Dalam sebuah bisnis startup peran seorang founder cukuplah penting, namun untuk mengisi ruang yang kosong dibutuhkan seorang co-founder. Co-founder merupakan bagian dari seorang pendiri perusahaan. Bersama founder mereka menjalankan sebuah bisnis startup dalam menciptakan sebuah produk yang bisa menjawab kebutuhan konsumen.
Founder dan co-founder bekerjasama dalam mengemban tugas dan tanggung jawab dalam membesar usaha rintisannya agar bisa laku dipasaran. Dibutuhkannya seorang co-founder bertujuan juga untuk bertukar pikiran dengan sesama founder. Sehingga setiap keputusan yang diambil setidaknya sudah menjadi bahan pertimbangan serta kesepakatan dari kedua founder tersebut.
Co-Founder merupakan orang yang mau diajak bekerjasama dalam mengembangkan startup.
Para founder bisnis yang kini telah mencapai titik kesuksesannya tidak lepas dari peran para co-founder nya. Seperti perusahaan digital Google Larry Page dan Sergey Brin, atau pendiri marketplace di asli buatan anak bangsa Tokopedia William Tanuwijaya dan Leontinus Alpha Edison.Â
Kenapa banyak dari para startup digital yang kini telah menjadi unicorn memiliki founder dan co-founder? Alasannya ialah semudah founder tidak dapat bekerja sendiri. Founder membutuhkan orang untuk diajak berdiskusi dan/atau juga mengerjakan hal yang tidak dipahami oleh founder.Â
Lantas, bagaimana cara memilih co-founder yang tepat?
Memilih co-founder harus memiliki visi yang sama
Dalam memilih Co-founder tidak bisa hanya sekedar menunjuk satu orang secara acak karena sudah mengenal dalam waktu lama.Â
Founder harus tahu alasan yang kuat alasan dalam memilih Co-Founder. Semisal, seorang tersebut memiliki visi yang sama karena salah satu mimpinya adalah memiliki startup sendiri. Dengan membangun visi yang sama maka akan membantu serta bersungguh-sungguh dalam mengerjakan startup yang dirintisnya secara bersama hingga berhasil.
Memilih Co-Founder yang memiliki keahlian yang berbeda
Salah satu tips yang bisa dilakukan saat memilih co-Founder adalah memilih co-founder yaitu memiliki skill yang berbeda.Â
Perbedaan skill antara founder ini akan saling mengisi kebutuhan dalam startup satu dengan yang lainnya. Misal, seorang founder sebuah startup teknologi yang berlatar belakang pemasaran dapat memilih seorang co-Founder yang memiliki latar belakang IT.Â
Sinergi antar kedua founder ini akan menjalankan dua operasional yang berbeda, si founder berlatar belakang pemasaran dapat merumuskan strategi pemasaran dan penjualan, sedangkan co-founder berlatar belakang IT dapat fokus dalam pembuatan dan pengembangan produk digital.
Mau berkomitmen
Memilih co-Founder yang benar-benar berkomitmen untuk mengembangkan usaha rintisan. Kerjasama antar founder dibutuhkan komitmen dari masing-masing founder, dengan memiliki komitmen bersama dan keinginan memajukan bisnis bersama maka akan terjalin kerjasama dengan etos kerja yang sehat.
Terbuka dan selalu belajar hal baru
Sebagai co-founder dari sebuah startup belajar merupakan hal yang sangat penting. Tidak cepat puas diri menjadi kunci untuk tetap mengisi knowledge untuk bisa semakin meningkatkan kemampuan diri dalam mengembangkan startup yang dijalankan.
Peran seorang co-founder dalam sebuah startup bukan saja layaknya seperti pekerja atau karyawan biasa, tapi juga menjadi rekan bisnis yang turut dalam membesarkan sebuah startup.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H