Mohon tunggu...
Zulfaisal Putera
Zulfaisal Putera Mohon Tunggu... Administrasi - Budayawan, Kolumnis, dan ASN

Berbagi dengan Hati

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

The Greatest

12 Juni 2016   21:44 Diperbarui: 12 Juni 2016   21:54 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Muhammad Ali . Foto : http://images.huffingtonpost.com/2014-08-01-paintingfinger.ali.jpg

The Hollywood Walk of Frame adalah nama sebuah trotoar di Hollywood Amerika. Letaknya di sepanjang 15 blok Hollywood Boulevard dan 3 blok Vine Street. Trotoar ini sangat terkenal di dunia karena menampilkan lebih dari 2.400 keramik teras yang bergambar sama, bintang segi lima, dan bertuliskan nama-nama bintang Hollywood beserta tanda tangannya. Dokumentasi ini sebagai bentuk penghargaan atas karya-karya mereka di industri hiburan.

Walaupun bukan artis musik dan film, petinju Muhammad Ali juga mendapat penghargaan Walk of Frame tahun 2002. Pertandingan tinjunya dianggap sebagai bentuk live performance yang menghibur. Namun, tak seperti tokoh yang lain, Ali tak bersedia jika bintang emas untuknya diletakkan di trotoar. Tersebab menyandang nama ‘Muhammad’ Rasulullah, keramik Ali diletakkan di dinding. “Saya meminta nama Nabi Mihammad dihormati dan tidak saya mengizinkan orang-orang untuk menginjak namanya”, kata Ali.

Itulah salah satu yang luar biasa dari seorang Muhammad Ali, sang legendaris yang wafat di sebuah rumah sakit di Phoenix, Arizona, Jumat (3/6/2016) atau Sabtu waktu Indonesia dan dimakamkan dengan sangat fenomenal Jumat (10/6/2016) atau Sabtu dini hari, di Cave Hill Cemetery, kota Louisville, kampung halamannya. Kepulangan Ali ke hadirat Allah diantar oleh ribuan masyarakat Amerika dan jutaan mata penonton televisi di dunia. Almarhum bukan hanya didoakan pelayat muslim, tetapi juga semua agama.

Ketika Ali menjadi juara dunia pertama kali 29 Oktober 1964 dengan kemenangan TKO atas Sony Liston, saya belum lahir. Saat itu Ali masih bernama Cassius Clay. Saya mulai mengenal sosoknya dan menyaksikan pertandingan tinjunya ketika sudah remaja. Saat itu, tahun 1980. Ali yang kembali ke ring tinju setelah menyatakan mundur setahun sebelumnya, berhadapan dengan Larry Holmes. Ali dinyatakan kalah TKO pada ronde ke-11. Sebuah dokumen medis menyebutkan Ali sebelumnya sudah dinyatakan sakit Parkinson, tetapi dirahasiakan oleh Don King, promotornya.

Walaupun sudah jelas mengidap penyakit yang membuat tangan bergetar, bicara lamban, dan kerusakan pada membran otak, Ali mencoba bertanding lagi 11 Desember 1982 dengan Trevor Berbick. Ali tetap kalah KO di ronde ke-10. Sejak itu Ali mundur total dari dunia tinju. Dunia tinju kelas berat saat itu kehilangan seorang petinju yang santun. Ali dikenal “melangkah bagai kupu-kupu, memukul menyengat seperti lebah”. ”Catch me if you can “ adalah jargon tinjunya yang terkenal. Dari 61 pertandingan, Ali menang 56 kali dan kalah hanya 5 kali dan 1 kali di Olimpiade musim panas di Roma 1960.

Ali memang punya pengalaman hidup yang bersahaja dibanding riwayat petinju dunia lainnya yang kebanyakan lahir dari jalan raya. Ali mengenal tinju ketika kehilangan sepeda saat usia 12 tahun dan lapor kepada polisi mantan atlet tinju, Opsir Joe Martin. Ali memutuskan masuk Islam tahun 1960 karena merasa Islam tak membedakan suku dan warna kulit. Ali membuang medali emas olimpiadenya tahun 1960 karena diusir oleh sekelompok orang kulit putih di sebuah restoran. Ali juga menolak wajib militer AS pada perang Vietnam 1967 karena merasa perang hanya membinasakan manusia.

Sekali pun Ali menyebut dirinya “The Greatest”, sosok kelahiran 17 Januari 1942 ini tidak asyik dengan dirinya sendiri seperti yang terjadi banyak petinju dunia, bahkan olahragawan dunia lainnya. Ali membaktikan hidupnya untuk perdamaian dunia dan persamaan hak antar suku dan ras. Maka itulah PBB menunjuknya sebagai duta perdamaian “Messenger of Peace” dan Presiden AS kala itu George W. Bush, Presidentil Medal of Freedom. Ali juga mendirikan Muhammad Ali Center di Louisville, Kentucky, pusat multikultural untuk mewujudkan cita-citanya.

Satu hal yang tak banyak diketahui publik adalah bahwa Ali juga seorang penyair. Ali ternyata suka menulis puisi sebelum dan sesudah bertanding tinju, bahkan pasca sebagai petinju. Puisi berjudul “I am the Greatest” ditulis oleh Ali 25 Februari 1964 sebelum bertanding tinju melawan Sonny Liston. Ali pernah tampil baca puisinya yang berjudul Freedom - Better Now di televisi di Irlandia tahun 1971. Salah satu puisi pendeknya yang sangat inspiratif adalah “Aku Berdoa” : “Aku berdoa kepada Tuhan setiap hari / Jika Tuhan ada bersamaku / Tak seorang pun bisa mengalahkanku”. Selamat jalan, Ali! ***

Sumber : SKH Banjarmasin Post, Minggu, 12 Juni 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun