Mohon tunggu...
Zulfa Firdausi
Zulfa Firdausi Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa 231007030054 ILMU KOMUNIKASI UIN SUNAN KALIJAGA

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tradisi Mendak : Tradisi Masyarakat Jawa Yang Masih Dilakukan Turun-Temurun

24 Maret 2024   17:37 Diperbarui: 24 Maret 2024   17:41 838
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada awalnya mendak atau peringatan hari kematian merupakan warisan budaya Jawa kuno yang berasal dari agama hindu karena pulau Jawa lebih dahulu dimasuki agama hindu dan agama budha, kemudian para ulama terutama walisongo (penyebar agama islam di Nusantara) melakukan akulturasi supaya agama islam lebih mudah masuk khususnya di pulau Jawa. Tidak hanya itu saja, masih banyak tradisi jawa yang di pakai wali songo sebagai mediator penyebaran agama islam, mulai dari pewayangan, gamelan, ziarah kubur, tahlilan, larangan menyembelih sapi di daerah kudus, dan lain sebagainya. Maka, para ulama  wali songo  berinisiatif menyusun rangkaian doa-doa dan wirid serta bacaan tahlil dan yasin yang di hadiahkan kepada almarhum, rangkaian-rangkaian wirid dan doa tersebut, sebagai ganti bacaan-bacaan peringatan kematian sebelum masukknya ajaran islam ke dalamnya yang berupa mantra-mantra, puja-pujaan kepada nenek moyang, benda-benda keramat, tempat-tempat keramat dan lain sebagainya. Oleh karna itu para ulama membuat beberapa adat baru dalam ajaran islam dikarenakan adat istiadat orang jawa sudah menganut beberapa ajaran dan nilai-nilai agama islam, seperti bersedekah, melaksanakan puasa, melakukan silaturrahmi, membangun toleransi dan lain sebagainya, sehingga para ulama kesusahan dalam memasukan agama islam ke pulauJjawa.

Tradisi mendak lebih umum dilakukan oleh masyarakat desa. Dalam pelaksanaan tradisi ini dapat dilakukan secara bersama-sama maupun individual. Tujuan dari tradisi mendak ialah untuk memperingati dan menghormati salah satu anggota keluarga yang telah meninggal. Rangkaian kegiatan acara mendak terkadang agak berbeda dengan daerah satu dengan daerah, berikut rangakaian acara yang umum dilakukan ketika acara mendak berlangsung, berupa pembacaan tahlil, yasin dan doa untuk keselamatan jenazah dalam menghadapi dunia barunya karena Masyarakat Jawa percaya bahwa masih ada kehidupan setelah kematian dan menganggap kehidupan didunia "mung mampir ngombe" yang berarti hidup di dunia seperti mampir untuk minum dan perjalanan sebenarnya ketika di akhirat. Biasanya setelah acara selesai para anggota keluarga akan membagikan berkat yang berisi nasi dan lauk pauk ataupun bahan pokok yanng masih mentah dari keluarga jenazah kepada masyarakat sekitar.

Berikut rangkaian ritual dalam tradisi mendak

1. Nelung Dino (3 hari setelah kematian): Masyarakat Jawa percaya bahwa arwah jenazah masih berada di sekitar rumah mereka selama tiga hari setelah kematian. Oleh karena itu, pada hari ketiga setelah kematian, ritual dimulai dengan pembacaan tahlil, yasin, dan doa untuk jenazah.

2. Mitung Dina (7 hari setelah kematian): Pada hari ketujuh setelah kematian, masyarakat membuka jendela sebagai tanda awal pelaksanaan ritual. Hal ini dilakukan agar acara berjalan lancar.

3. Matang Puluh Dino (40 hari setelah kematian) : Ritual dilakukan pada hari keempat puluh setelah kematian dengan tujuan memastikan bahwa roh jenazah dapat melakukan perjalanan menuju kehidupan barunya dengan lancar.

4. Nyatus Dino (100 hari setelah kematian) : Pada hari ke seratus setelah kematian, ritual dilakukan untuk menyempurnakan wadah yang melekat pada jenazah.

5. Mendak Pertama (1 tahun setelah kematian) : Pada tahun pertama setelah kematian, dilakukan ritual pertama Mendak dengan tujuan mengenang jasa-jasa yang telah dilakukan oleh jenazah kepada keluarga dan masyarakat selama hidupnya.

6. Mendak Pindo (2 tahun setelah kematian) : Pada tahun kedua setelah kematian, ritual Mendak dilakukan lagi untuk menyempurnakan anggota tubuh yang telah mulai hancur dan hanya menyisakan tulang belulang.

7. Nyewu Dino (setelah seribu hari kematian) : Masyarakat percaya bahwa setelah seribu hari kematian, roh jenazah tidak akan kembali lagi ke dunia.

8. Tradisi Kolan: Tradisi ini dilakukan setiap hari dan bulan yang sama, di mana anggota keluarga akan mengadakan kenduri atau bancaan untuk mengenang jenazah.

Tradisi Mendak merupakan bentuk penghormatan kepada yang sudah meninggal, tetapi juga sebagai sarana untuk mempererat hubungan antar anggota keluarga serta memperkokoh rasa solidaritas dalam masyarakat Jawa. Secara keseluruhan, mendak bukan hanya sekadar rangkaian ritual, tetapi juga merupakan bagian integral dari kehidupan masyarakat Jawa yang berfungsi untuk menjaga nilai-nilai tradisional, dan menyediakan dukungan dalam menghadapi musibah bagi sanak saudara yang ditinggal mati oleh mendiang. Selain itu mendak juga memberikan berkah kepada masyarakat melalui pemberian berkat atau sedekah kepada masyarakat sekitar, tradisi mendak juga mencerminkan nilai-nilai kepedulian sosial dan saling berbagi satu sama lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun