13 TAHUN BELAJAR PANCASILA
Sejak kapan kalian belajar mengenai Pancasila? Kalau saya sih sejak 13 tahun yang lalu.
Mulai TK kita pasti sudah dikenalkan dengan Pancasila oleh guru kita. Ingat ga, dulu setiap masuk kelas kita pasti rebutan angkat tangan buat maju untuk memimpin teman-teman membaca Pancasila.
Lambat laun kita pasti pernah punya pemikiran “kenapa sih tiap tahun ada materi pancasila? Bahkan di perguruan tinggi sekalipun.”
Sebelumnya, kita bahas dulu apa arti Pancasila sebenarnya itu.
Pancasila merupakan dasar-dasar ideologi negara. Karena pandangan hidup bangsa harus sesuai dengan ciri khas bangsa yang diambil dari kepribadian tertinggi.
Pancasila dijadikan sebagai pedoman dalam bertingkah laku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Pancasila dianggap memiliki nilai-nilai kehidupa yang paling baik. Sehingga perikehidupan bermasyarakat dan bernegara dapat tumbuh sehat dalam struktur kehidupan yang adil.
Baca juga :Demokrasi Pancasila Pada Masa Orde Baru
Dengan demikian kualitas bangsa Indonesia menjadi baik dan akan terhormat dalam pandagan negara-negara lain.
Selama 13 tahun atau mungkin lebih belajar mengenai Pancasila, tentunya kalian pernah merasa bosan, bukan? Mungkin rasa bosan itu disebabkan oleh cara belajar yang monoton.
Dan bisa juga materi yang disampaikan atau cara penyampaian materinya yang kurang menarik. Hal ini telah saya rasakan ketika belajar Pancasila saat sekolah dasar (SMA) higga sekolah menengah atas (SMA).
Mengapa saat di perguruan tinggi saya tidak merasa bosan? Itu karena pemilihan materi yang menarik dan cara penyampain materi oleh pemateri atau dosen yang keren.
Pada jenjang perguruan tinggi atau kuliah, saya diajar oleh Bapak Edi Purwanto, M.Si. Saya diajar di semester 1 dan semester 2. Pada semester 1 beliau mengajar mata kuliah Pancasila.
Dan disemester 2 beliau megajar mata kuliah Kewarganegaraan. Cara mengajar beliau terbilang unik dan berbeda dibanding dengan dosen lain.
Beliau tidak pernah mengekang mahasiswanya utuk mengikuti apa yang beliau ajarkan. Beliau selalu membebaskan mahasiswanya untuk berpendapat atau memberikan usul tentang materi apa yang akan dibahas bersama di kelas.
Baca juga : Memurnikan Nilai-Nilai Pancasila pada Kaum Milenial di Era Globalisasi Budaya
Pembawaan beliau yang santai, mengayomi, dan menganggap mahasiswanya sebagai teman, membuat saya dan teman- teman merasa enjoy dan senang belajar Pancasila.
Ketika ada jadwal presentasi di kelas pun, beliau membebaskan mahasiswanya memilih topik apa yang akan dibahas. Beliau pernah berkata “Presentasi yang Anda lakukan, jangan anggap sebagai beban namun aggaplah sebagai sarana belajar bicar di depan publik.”
Makanya beliau tidak suka kalau ada mahasiswanya yang ngomong “Enak dong yang nggak presentasi”
Karena jadwal presentasi yang diberikan oleh beliau itu dimaksudkan sebagai ajang untung kami berlatih bicara di depan orang banyak. Seharusnya kami senang mendapat giliran untuk presentasi.
Setiap di kelas beliau selalu bertanya kepada kami tentang materi apa yang ingin dibahas dan didiskusikan bersama di kelas namun tetap ada kaitannya dengan Pancasila. Bahkan terkadang beliau membolehkan membahas materi selain Pancasila. Diskusi yang dilakukan tidak dibuat tegang dan ngeri.
Namun dibuat santai tapi fokus dan juga diselingi guyonan yang saling kami lemparkan. Pengajaran yang beliau lakukan tidak melulu teori yang dilaksanakan di dalam kelas. Beliau juga memberikan kami kesempatan untuk belajar Pancasila langsung di lapangan atau mempraktikkannya.
Pada semester 2 ini, beliau mengajak kami untuk belajar secara langsung mengeni perbedaan dan toleransi umat beragama. Kami dibebaskan untuk mengunjungi tempat ibadah selain agama Islam untuk lebih mengenal kehidupan saudara kami yang berbeda dalam hal keyakinan dan kepercayaan. Pada kesempatan itu, saya bersama dua teman saya pergi ke Gereja Katolik Ratu Rosari Malang.
Baca juga : 1 Juni, Refleksi Pancasila sebagai Ideologi Terbaik Bangsa
Di sana kami melakukan wawancara tentang bagaimana rasanya hidup dalam perbedaan, apakah pernah mendapat perlakuan berbeda dari agama lain, dan sebagainya. Jawaban mereka sungguh mendamaikan hati. Mereka menjelaskan bahwa mereka tidak pernah mendapat perlakuan yang berbeda dari umat agama lain.
Bahkan ketika pihak gereja mengadakan acara ulang tahun gereja, mereka turut mengundang warga sekitar sebagai perwakilan dari setiap agama untuk mempererat persaudaraan dan menjada kedamaian bermasyarakat.
Pengalaman yang paling berkesan selama belajar Pancasila bersama Pak Edi adalah beliau memberikan kesempatan kepada kita untuk merefresh otak dengan cara beryanyi bersama sebelum jam perkuliahan selesai.
Dan pada akhir pertemuan atau akhir semester beliau mentraktir mahasiswanya untuk makan bersama di Soto Qonaah, depan gerbang belakang UIN. Tak hanya untuk kelas saya saja, namun beliau juga mentraktir semua kelas yang beliau ajar.
Kesimpulannya, belajar Pancasila sangat penting agar kita tetap bisa hidup dan berperilaku lurus demi kebaikan diri pribadi, orang lain, dan bangsa negara.
Maka dari itu, selama kita masih sekolah materi Pancasila tetap akan selalu diajarkan. Pemilihan cara belajar yang efektif sangat diperlukan agar kita bisa enjoy dan tidak bosan dalam belajar.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI