Mohon tunggu...
Zulfaisal Putera
Zulfaisal Putera Mohon Tunggu... Administrasi - Budayawan, Kolumnis, dan ASN

Berbagi dengan Hati

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Basulah

10 Agustus 2023   21:52 Diperbarui: 11 Agustus 2023   00:25 437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : medicalnewstoday.com

Saya sering berfoto diri. Baik berfoto sendiri, maupun difoto oleh orang lain. Sesekali saya memperhatikan hasil foto yang menggambarkan diri sendiri. Memperhatikan sekadarnya, atau dengan saksama. Terkadang memuji diri sendiri karena merasa secara visual tubuh, apalagi wajah, masih terlihat gagah dan tampan - secara subjektif. Terkadang merasa malu karena melihat tubuh di foto sudah ringkih dan wajah takkaruan.

Benarkan kondisi fisik tubuh seseorang menggambarkan seberapa usia yang bersangkutan. Atau, kondisi fisik garis lurus dengan usia. Namun, bisa saja dibantah. Jika fisik, baik tubuh maupun wajah terpelihara secara baik dan benar, maka bisa saja penampilan lebih muda dari usianya. Sampai sampai orang orang tidak bisa menebak usianya.

Kita memang sering terpana melihat orang orang yang terlihat masih bugar dan gagah, padahal usianya mungkin sudah berumur - untuk tidak disebut tua. Orang orang tersebut kebanyakan publik figur, seperti pejabat, artis, dan pengusaha. Akan tetapi, kita juga harus maklum karena tentu publik figur itu punya anggaran tersendiri untuk perawatan, Entahlah.

Ada hal yang menarik. Walaupun tubuhnya masih bugar dan wajahnya masih segar, tetapi ada satu kondisi pada bagian tubuh tertentu yang tampaknya bisa berlaku sama pada semua orang. Baik kaya atau miskin, terpelihara atau tidak, sehat atau pun sakit-sakitan. Bagian tubuh ada di kepala bagian atas tempat bertumbuh rambut.

Ya, sesungguhnya bagian atas kepala atau yang sering disebut mahkota adalah bagian tubuh yang harus mengikuti kodrat dari Tuhan. Ini persoalan rambut. Ada dua hal yang terkait dengan rambut di kepala manusia, yaitu uban dan kebotakan. Untuk uban, masih bisa ditutupi dengan cat rambut. Namun, untuk kebotakan, tampaknya banyak menerima apa adanya.

Botak adalah kondisi saat rambut mengalami kerontokan. Kondisi tersebut umumnya terjadi secara permanen, dan dipicu oleh berbagai hal. Sebenarnya, kebotakan terjadi seiring berjalannya waktu dan merupakan bagian proses penuaan. Kata 'penuaan' perlu digarisbawahi. Artinya bisa menimpa pria atau wanita. Hanya wanita tak'ganas; pria kebotakannya.

***

Terkait dengan persoalan kebotakan, siang tadi, Kamis (10/8), staf saya, Pak Sosanto Erwin memfoto saya dan teman teman di Bidang Kebudayaan Disbudporapar. Ini biasa dilakukannya. Juga dilakukan teman teman di bidang. Saling memfoto, terutama di saat santai, walau tetap dalam suasana bekerja. Foto foto itu biasanya dipasang di grup WA Bidang. Dan kami menikmati saja.

Salah satu foto menggambarkan saya yang sedang bercakap dengan Edo, salah satu staf lainnya. Foto diambil menyamping. Awalnya saya takmenggubris. Setelah memperhatikan seksama, saya fokus pada mahkota di kepala. Sebenarnya sering saja melihat rambut di kepala saya, baik melalui cermin, maupun foto. Namun, sekali ini saya harus tersenyum karena tampaknya kebotakan di kepala saya mulai meluas.

Saya mendiskusikannya dengan teman. Menurutnya, kepala saya takbotak-botak amat. Hanya basulah sedikit. Dia menyebut sulah. Mungkin sekadar menghibur saya, tapi bisa juga karena menurut penglihatannya botak saya takterlalu banyak. Saya sadar saja bahwa saya mulai mengalami kebotakan karena memang sudah menua. Sudah 55 tahun.

Kata sulah dalam bahasa Banjar bermakna 'botak'. Jadi takada beda. Sebutan itu untuk menggambarkan kebotakan. Namun, tampaknya bagi sebagian orang Banjar, sulah menggambarkan kebotakan yang merayap dari kiri dan kanan depan. Bukan dari depan, apalagi di tengah. Kalau kebotakan di tengah, dalam istilah Banjar disebut longor.

***

Sebenarnya ada skala yang bisa digunakan dalam mengukur kebotakan, terutama pada pria, Skala ini dikenalkan oleh James Hamilton pada tahun 50-an. Skala ini disebut Skala Norwood karena dikembangkan oleh Dr. O'Tar Norwood pada tahun 70-an. Skala Norwood mendefinisikan tujuh tahap kebotakan dengan model khusus untuk setiap jenis kebotakan.

Setelah saya lihat model model kebotakan untuk ketujuh tahap Skala Norwood, kondisi mahkota saya termasuk dalam kebotakan tahap 3. Pada tahap ini, kerontokan rambut mulai terlihat. Garis rambut ditarik ke belakan dari pelipis, memberikan bentuk hurup 'M' melengkung jika dilihat dari atas.

Penjelasannya tidak sampai di situ. Untuk kebotakan tahap 3 ini masih berlanjut pada tahap 3 vertex. Tahap ini mahkota saya mulai kehilangan rambut di ubun ubun alias menipis, Kalau saya lihat dari atas ada titik botak di mana rambut sangat tipis. Bagaimana pun, kondisi rambut ini tidak bisa disembunyikan. Dan saya menerima kodrat ini.

Jadi ingat akronim tentang rambut dan kebotakan yang sering dilontarkan teman teman saat remaja dulu. Yang saya ingat, seperti 'Sugus' - nama permen pada zamannya, akronim dari 'Sudah gundul semua'; 'Agus' yaitu 'Agak Gundul Sedikit'; dan 'Gunawan' yaitu 'Gundul Menawan'. Mungkin aku masih termasuk 'Agus'. Anda bagaimana? (Zf)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun