Sebuah acara makan bersama sahabat, apalagi di jamu oleh seseorang, tentu punya banyak makna. Tidak hanya bagi yang dijamu, tetapi juga bagi yang menjamu. Terkadang kebanyakan orang menganggap makan bersama hanya sekadar ritual makan biasa. Ngobrol sambil menikmati makanan. Hahahihi. Terus ditutup dengan foto bersama. Padahal lebih dari itu.
Sejak dulu, makan bersama, baik bersama keluarga di rumah, atau bersama kawan kawan di luar rumah, sudah menjadi bagian dari diplomasi. Beberapa persoalan besar, dari masalah pribadi sampai masalah politik, biasanya diselesaikan di meja makan. Bahkan, bisa saja di depan publik, antarmereka seperti bersengketa. Namun, di balik layar, mereka makan bersama dan baik baik saja.
Makan bersama, satu sisi mengenyangkan, sisi lain bisa menguatkan. Apa yang dikuatkan? Hubungan antarpersonal, jaringan, dan komitmen. Maka itu, tidak mengherankan, mereka terlihat lahap makan, tetapi juga lahap bicara. Bahkan terkadang, terlihat lebih banyak bicara dibanding menyuap. Semua berujung pada kesepahaman.
Di tengah suasana ekonomi yang makin melemah, baik akibat resesi, maupun efek domino dari pandemi Covid-19, makan bersama tetap menjadi bagian gaya hidup. Di mana pun makannya, warung pinggir jalan sampai restoran berbintang, kebersamaan terlihat. Soal siapa yang bayar, boleh masing masing, boleh ada yang mentraktir. Namun, semua merasa nyaman dan kenyang. Termasuk orang yang mentraktir, merasa senang dan dihargai.
Untuk kesekian kali, saya mendapat kesempatan makan bersama yang dijamu oleh seorang sahabat. Penjamunya adalah Bang Sam'ani Muhammad, seorang wiraswastaan dan politikus. Sahabat saya yang satu ini memang unik.Â
Sebagai seorang yang sangat serius menjalankan usahanya, dan ini yang katanya sering membuat dia stres, sesekali merindukan duduk bersama para budayawan. Beliau mengatakan jika sudah membaca dan mendengar obrolan para budayawan, akan merasa nyaman dan sejuk. Boleh saya tafsirkan seperti duduk di tepi telaga. Dan kebersamaan dengan parabudayawan lebih pas di meja makan.
Atas dasar itulah, sesuai keinginan beliau, akhirnya kami bisa bersama sambil makan siang. Bertemulah para sahabat yang sebelumnya sudah saling kenal dengan Bang Sam'ani. Keseharian mereka bergelut di kampus dan dunia kepenulisan dan kebudayaan. Ada Prof. Dr. H. Rizali Hadi, Dr. Ida Komalasari, M.Pd., Dr. Rusma Nortyani, Dr. (C) Khumaidi Ibnu Sami, dan Dr. (C) Edlin Yanuar Nugraheni.