Mohon tunggu...
Zulfa Firdausi
Zulfa Firdausi Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa 231007030054 ILMU KOMUNIKASI UIN SUNAN KALIJAGA

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Bahaya Tersembunyi di Balik Kebiasaan Menimbun Sampah pada Hoarding Disorder

9 Juni 2024   21:41 Diperbarui: 9 Juni 2024   22:24 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.spauldingdecon.com/blog/what-causes-compulsive-hoarding

Kebiasaan menimbun barang bekas, yang sering dianggap sebagai perilaku biasa, dapat menjadi tanda dari gangguan mental yang lebih serius, yaitu "hoarding disorder".

Apakah dari kalian ada yang mengalami gangguan tersebut? Mari simak penjelasan berikut.

Gangguan ini tidak hanya mengancam kualitas hidup penderitanya saja, melainkan juga dapat menimbulkan depresi, rasa malu, menciptakan lingkungan yang tidak sehat bagi penderita. Hingga menjadi salah satu tanda seseorang untuk bunuh diri.

Penyebab hoarding disorder belum diketahui secara pasti, tetapi beberapa faktor yang dapat menimbulkan penyakit hoarding disorder yaitu,

Pertama, Kepercayaan yang berlebihan bahwa barang bekas masih bisa digunakan kembali merupakan ciri dari penderita hoarding disorder, yang menyebabkan mereka menyimpan barang-barang tersebut meskipun sebenarnya tidak lagi bermanfaat.

Kedua, menyimpan barang bekas bisa memberikan kepuasan tersendiri, seperti membangkitkan kenangan atau memberikan rasa aman saat berada di sekitar benda-benda tersebut.

Ketiga, Tindakan menimbun barang bekas kadang terjadi setelah mengalami peristiwa traumatis dan tekanan emosional di masa lalu. Ketika seseorang mengalami kehilangan yang mendalam, seperti kehilangan orang yang dicintai atau trauma emosional lainnya, mereka mungkin mulai menimbun barang-barang sebagai bentuk koping. Contohnya, seseorang yang pernah kehilangan orang tua mereka secara tiba-tiba mungkin mengalami kesulitan untuk melepaskan barang-barang yang terkait dengan kenangan mereka. Ini bisa menjadi cara untuk merasa lebih dekat atau terhubung dengan masa lalu yang mereka anggap berharga.

Keempat, Hoarding disorder bisa menjadi manifestasi dari gangguan mental lain, seperti OCD (Obsessive-Compulsive Disorder), gangguan kecemasan, atau depresi.

Gejala Hoarding Disorder, beberapa ciri yang menunjukkan hoarding disorder. Penderita hoarding disorder mengalami kesulitan untuk membuang benda yang tidak terpakai, disertai dengan perasaan bersalah atau malu jika orang lain melihat barang tersebut. Mereka merasakan dorongan kuat untuk menimbun dan menyimpan banyak benda, sehingga rumah atau tempat tinggal mereka menjadi penuh dengan barang-barang yang berpotensi membahayakan keselamatan dan kesehatan, termasuk penumpukan sampah yang berlebihan.

Penanganan hoarding disorder memang melibatkan pendekatan yang komprehensif, termasuk psikoterapi dan penggunaan obat-obatan. Psikoterapi membantu individu untuk mengatasi keinginan menimbun barang dan memfasilitasi proses pembuangan barang yang tidak diperlukan. Selain itu, penggunaan obat-obatan seperti antidepresan SSRI juga dapat membantu dalam penanganan gangguan mental yang mungkin bersamaan dengan hoarding disorder. Kombinasi kedua pendekatan ini dapat memberikan dukungan yang efektif dalam mengelola hoarding disorder.

Penderita hoarding disorder seringkali tidak menyadari bahwa kebiasaan menimbun barang mereka merupakan suatu gangguan. Oleh karena itu, dukungan dari keluarga atau orang terdekat sangat penting dalam membantu mereka menyadari masalah yang ada dan mencari bantuan medis yang sesuai. Jika ada tanda-tanda hoarding disorder pada seseorang, penting untuk membujuk mereka agar berkonsultasi dengan dokter atau profesional kesehatan mental. Dengan bantuan medis, penderita hoarding disorder dapat mendapatkan diagnosis yang tepat dan perawatan yang sesuai untuk membantu mengelola kondisi mereka. Kesadaran akan gangguan yang dialami dan dukungan dari orang-orang terdekat merupakan langkah awal yang penting dalam proses pemulihan. Jika Anda atau orang terdekat Anda mengalami tanda-tanda hoarding disorder, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional untuk mendapatkan perawatan yang diperlukan.

Diagnosis Hoarding Disorder


Proses diagnosis hoarding disorder memang melibatkan beberapa langkah penting. Dokter akan melakukan pemantauan riwayat kesehatan pasien, termasuk kebiasaan mereka dalam mengoleksi dan menyimpan barang. Dokter juga dapat berbicara dengan orang-orang terdekat pasien untuk mendapatkan informasi tambahan mengenai kondisi rumah pasien dan dampak kebiasaan menimbun barang tersebut.

Selanjutnya, dokter akan menggunakan kriteria yang tercantum dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5) untuk menegakkan diagnosis hoarding disorder. DSM-5 adalah panduan yang digunakan oleh profesional kesehatan mental untuk diagnosis gangguan mental, termasuk hoarding disorder. Dengan menggunakan kriteria yang telah ditetapkan dalam DSM-5, dokter dapat melakukan evaluasi yang lebih terperinci dan akurat untuk menegakkan diagnosis hoarding disorder.

Dari penjelasan diatas adakah yang mengalami atau menemui orang-orang sekitar yang mengalami gejala dan penyebab terjadinya holding disorder?

Apabila kalian menemukan, kalian dapat memberikan perhatian dan dukungan kepada individu yang mengalami hoarding disorder, terkadang mereka tidak menyadari kondisi tersebut,hal ini sangat penting karena kondisi ini merupakan salah satu jenis gangguan mental yang berbahaya. Dengan memberikan perhatian dan dukungan yang empati, kita dapat membantu individu tersebut merasa didengar, dipahami, dan didukung dalam proses pemulihan mereka.
 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun