Sesampainya di Gigi Hiu kami harus menyusuri jalan pinggir pantai untuk benar-benar bisa berada tepat di depan bebatuan yang tersusun cantik ini. Untuk mendapat hasil yang bagus kalian harus berani maju mendekati lokasi susunan batu yang menjulang tinggi ini, tapi harus tetap berhati-hati karena batu-batu yang dilewati sangatlah licin selain itu ombak besar yang menerjang pantai ini pun cukup besar.Â
Karena pantai ini bukan untuk berenang lebih baik mencari spot-spot yang menarik untuk mengabadikan momen dibanding berenang. Banyak yang berfoto hingga menaiki ke salah satu tebing yang berada disini, memang tergolong sangat berbahaya karena tidak ada tangga atau alat bantu untuk bisa naik sampai atas namun jika berani silahkan.
Dengan jalur berat yang dilalui, untuk bulan April ini harga ojek yang ditawarkan untuk pulang pergi menuju Gigi Hiu adalah Rp 200.000 (dua ratus ribu rupiah) untuk satu motor berikut satu penumpang, harga tersebut masih diluar tiket masuk sebesar Rp 10.000 (sepuluh ribu rupiah) per orang. Harganya memang tidak menentu sesuai dengan beratnya jalur yang dilalui.Â
Semakin hancur jalanannya semakin mahal, karena merekapun harus menanggung resiko jika terjadi sesuatu dengan kendaraannya. Harga yang cukup wajar jika melihat jalur yang harus dilalui.Â
Desa Kelumbayan baru mendapat listrik dua bulan terakhir, desa yang berada dipinggir pantai ini menjadi desa letak dari Gigi Hiu. Masih banyak warga dari desa ini yang mengandalkan pendapatannya dari berkebun dan bertani. Ada baiknya untuk membawa perbekalan kesini karena tidak adanya warung yang tersedia di Gigi Hiu, jika terlupa di desa Kelumbayan masih tersedia warung untuk jajan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H