Kalimantan dikenal sebagai pulau seribu sungai, tak heran jika pulau ini dialiri banyak sungai di kota-kota besarnya seperti Sungai Kapuas dan Sungai Mahakam.Â
Pulau yang berbatasan langsung dengan dengan Malaysia dan Brunei Darussalam ini juga memiliki simpanan alam yang besar yaitu hutan yang terdapat didalamnya.Â
Namun sayang banyaknya deforestasi atau pengalihan hutan membuat hutan Kalimantan berkurang begitu cepat yang mengakibatkan berkurangnya luas hutan Kalimantan yang memiliki fungsi sebagai paru-paru dunia dan salah satu habitat asli primata asli Indonesia yaitu orang utan.Â
Pulau Kalimantan dianggap sebagai salah satu paru-paru dunia dengan luas hutan mencapai 40,8 juta hektar, namun pada 2010 Greenpeace menyimpulkan bahwa hutan di Kalimantan hanya tersisa 25,5 juta hektar dan WWF memprediksi jika Kalimantan akan kehilangan 75% hutannya pada tahun 2020.Â
Selain berkurangnya paru-paru dunia akibat hilangnya hutan di Kalimantan juga berpengaruh terhadap habitat dan populasi satwa yang berada di hutan Kalimantan.Â
Pulau yang memiliki nama lain Borneo ini memiliki wisata yang tidak kalah menarik dibanding dengan pulau lain di bumi pertiwi, Indonesia. Salah satu wisata yang menjadi unggulannya adalah menikmati perjalanan menggunakan kapal klotok di kawasan Taman Nasional Tanjung Puting yang terletak di Kumai, Kalimantan Tengah.Â
Kumai yang berawal dari Bahasa Bugis "Kumai"Â yang memiliki arti "Kembali Ke panguanku" ini adalah pintu masuk menuju kawasan taman nasional yang merupakan habitat asli orang utan Kalimantan ini ternyata memiliki keunikan lain yaitu wisatawan dapat berlayar menggunakan kapal berbahan kayu atau yang lebih dikenal oleh masyarakat dengan Klotok untuk menyusuri taman nasional seluas 410.694 hektar.Â
Pengunjung taman nasional akan menghabiskan sebagian besar waktunya di klotok, mulai dari tidur, mandi hingga makan dan sesekali turun klotok untuk menyusuri hutan yang berada di dalam taman nasional.Â
Perjalanan bermalam menggunakan klotok merupakan ciri khas dari wisata Taman Nasional Tanjung Puting. Tidak perlu takut soal makan karena di klotok tersebut ada seorang juru masak yang khusus dibawa oleh kapten kapal berikut juga kru dan guide yang sudah disediakan untuk melayani semua kebutuhan tamu.Â
Untuk soal tidur pun tidak usah khawatir karena kru kapal akan menyiapkan kasur berikut kelambu sebagai alas tidur selama pelayaran, dikarenakan akan tidur dipinggir hutan kru klotok akan memasangkan kelambu untuk mengurangi kemungkinan adanya nyamuk yang akan mengganggu istirahat tamu.Â
Merasakan sensasi berbeda dengan bermalam dipinggir hutan di atas klotok akan menjadi cerita yang akan membuat iri orang yang mendengarnya.
Perjalanan wisata klotok ini berlayar menyusuri sungai Sekoyer yang berada di Kumai, Kalimantan Tengah dan memasuki kawasan Taman Nasional Tanjung Puting selama 3 hari 2 malam atau tergantung berapa lama perjalanan yang wisatawan inginkan.Â
Selama berlayar, klotok seperti halnya dengan kapal pesiar yang suka singgah dipulau-pulau tertentu, klotok pun juga akan berhenti dibeberapa camp orang utan yang berada di taman nasional seperti camp Tanjung Harapan, camp Pondok Tanggui dan camp Leakey yang merupakan tujuan utama di dalam taman nasional dimana pengunjung dapat melihat orang utan secara langsung.Â
Orang utan adalah primata asli Indonesia yang hanya ada di Kalimantan dan Sumatra. Balai konservasi yang berada di Tanjung Puting ini merupakan habitat asli orang utan Kalimantan, kita bisa melihat orang utan berada dirumah aslinya yaitu hutan Kalimantan, maka dari itu di taman nasional ini terdapat orang utan liar ada juga orang utan yang sudah direhabilitasi.Â
Terkadang mereka berada disarang di atas pohon atau juga berada di jalur yang kita lalui. Tujuan mengunjungi camp-camp orang utan tersebut adalah untuk menyaksikan feeding time atau waktu makannya para orang utan.Â
Para ranger akan membawa makanan seperti pisang atau ubi untuk orang utan ke area fedding time dan memanggil orang utan untuk datang dan pengunjung dapat menyaksikan orang utan menyantap makanannya tanpa perlu kita menyusuri hutan untuk bertemu dengan mereka.Â
Makanan yang diberikan oleh ranger disana hanyalah suplemen tambahan selebihnya mereka mencari makanan sendiri, makanan utama orang utan adalah buah-buahan tapi jangan sekali-sekali mencoba memberikan makanan kepada orang utan, karena memberikan makan kepada orang utan adalah tindakan yang dilarang untuk dilakukan.Â
Tidak perlu takut karena diarea feeding time sudah diberi jarak aman bagi para wisatawan. Selain melihat habitat asli orang utan, di taman nasional Tanjung Puting ini juga terdapat primata lain seperti bekantan, monyet, buaya dan pada malam hari masih bisa dijumpai kunang-kunang.
Aktivitas keseharian wisatawan akan lebih banyak dihabiskan di atas klotok, klotok terlihat sederhana dari segi tampilan tapi untuk fasilitas semua kebutuhan wisatawan lengkap didalamnya seperti kasur berikut kelambu, meja dan kursi makan hingga listrik untuk mengisi daya baterai pun sudah disediakan.
Klotok disini ada bermacam-macam tergantung kebutuhan, semakin sedikit wisatawan yang akan dibawa semakin kecil kapal klotok yang digunakan tapi semakin banyak wisatawan yang  dibawa maka semakin besar pula klotok yang digunakan.
Berwisata di Taman Nasional Tanjung Puting dapat menjadi pengalaman yang berbeda, selain dapat berlibur menikmati keindahan alam yang berada di Kalimantan wisatawan juga bisa belajar mengenai salah satu primata asli Indonesia yang masih berkembang biak dengan baik dibumi Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H