Mohon tunggu...
Zulfa Izzati Prisanto
Zulfa Izzati Prisanto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas PGRI Semarang

Mahasiswa Program Studi Matematika

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Besik Nyadran dan Besik Munggah di Salah Satu Desa di Kabupaten Pemalang

12 April 2024   23:35 Diperbarui: 12 April 2024   23:38 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PENDAHULUAN

Setiap bangsa menginginkan kehidupan nasionalnya memiliki ciri khas nilai kebangsaan yang dimiliki, dihayati, dan dilestarikan sebagai pengikat kehidupan berbangsa dan bernegara serta mampu memberikan kontribusi yang signifikan bagi keberadaan kehidupan bangsa. Nilai-nilai kebangsaan yang dimiliki oleh setiap negara akan dijadikan rujukan untuk diinternalisasikan dan dipelihara karena erat kaitannya dengan mutu penyelenggaraan sistem pendidikan nasional. Dengan demikian adanya kehidupan bangsa ditentukan oleh kemampuan bangsa memandang pentingnya pendidikan dan mengelola pendidikan nasionalnya. Plato pernah menyatakan bahwa idealnya dalam suatu negara, pendidikan mesti mendapat tempat yang penting dan istimewakan, mengingat kontribusinya dalam pembangunan bangsa dan negara (Idi, 2011).

Pendidikan dan pengajaran di dalam Republik Indonesia harus berdasarkan kebudayaan dan kemasyarakatan bangsa Indonesia, menuju kearah kebahagiaan batin serta keselamatan hidup lahir (Ki Hajar Dewantara). Budaya akan terus berkembang dan berubah seiring berjalannya waktu, percepatan dan pembangan ilmu dan teknologi, serta perkembangan kepandaian manusia. Pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan. Pendidikan dan kebudayaan mempunyai pengaruh timbal balik, bila kebudayaan berubah maka pendidikan juga bisa ikut berubah dan begitu juga bila pendidikan berubah, maka akan dapat mengubah kebudayaan. Didesa Ambowetan tradisi Besik Nyadran dilaksanakan menjelang bulan Ramadhan, di bulan Rajab pada hari kamis wage malam jumat kliwon. Dalam budaya sadranan sebenarnya sangat penuh dengan nilai-nilai pendidikan Islam. Diantaranya adalah pendidikan untuk berbhakti kepada kedua orang tua yang sudah meninggal dunia. Mengirimkan doa dan memohonkan ampunan kepada Allah atas segala salah dan khilaf orang tua semasa hidupnya. Bersedekah kepada orang lain, saling tolong menolong, ikhlas, menjalin tali silaturahmi dan lain sebagainya.Nah Besik Munggah pun tergolong mirip dengan Besik Nyadran namun dilaksanakan 7 hari atau hari-hari sebelum hari raya idul fitri.

Tradisi Besik Nyadran ialah tradisi masyarakat Jawa untuk menyambut bulan Ramadhan. Besik Nyadran biasanya dilakukan saat bulan Sya'ban(Ruwah), menjelang Ramadhan. Biasanya warga sekitar membawa bunga dan alat untuk membersihkan makam adapun yang mengecat makam. Nah Besik Munggah dilaksanakan 7 hari sebelum Ramadhan atau beberapa hari sebelum Ramadhan, biasanya warga mengganti tengok (batu nisan) sehingga tidak ada pantangan, karena biasanya kalua sebelum itu ada pantangan(disebut oleh narasumber) Warga sekitar berbondong-bondong ke makam Ambowetan "meleng" dan "blegedet", , tidak hanya sesepuh yang ikut berpartisipasi dalam mengikuti Tradisi tersebut tetapi pemuda atau remaja yang ada di Desa Ambowetan.

Setelah bersih-bersih makam biasanya dilakukan doa bersama yang dipimpin oleh sesepuh dari rt atau keluarganya Doa bersama bertujuan untuk memanjatkan puji syukur kepada Sang Pencipta sekaligus mendoakan para leluhur. Momen ini juga sering dimanfaatkan untuk bermaaf-maafan sebelum melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan.Pulang dari makam biasanya warga-warga disini melaksanakan makan bersama tujuannya untuk mempererat tali persaudaraan, biasanya hidangan yang disiapkan yaitu sesuai kemampuan dan hasil bumi wilayah tersebut Umumnya menyajikan hewan ternak seperti daging ayam maupun daging kambing. Bila ada warga yang berhalangan hadir biasanya di bagikan. Dengan dilestarikannya Tradisi tersebut dapat mempererat tali silaturahmi antar warga, menjadikan warga rukun, damai, dan aman.

METODE

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif, jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif, sumber data utama penelitian ini adalah kondisi sebenarnya dari tokoh masyarakat dan lokasi penelitian. sedangkan data pendukung penelitian ini berasal dari berbagai sumber, antara lain: buku, laporan jurnal, dan lain-lain. Waktu penelitian April 2024. Lokasi penelitian berada di area makam/TPU Meleng dan Blegedet di Ambowetan, Kecamatan Ulujami, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah.

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL

Hasil menunjukkan bahwa Tradisi Besik Nyadran dan Besik Munggah ini ialah suatu tradisi masyarakat sekitar, berupa rasa syukur, berjalannya tali silaturahmi dan bersih-bersih makam menjadikan masyarakat lebih mengenal keluarga, tetangga dan kerabatnya. Momen-momen ini biasanya dijadikan bermaaf-maafan sebelum puasa(nyadran) dan sebelum hari raya idul fitri(munggah).

PEMBAHASAN

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun