Wawancara mendalam dengan warga yang terlibat dalam tradisi "Besik Nyadran dan Besik Munggah" menambahkan pemahaman lebih dalam tentang makna dan nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi tradisi tersebut. Menurut H. Padmo Prisanto sebagai sesepuh di rt rumah saya. Beliau saya singgung berbagai pertanyaan. Dan berikut jawaban yang dilontarkan beliau ketika disinggung dengan pertanyaan mengenai kekuatan konteks sosio-kultural (nilai-nilai luhur budaya) apa yang terdapat dalam tradisi " Besik Nyadran dan Besik Munggah" yang ada di Desa Ambowetan yang sejalan dengan pemikiran KHD? Beliau mengatakan "tradisi besik nyadran dan besik munggah ini adalah suatu adat yang berkelanjutan, artinya memang turun temurun dari jaman dulu. Dan tentunya tradisi tersebut sangat mencerminkan kekuatan konteks sosio-kultural, dengan konsep pemikiran ki hajar dewantara yang memang mendasarkannya kepada nilai-nilai luhur budaya, salah satunya yaitu mencakup nilai-nilai moral, agama dan etika yang kuat, seperti silaturahmi, kerja sama, tolong-menolong, rasa saling menghormat, juga gotong royong membersihkan makam dan memasak hidangan. Bagaimana pemikiran KHD dapat dikontekstualkan sesuaikan dengan nilai-nilai luhur kearifan budaya Nyadran dan Munggah yang ada di Desa Ambowetan yang relevan menjadi penguatan karakter peserta didik sebagai individu sekaligus sebagai anggota masyarakat pada konteks lokal sosial budaya di Desa Ambowetan sendiri?. Beliau mengatakan "Untuk cara kontekstualnya para orangtua bisa saling membantu dengan bersih-bersih makam dan masak-masak bersama sedangkan untuk anak-anak sendiri bisa dengan gotong-royong membantu hal-hal kecil dan ikut erta meramaikan tradisi serta menjalin silaturahmi tersebut."
Pertanyaan selanjutnya tentang satu kekuatan pemikiran KHD yang menebalkan laku peserta didik di kelas atau sekolah sesuai dengan konteks lokal sosial budaya dalam tradisi Besik Nyadran dan Besik Munggah di Desa Ambowetan yang dapat diterapkan. Beliau mengatakan" Guru dapat menunjukkan beberapa perlakuan yang bisa keterkaitan dengan besik nyadran dan besik munggah dengan cara menanamkan sifat gotong-royong, saling tolong menolong, mudah bergaul dan rasa keingintahuan lebih agar siswa lebih tertarik dengan apa yang guru tersebut lakukan. Bisa menggunakan deskripsi antar kelompok dan melakukan proyek untuk anak-anak mengenai budayanya sendiri. Dalam pembelajaran yang memperkuat pemahaman dan pengalan peserta didik terhadap nilai-nilai budaya yang diyakini dan diamalkan kepada masyarakat desa Ambowetan. Menjadikan konsep pendidikan lebih maju dan lebih nyata.
Besik Nyadran dan Besik Munggah di Desa Ambowetan
Tradisi Besik Nyadran dan Besik Munggah ini dilakukan oleh hampir seluruh masyarakat di Desa Ambowetan yang dilaksanakan di TPU/makam. Biasanya dilakukan sore hari setelah ashar. Besik Nyadran sendiri dilakukan sebelum bulan Ramadhan atau saat bulan Syaban. Warga berbondong-bondong pergi ke makam meleng atau blegedet. Dilanjutkan doa bersama, seperti yasin tahlil dan doa untuk keberkahan seluruh masyarakat, setelah itu kadang panitia membagikan nasi bungkus, atau berkumpul di mushola tempat penyelenggara, dan makan bersama hasil masakan dari ibu-ibu. Nah Besik Munggah pun sama seperti itu namun ada yang tidak menyenggarakan makan bersama dikarenakan masih puasa, atau dilanjutkan sampai setelah maghrib diiringi buka bersama, untuk menjalin silaturahmi antar masyarakat umum.
SIMPULAN DAN SARANÂ
Tradisi Besik Nyadran dan Besik Munggah yang masih dijalankan Desa Ambowetan memiliki nilai-nilai luhur budaya yang keterkaitan dengan Ki Hajar Dewantara. Menjadi sebuah tradisi sebuah Desa Ambowetan secara turun temurun menciptakan beberapa nilai-nilai yaitu: Pertama nilai agama/ibadah yang terkandung dalam tradisi tersebut bahwa bertujuan untuk beribadah kepada Allah SWT. Di dalam doa yang masyarakat panjatkan untuk sarana ibadah dengan menyembah Allah SWT. Kedua, Nilai Silaturahmi. Dalam Tradisi ini yang menjadi tujuan ialah menyambung silaturahmi antar masyarakat desa agar tidak putus. Dengan diadakannya tradisi ini masyarakat lebih mengenal, rukun, dan damai. Hasil penelitian ini diharapkan bisa menambah pengetahuan tentang salah satu tradisi local yang ada di Jawa Tengah dan diharapkan dapat mendeskripsikan relasi pendidikan dengan kearifan local yang dimiliki oleh masyarakat Jawa Tengah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H