Mohon tunggu...
Zulfaisal Putera
Zulfaisal Putera Mohon Tunggu... Administrasi - Budayawan, Kolumnis, dan ASN

Berbagi dengan Hati

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pertemuan

23 Juli 2019   21:50 Diperbarui: 23 Juli 2019   21:53 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suatu hari, Phytagoras (580 - 504 SM), filsuf dan ahli matematika dari Yunani, mengundang teman-temannya untuk makan. Kepada pembantu, dia memerintahkan untuk menyiapkan makanan untuk menjamu tamunya. Namun, pembantunya ternyata melalaikan perintah itu dan tidak menyiapkan makanan sedikit pun.

Saat teman-temannya datang, Phytagoras tidak panik dan malah tertawa. Kepada tamunya, dia berkata,  "Hari ini telah kita dapatkan hal-hal yang lebih mulia daripada alasan pertemuan kita ini, yaitu menahan kemurkaan, menguasai kemarahan, menggenggam kesabaran, dan menghiasi diri dengan kelembutan."

Saya tidak tahu tanggapan Anda akan sikap Phytagoras dalam cerita ini. Walaupun bukan "Kaum Pythagorean" - tarekat beragama yang didirikan Phytagoras saat di kota Kroton, Italia Selatan (530 SM), saya melihat kuatnya keyakinan dia akan teori perlawanan, yang dipelajarinya dari Zarathustra (1100 -- 550 SM), seorang nabi dari Persia.

Teori itu mengingatkan bahwa objektivitas memandang sesuatu dari perbedaan sudut pandang. Bisa saja kelalaian pembantu menyiapkan makanan untuk tamu-tamunya itu dijadikan persoalan, tetapi Phytagoras justru memunculkan hal lain. Ternyata banyak nilai yang bisa diperoleh daripada sekadar deretan angka-angka yang selama ini ditekuninya.

Banyak rencana yang dirancang untuk sebuah pertemuan. Rencana itu bahkan menjadi semacam persyaratan bertemu, atau agar pertemuan itu menjadi lebih sempurna. Kenyataannya justru memperlihatkan bahwa pertemuan itu hadir tidak sesuai rencana, atau bahkan tidak terjadi karena belum menemukan formula yang sama.

Ada sebuah contoh persoalan pertemuan yang disebut banyak peneliti sebagai Mozart Cafe Rendezvous Problem -- nama caf di Wina tempat titik pertemuan yang direncanakan. Persoalan ini pertama kali diperkenalkan oleh Steve Alpern (71) tahun 1976 dan menarik banyak pihak mendalami masalah yang ternyata sangat sulit diselesaikan.

Cerita tentang dua orang yang berjanji bertemu di sebuah taman yang belum pernah mereka kunjungi. Mereka datang sendiri dan baru tahu bahwa tamannya sangat besar. Mereka pun kesulitan bertemu. Dalam situasi seperti ini, mereka harus memilih antara menunggu di suatu tempat supaya ditemukan orang lain atau mencari orang lain yang mungkin sudah menunggu di suatu tempat.

Apabila mereka berdua memilih menunggu, mereka tidak akan pernah bertemu. Apabila mereka saling mencari, bisa saja bertemu atau tidak bertemu. Apabila  salah satu memilih menunggu dan satu lagi berjalan, memang mereka pada akhirnya akan bertemu, Namun, dalam praktiknya, proses mencari seperti ini memakan waktu yang sangat lama.

Persoalannya adalah: apa strategi yang perlu mereka ambil untuk memaksimalkan peluang bertemu? Ada banyak pemikiran muncul. Meminta bantuan pihak ketiga untuk menjembatani, misalnya. Namun, masing-masing pendukung pihak pertama dan pihak kedua ternyata juga punya kepentingan terhadap pertemuan itu. Bisa jadi pertemuan itu malah takpernah terwujud.

Bagaimana kalau pertemuan itu dianggap obat untuk menyembuhkan luka. Sama saja. Apalagi jika hanya salah satu pihak yang merasa luka dan pihak lainnya dianggap yang melukai. Ini menjadi tragedi kisah cinta dari masa ke masa. Ada perasaan gengsi, malu,  bahkan ketakutan untuk bertemu. Tersebab pertemuan itu diprediksi akan menambah luka baru.

Pertemuan kejutan antara Jokowi dan Prabowo, Sabtu, 13 Juli 2019, pukul 10.07 WIB di stasiun MRT Lebak Bulus, menjadi pembenaran akan pandangan pasal pertemuan yang digambarkan di atas. Bahwa ada pihak yang sudah menebak bakal ada pertemuan, ada pihak yang takmenduga ada pertemuan, dan ada pihak yang kecewa karena pertemuan itu taksesuai kehendaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun