anak-anaknya terbiasa untuk termotivasi dan bekerja keras untuk mendapatkan sesuatu.

Mendidik Anak Dengan Kekerasan

Cara ini sering dipakai oleh orang tua zaman dahulu. Jika anak tidak menurut, maka menerima pukulan. Jika anak membantah, ia akan mendapatkan tamparan. Begitu seterusnya. Entah bagaimana di zaman yang semakin maju ini, cara itu masih berlaku. Tidak hanya menyakiti si anak secara fisik, tetapi juga menambah beban psikologis anak. Mengapa anak-anak harus menerima hukuman fisik untuk sesuatu yang belum tentu mereka tahu jika itu adalah perbuatan yang salah? Anda boleh memarahinya, tetapi jangan memakinya. Anda boleh mengingatkan, namun jangan menyakitinya.

Jika Anda terus-menerus mendidiknya dengan cara tersebut, kemungkinan besar anak Anda menabung dendam yang  dapat meledak sewaktu-waktu. Entah itu saat ia dewasa agar ia dapat balas menyerang Anda—atau di kehidupan selanjutnya saat ia sudah berkeluarga dan melakukan hal yang serupa kepada anaknya.

Membandingkan anak dengan orang lain

Siapa sih yang suka dibanding-bandingkan dengan orang lain? Apalagi jika orang lain itu dijadikan tolak ukur yang lebih baik. Rasanya pasti sakit sekali. Jangan pernah melakukan hal tersebut kepada anak Anda. Sebab tanpa Anda sadari, ia akan menjadi pribadi minder dan tidak percaya diri. Ia akan selalu takut untuk mencoba hal baru karena Anda sudah berani membandingkannya dengan anak lain yang menurut Anda lebih hebat. Anda harus lebih menghargai anak Anda tanpa bersifat memuja-muji setinggi langit. Luangkan waktu untuk mendengarkan pendapatnya tentang sesuatu dan berusahalah untuk menjawab pertanyaan yang tak diketahuinya. Semua anak adalah seorang juara. Tidak sepantasnya ada anak-anak yang direndahkan oleh orang lain, bahkan oleh orang tua sendiri. Bedakan antara membandingkan dengan memberi motivasi.

Contoh membandingkan:

Kenapa sih kamu tidak bisa masuk sepuluh besar seperti tetanggamu Dino? Sudah dua semester berturut-turut ia masuk sepuluh besar. Kamu masih saja di peringkat belasan walaupun telah diikutkan les privat.

Contoh memberi motivasi:

Peringkatmu sudah lumayan semester ini, mungkin jika kamu mau berusaha lebih keras, maka kamu bisa masuk sepuluh besar di semester berikutnya. Oh iya, tentu saja ada hadiah untukmu kalau kamu berhasil. Terus semangat ya!

Membiarkan Anak Bermain Tanpa Istirahat

Anak-anak suka bermain. Mereka rela untuk bermain berjam-jam tanpa tidur siang. Membolehkan anak untuk terus bermain sesuai keinginannya adalah izin terburuk yang pernah diberikan oleh orang tua. Jam aktivitas dan istirahat anak sangat berbeda dengan orang dewasa. Mereka harus disempatkan untuk tidur siang—sehingga sore dan malamnya segar untuk belajar atau mengerjakan tugas. Bisa juga si anak belajar dan mengerjakan tugas sekolah terlebih dahulu pada siang hari, sehingga sorenya bisa bermain dan malamnya bisa tidur lebih awal. Minimal, anak harus istirahat selama 8 jam / hari.  

Memberi Telepon Seluler dan Layanan Internet Kepada Anak

Komunikasi adalah hal terpenting. Orang tua karir yang mana ayah dan ibunya sama-sama bekerja pasti sering memberi telepon seluler plus layanan internet untuk anak agar mereka dapat berkomunikasi. Niat tersebut memang baik, namun harus dikaji ulang. Alasan pertama, anak-anak zaman sekarang rentan terhadap internet karena banyak situs dewasa yang dapat leluasa diakses tanpa filter umur. Kedua, mereka akan sering menghabiskan banyak waktu untuk bermain game dari pada susah payah belajar sehingga menjadi malas. Sebaiknya, gunakan telepon rumah untuk memantau keadaan si anak di rumah. Jika si anak akan rekreasi jauh tanpa orang tua (misalnya mengikuti kegiatan study tour sekolah), Anda boleh memberikan telepon seluler tersebut untuk kelancaran komunikasi.

Masalah berikutnya adalah terkadang ada anak-anak yang mempunyai jadwal ekstrakulikuler tak tentu di sekolah sehingga harus menghubungi orang tua untuk dijemput. Anda bisa memberikan handphone dengan alat pelacak agar Anda dapat memantau lokasi anak.

Memaksa Anak Untuk Mengikuti Banyak Kursus

Mempunyai kegiatan di luar sekolah pasti mengasyikkan bagi anak-anak. Mereka dapat mengembangkan bakat non-akademik dan mempunyai teman lain di luar lingkungan sekolah. Sebagai orang tua yang baik, Anda harus memperhatikan apa bakat anak-anak Anda sejak dini sehingga Anda dapat membantu mereka untuk mengembangkannya. Tetapi, banyak orang tua mengikutkan anak-anak mereka ke kelas kursus (seperti kursus balet, gitar, piano, dll) tanpa menanyakan anak terlebih dahulu. Orang tua bersikeras bahwa semua kursus itu untuk kepentingan anak, tetapi tidakkah sebaiknya menanyakan anak Anda tentang kursus yang ia sukai? Jika Anda terlalu egois, anak Anda tidak akan pernah bisa menikmati kelas-kelas kursus tersebut dan bahkan tidak mempunyai kemampuan berarti setelah mengikuti kursus tersebut.

Nah, itulah keenam cara didikan orang tua yang buruk kepada anak. Semoga tulisan ini menggugah hati orang tua yang telah terlanjur melakukan hal-hal di atas. Apabila Anda melakukannya, sebaiknya ubah cara didikan Anda agar tidak menyesal di kemudian hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun