Pada era modern ini, kita sering dihadapkan pada kenyataan yang mengejutkan tingginya tingkat kriminalitas di berbagai wilayah. Banyak yang bertanya, apakah ini akibat dari krisis moral atau ekonomi?
Secara ekonomi, krisis dapat memaksa individu untuk mengambil langkah-langkah ekstrem. Ketika seseorang tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar seperti pangan, sandang, dan papan, mereka mungkin merasa tidak punya pilihan selain melakukan tindakan kriminal.
Situasi ini sering diperburuk oleh ketimpangan ekonomi yang menciptakan rasa putus asa dan ketidakadilan. Ketika individu merasa bahwa sistem tidak adil atau tidak memberi mereka kesempatan yang sama, mereka mungkin mencari cara cepat, meskipun ilegal, untuk memperbaiki keadaan mereka.
Pada dasarnya, perilaku kriminalitas di masyarakat tidak hanya dipengaruhi oleh faktor ekonomi, tetapi juga terkait erat dengan krisis moral yang terjadi dalam suatu komunitas. Ketika seseorang memutuskan untuk melakukan tindakan kriminal, seperti pencurian, penipuan, atau tindakan kekerasan, ini mencerminkan tidak hanya kebutuhan materi tetapi juga lemahnya kontrol diri dan nilai-nilai moral yang seharusnya membatasi tindakan tersebut.
Dalam konteks sosiologis, perilaku kriminal sering kali dikaitkan dengan tekanan ekonomi, di mana masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan lebih rentan untuk terlibat dalam aktivitas ilegal. Misalnya, dalam beberapa penelitian, ditemukan bahwa wilayah dengan tingkat pengangguran tinggi cenderung memiliki tingkat kejahatan yang lebih besar, terutama pencurian dan perdagangan narkoba.
Ini terjadi karena keterbatasan akses terhadap sumber daya dan kesempatan ekonomi yang memadai memaksa individu untuk mencari alternatif lain, termasuk jalur kriminal (Nugroho, 2021).
Krisis moral yang semakin meluas di masyarakat merupakan pangkal masalah tingginya angka kriminalitas. Hilangnya nilai-nilai etika, moral, dan agama membuat individu cenderung mengejar kepuasan pribadi tanpa mempertimbangkan dampak tindakannya terhadap orang lain. Di samping itu, krisis ekonomi sering memicu kondisi kehidupan yang sulit.
Ketika lapangan pekerjaan menipis dan pendapatan menurun, banyak orang merasa terdesak untuk memenuhi kebutuhan dasar. Dalam situasi ini, beberapa individu merasa tidak memiliki pilihan lain selain mengambil jalan pintas melalui tindakan kriminal, sehingga rasa putus asa ini sering kali mengaburkan norma-norma moral yang seharusnya dipegang.
Selain krisis moral dan ekonomi, faktor lain seperti lingkungan sosial, pendidikan, dan penegakan hukum juga berperan penting dalam meningkatkan atau menurunkan tingkat kriminalitas. Semua elemen ini saling berinteraksi dan menciptakan situasi yang kompleks, di mana solusi yang holistik dan terintegrasi sangat dibutuhkan untuk mengatasi masalah ini secara efektif.
Dalam beberapa tahun terakhir, kita menyaksikan peningkatan angka kriminalitas di berbagai belahan dunia. Fenomena ini sering kali diperdebatkan dalam konteks krisis moral atau ekonomi. Namun, untuk memahami mengapa masyarakat cenderung terlibat dalam kriminalitas, kita perlu melihat kedua aspek ini secara beriringan.
Di satu sisi, krisis ekonomi menjadi faktor pendorong utama. Ketidakstabilan ekonomi, pengangguran yang tinggi, dan kesenjangan sosial yang mencolok menciptakan lingkungan di mana individu merasa terdesak untuk mencari cara alternatif dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka. Dalam situasi seperti ini, tindakan kriminal sering kali dipandang sebagai satu-satunya jalan keluar. Banyak orang yang merasa tidak memiliki pilihan lain, sehingga mereka terjebak dalam lingkaran kejahatan untuk bertahan hidup.
Di sisi lain, krisis moral juga memainkan peran penting. Dalam masyarakat yang semakin materialistis, nilai-nilai moral sering kali terabaikan. Pendidikan moral yang lemah dan pengaruh budaya pop yang mempromosikan kehidupan glamor tanpa usaha yang cukup dapat membuat individu merasa bahwa tindakan kriminal adalah sesuatu yang dapat diterima. Ketika norma-norma sosial mulai luntur, orang-orang cenderung mengabaikan konsekuensi dari tindakan mereka, berfokus pada keuntungan jangka pendek tanpa mempertimbangkan dampak jangka panjang.
Kesimpulannya baik krisis moral maupun ekonomi dapat menjadi faktor utama dalam mendorong tindak kriminalitas. Keduanya saling terkait dan memperkuat satu sama lain, menciptakan lingkungan yang memungkinkan kejahatan untuk berkembang. Untuk mengatasi masalah ini, perlu dilakukan upaya untuk memperkuat moralitas individu, menciptakan keadilan sosial, dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat
Disusun Oleh Kelompok 2
1. Alifyana Fitri Annisa
2. Ahmad Syakirin
3. Ananda Rahmadania
4. Desi Amelia
5. Marwiya
6. Nuriyah Juni Rahmawati
7. Uchie Masyiroh
8. Zulfah Anali Agustin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H