Menjelang Hari Raya Idul Fitri, permintaan sapi di pasar meningkat secara signifikan. Fenomena ini terjadi setiap tahun menjelang perayaan Idul Fitri, di mana masyarakat Indonesia membutuhkan sapi untuk keperluan kurban sebagai bagian dari tradisi agama Islam.
Permintaan yang tinggi ini menciptakan peluang bisnis yang menarik bagi para peternak sapi dan pelaku usaha di sektor peternakan.
Para peternak sapi mulai mempersiapkan diri dengan meningkatkan produksi sapi untuk memenuhi permintaan pasar yang meningkat drastis.
Mereka memperhatikan kesehatan dan kualitas sapi yang akan dijual sebagai hewan kurban, sehingga konsumen mendapatkan sapi yang sehat dan layak untuk disembelih.
Selain itu, pelaku usaha di sektor peternakan juga mengimplementasikan strategi pemasaran yang kreatif untuk menarik minat konsumen.
Mereka menawarkan paket potong hewan kurban yang lengkap dengan harga yang kompetitif, serta memberikan diskon dan promosi menarik untuk menarik perhatian konsumen.
Layanan pengiriman sapi kurban juga menjadi salah satu daya tarik bagi konsumen yang ingin membeli sapi tanpa harus repot mengurus transportasi.
Dampak ekonomi dari meningkatnya permintaan sapi menjelang Idul Fitri juga tidak bisa diabaikan. Para peternak sapi dan pelaku usaha di sektor peternakan mendapatkan keuntungan yang signifikan dari peningkatan penjualan sapi selama periode ini.
Hal ini memberikan kontribusi positif bagi perekonomian lokal dan meningkatkan pendapatan bagi para pelaku usaha di sektor peternakan.
Salah satu pelaku usaha di sektor peternakan sapi ialah Muhammad Zaenuri. Zaenuri berusia 65 tahun dan sudah beternak sapi selama 22 tahun lalu.
Sejak kecil Zaenuri sudah mulai belajar memelihara sapi karena orangtuanya dahulu juga memelihara sapi. Ia memelihara sapi hanya untuk bisnis sampingan, ia berprofesi sebagai Kepala Desa di desa Plumbon. Zaenuri bertempat tinggal di Desa Plumbon, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang.
Hal yang perlu diperhatikan ketika memelihara sapi adalah kualitas bibitnya. "Pertama kualitas bibitnya jenis limousin atau simmental yang keduanya, dari segi nutrisinya harus terpenuhi," ujar Zaenuri.
Pertama, kualitas bibit Jenis sapi limousin atau simmental.Â
Bibit limousin. Limousin adalah salah satu ras sapi yang berasal dari wilayah Limousin di Prancis. Sapi limousin dikenal memiliki ciri fisik yang kuat dan kokoh, dengan warna bulu yang cenderung coklat kemerahan.
Mereka terkenal akan kemampuan menghasilkan daging yang berkualitas tinggi, dengan kadar lemak yang rendah dan tekstur daging yang lembut.
Sapi limousin juga dikenal sebagai sapi yang efisien dalam mengkonversi pakan menjadi daging, sehingga banyak peternak yang memilih ras ini untuk tujuan pemuliaan sapi potong.
Sementara bibit simmental adalah ras sapi yang berasal dari wilayah Simmental di Swiss. Sapi Simmental dikenal memiliki ciri fisik yang besar dan berotot, dengan warna bulu yang dominan putih dengan bercak coklat.
Mereka terkenal akan kemampuan menghasilkan susu dalam jumlah yang besar, sehingga sering digunakan sebagai sapi perah. Selain itu, sapi Simmental juga dikenal memiliki kemampuan adaptasi yang baik terhadap berbagai kondisi lingkungan dan memiliki pertumbuhan yang cepat.
Kedua, dari segi makan nutrisinya harus tercukupi.
Aspek keseimbangan gizi dalam makanan harus terpenuhi dengan baik. Penting untuk berkoordinasi dengan petugas kesehatan gizi hewan untuk memastikan perkembangan optimal dan tepat.
Anjuran memberikan komplementer makanan setiap pagi dan sore, yang terdiri dari pelet dari katul singkong dengan sedikit garam, serta tambahan hitobren.
Dengan memperhatikan faktor-faktor ini, penanganan pemeliharaan sapi yang baik dapat meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan ternak, serta mendukung keberhasilan usaha peternakan secara menyeluruh.
Selanjutnya dari cara pemasaran apakah terdapat kriteria khusus agar sapi dapat dijual dengan harga yang menguntungkan ketika menjelang Iduladha, yang mana lebih banyak pelanggan membeli salah satu hewan kurban sapi untuk disembelih ketika Hari Raya Iduladha, serta apakah harga jual sapi menjadi naik menjelang Iduladha,
Untuk penjualan menjelang Hari Raya Idul Adha, tentunya terdapat beberapa kriteria yang dapat meningkatkan daya tarik sapi di pasar dan mempengaruhi harga jualnya.
"Biasanya kalo di hari kurban tidak menentukan berat daging atau berat hewan namun dilihat kondisinya kalo sapi yang penting gemuk besar itu harga jualnya pasti lebih mahal dari hari hari biasa," kata Zaenuri.
Dari pernyataan tersebut, Â secara umum, dalam proses penjualan hewan kurban, seringkali penilaian tidak semata-mata berdasarkan berat daging atau berat hewan, tetapi juga diperhatikan kondisi fisik dan gemuk besar hewan tersebut.
Hewan kurban yang gemuk dan besar seringkali dihargai lebih tinggi karena memiliki lebih banyak daging yang dapat disembelih dan dibagikan kepada kaum less fortunate.
Oleh karena itu, sapi dengan kondisi fisik yang baik, berat yang ideal, dan penampilan yang menarik cenderung memiliki nilai jual yang lebih tinggi menjelang Idul Adha.
Menurut Zaenuri Hari Raya Iduladha merupakan bisnis yang menjanjikan karena omsetnya cenderung tinggi dan terus bertambah dari tahun ke tahun. Pembelian bibit sapi pada tahun 2023 dibandingkan dengan tahun 2024 lebih mahal meskipun bibit memiliki ukuran dan berat yang sama.
Harga bibit sapi naik dari 130 per kilogram menjadi 150 per kilogram. Ini berarti kenaikan harga sebesar 20 hingga 25 ribu per kilogram, sehingga terjadi kenaikan harga per tahun dalam bisnis sapi kurban.
Tren dari peningkatan harga ini mencerminkan potensi bisnis yang menjanjikan dan profitabilitas yang terus meningkat dalam industri kurban menjelang Hari Raya Idul Adha.
Salah satu trik yang dilakukan dalam bisnis sapi kurban milik Zaenuri adalah membeli bibit sapi selama bulan puasa Ramadan dan melakukan pemeliharaan selama 3 bulan. Penting untuk memastikan bahwa sapi telah mencapai usia 2 tahun sebagai syarat agama untuk dijadikan hewan kurban.
Dengan strategi ini, biasanya terdapat keuntungan sebesar 5 hingga 6 juta rupiah per ekor dalam bisnis sapi kurban, dengan keuntungan bersih sekitar 2,5 hingga 3 juta rupiah per ekor setelah dikurangi biaya operasional dan modal.
"Jika membeli 10 ekor bisa 25-30 juta dalam tiga bulan" ujar Zaenuri.
Strategi ini telah terbukti efektif bagi banyak pelaku usaha dalam meningkatkan profitabilitas bisnis sapi kurban menjelang Hari Raya Iduladha. Dengan menerapkan strategi ini, para pelaku usaha dalam bisnis sapi kurban memiliki potensi untuk meraih keuntungan yang signifikan.
Zaenuri sendiri menyatakan bahwa dengan membeli 10 ekor sapi, potensi keuntungan yang bisa didapatkan mencapai 25-30 juta rupiah dalam rentang waktu tiga bulan.
Hal ini menunjukkan bahwa dengan perencanaan dan strategi yang tepat, bisnis sapi kurban dapat menjadi sumber pendapatan yang menjanjikan dan berkelanjutan bagi para peternak dan pelaku usaha di sektor peternakan menjelang Hari Raya Idul Adha.
Apakah kalian tertarik untuk mencoba bisnis ini ketika Hari Raya Iduladha?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H