Waktu menunjukkan pukul 6 pagi dan cuaca sedikit gerimis, memang dari kemarin hujan deras membasahi Kiluan dan sekitarnya. Para wisatawan mulai menaiki kapal jukung yang sudah dipesan untuk melihat lumba-lumba. Dengan menggunakan kapal jukung wisatawan diajak untuk melihat lumba-lumba berloncat-loncat bebas secara dekat. Ya, pesona teluk Kiluan memang menjadi magnet para wisatawan yang ingin melihat lumba-lumba secara langsung di alam bebas. Â
Selain lumba-lumba ada juga pulau dengan pasir putih dan laguna di teluk ini. Walaupun sempat berimbas dari Tsunami yang terjadi bulan Desember lalu kondisi wisata di Kiluan berjalan normal. Bulan April menjadi bulan kembalinya para wisatawan yang sempat sempat sepi sampai bulan Maret lalu karena masih takut karena tragedi Tsunami yang terjadi di Banten lalu.Â
Namun, Kiluan cepat berbenah dan tetap menjalani wisatanya seperti biasa. Teluk Kiluan masih memberikan pesonanya, aliran air yang tenang serta indahnya lautan disekitar teluk ini masih mengundang para wisatawan untuk datang mengunjungi teluk yang terletak di Lampung Selatan ini.
Selain menyajikan keindahan laut serta lumba-lumba, ternyata Kiluan yang terletak di Kabupaten Tanggamus ini adalah tempat masuk wisata Gigi Hiu yang terletak berdekatan dengan teluk Kiluan. Disinilah para wisatawan yang ingin menuju Gigi Hiu bisa menginap dan menitipkan kendarannya, karena di desa Kelumbayan lokasi Gigi Hiu belum tersedia penginapan kecuali ingin berkemah dipantai.Â
Gigi Hiu adalah tempat wisata pantai yang dimana banyak tebing-tebing tinggi yang menjulang tersusun cantik layaknya gigi. Gigi hiu adalah tempat wisata yang terletak di desa Kelumbayan Lampung Selatan. Jaraknya memang tidak terlalu jauh dari teluk Kiluan namun beratnya medan yang harus dilalui untuk bisa sampai disana membuat perjalanan menjadi terasa jauh serta melelahkan.
Tak lama setelah kembali melihat lumba-lumba kami sudah ditunggu oleh para ojek yang siap mengantarkan ke Gigi Hiu. Iya, kita harus naik ojek karena jalur hanya bisa dilalui oleh motor saja. Untuk mobil memang beberapa bulan lalu sudah ada jalur beton menuju Gigi Hiu namun hujan dan longsor menghancurkan beberapa jalur beton menuju lokasi.Â
Kami diinfokan jalur yang akan kami lalui saat ini terbilang ekstrim, ya benar saja tidak jauh setelah keluar dari gapura teluk Kiluan kami dihadapkan oleh jalur yang membuat motor kami sulit lalui, dengan sedikit bantuan dorongan motor kami pun berhasil melewati rintangan pertama. Selanjutnya, beberapa titik yang tertutup oleh longsor dan bebatuan besar menjadi rintangan selanjutnya.Â
Memang tidak sepenuhnya jalur yang kami lewati terbilang ekstrim beberapa jalur krikil kecil memang mudah kami lalui dan juga masih adanya sisa jalur beton yang belum hancur bukan masalah bagi ojek kami.Â
Jalurnya menyerupai jalur menuju teluk Kiluan dari desa terakhir yaitu desa Bawang tanjakan tinggi dan juga turunan yang panjang mendominasi jalur yang harus kami lalui untuk sampai ke Gigi Hiu, tapi bukan menembus bukit namanya jika kita tidak bisa melihat indahnya lautan dari ketinggian.Â
Pesona birunya lautan yang dikelilingi beberapa pulau kecil disekitarnya menjadi penyejuk mata setelah berjuang melalui jalur berat. Selama diperjalanan, kami melewati jalur yang bersebelahan dengan pantai. Jika masih memeliki waktu panjang, bisa beristirahat di pantai. Untuk saat ini memang sangat tidak sarankan untuk menggunakan roda empat untuk menuju Gigi Hiu, motor saja sulit melalui bagaimana dengan mobil?