Mohon tunggu...
Zulcar Chaeril
Zulcar Chaeril Mohon Tunggu... Wiraswasta - Writer and lecturer

Menulis mengenai pemasaran, startup, digital marketing, olahraga bola basket, dan traveling . kontak z.chaeril@gmail.com blog: https://zulcarc.wixsite.com/journeytime

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Menyusuri Jejak Peninggalan Sang Raja Teh Priangan, Karel Albert Rudolf Bosscha

28 Maret 2019   12:00 Diperbarui: 4 April 2019   18:29 842
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sekolah Rakyat dedikasi Bosscha,sumber: kumeokmemehdipacok.blogspot.c.id)

Pengguasaan Belanda selama 350 tahun di bumi nusantara ini memang meninggalkan masa kelam bangsa Indonesia, penderitaan rakyat Indonesia masa itu sangat menyedihkan.

Semua kekayaan alam milik tanah bumi pertiwi dikelola dan dimanfaatkan mereka sebagai sumber komoditas perdagangan, kekayaan rempah-rempah merupakan salah satu incaran para kompeni tersebut untuk datang ke Indonesia. Namun di balik kekejaman yang dilakukan ternyata ada juga orang Belanda yang sosoknya dianggap dermawan masa itu, orang memanggilnya dengan Tuan Bosscha alias Karel Albert Rudolf Bosscha.

Tuan Bosscha mereka biasa memanggilnya adalah seorang pengusaha asal Belanda yang datang berlayar menuju pulau jawa pada tahun 1887. Pada awal kedatangannya ia masih bekerja untuk perkebunan teh milik pamannya di Sinagar dekat Sukabumi, sebelum akhirnya ia membuka perkebunannya sendiri di Malabar, Pangalengan. 

Dengan perkebunan teh miliknya Tuan Bosscha menjadi sosok yang kaya raya, karena ia bisa bersaing menciptakan kualitas teh yang baik dan menjualnya ke negara-negara lain.

Tuan Bosscha merupakan salah satu Belanda terkaya saat itu, namun dengan kekayaan yang dimilikinya tidak serta merta membuatnya besar diri, ia dianggap dermawan oleh para pekerjanya. Terbukti ia mendirikan sekolah diperkebunan bagi anak-anak pekerja perkebunan.

Tidak hanya berjasa bagi pekerja diperkebunannya, Tuan Bosscha pun ternyata berjasa bagi kemajuan bangsa Indonesia dengan sumbangan-sumbangan yang ia berikan bagi Indonesia khususnya di kota Bandung. Berikut jasa-jasa yang dapat mengingatkan kita akan kedermawanan Tuan Bosscha.

KOMPAS.COM/JONATHAN ADRIAN)
KOMPAS.COM/JONATHAN ADRIAN)

1. Perkebunan Teh Malabar, Pangalengan

Perkebunan teh yang dibangun dan dimiliki oleh Tuan Bosscha ini terletak di Pangalengan berjarak 38 km dari kota Bandung. Perkebunan teh di dirikan oleh Tuan Bosscha pada tahun 1896 dan berkembang pesat hingga ia mendapat julukan sebagai "Raja Teh Priangan".

Saat ini perkebunan teh Malabar sudah diambil alih oleh PTPN. Perkebunan ini tidak hanya menyimpan sejarah kekayaan teh Indonesia kala itu namun juga memberikan pesona wisata alam yang menggagumkan. Udara yang sangat sejuk diatas ketinggian sekitar 1550 MDPL bisa menyegarkan badan untuk sejenak rehat dari kesibukan. 

Ada juga bukit nini yang dulu dimana digunakan oleh Bosscha untuk melihat para pekerjanya dari ketinggian, bila kini berada dibukit nini kalian bisa melihat Situ Cileunca dan perkebunan teh dari ketinggian.

Selain itu, terdapat juga rumah peninggalan dan monumen makam Tuan Bosscha di dalam perkebunan teh malabar ini yang masih terjaga dan juga tersedia beberapa villa di sekitarnya yang bisa disewa untuk berlibur.

2. Sekolah Dasar perkebunan Malabar 

(Sekolah Rakyat dedikasi Bosscha,sumber: kumeokmemehdipacok.blogspot.c.id)
(Sekolah Rakyat dedikasi Bosscha,sumber: kumeokmemehdipacok.blogspot.c.id)
Tidak hanya membangun perkebunan teh yang besar, Tuan Bosscha juga turut andil dalam kemajuan ekonomi dan pendidikan warga perkebunan dan Bandung selatan khususnya. Ia membangun SD Malabar yang terletak di dalam kawasan perkebunan teh untuk para anak-anak dari pekerja perkebunan dan juga anak-anak dari sekitaran Bandung Selatan. 

Walau tidak sebagus sekolah-sekolah yang Belanda bangun saat itu, tapi ia berjasa dalam mengembangkan pendidikan bagi warga yang berada di sekitar perkebunannya. 

Seiring berjalanannya waktu SD yang dibangun oleh Tuan bosscha kini sudah menjadi Sekolah Dasar Negeri di Malabar Bandung Selatan hingga kini masih digunakan oleh para anak-anak sekolah dasar.

3. Institut Teknologi Bandung

(Awal mula ITB, sumber: id.pinterest.com)
(Awal mula ITB, sumber: id.pinterest.com)
Tuan Bosscha sangat peduli akan pendidikan, tidak hanya sekolah dasar saja yang ia bangun diperkebunan teh miliknya tapi juga Technische Hoogeschool te Bandoeng yang sekarang lebih dikenal sebagai Institut Teknologi Bandung. 

Memang belum jelas apa peran Sang Raja dalam pendirian salah satu universitas tertua di Indonesia namun referensi banyak yang mengatakan bahwa Tuan Bosscha adalah salah satu orang Belanda yang andil dalam pembuatan kampus yang meluluskan dan memberikan gelar insinyur kepada presiden pertama Indonesia Soekarno ini.

4. Gedung concordia gedung megah pertama di Indonesia alias Gedung Merdeka

sumber: blognaurangbandung.blogspot.com
sumber: blognaurangbandung.blogspot.com

(Gedung Concordia, awalnya adalah tempat berkumpul orang Belanda di Bandung, sumber: blognaurangbandung.blogspot.com)

Selain dalam bidang pendidikan, Bosscha juga mendirikan gedung di kota Bandung yaitu gedung Concordia yang sekarang lebih dikenal dengan gedung Merdeka Asia-Afrika. Sejarah mencatat gedung tersebut dibangun pada tahun 1895 dan sempat di renovasi pada tahun 1920-1928 oleh dua arsitek Belanda yaitu Van Galenlast dan Wolf Schoemaker.

Gedung yang awalnya digunakan sebagai tempat berkumpulnya para orang-orang Belanda ini akhirnya digunakan oleh pemerintah Indonesia menjadi tempat konfrensi negara-negara Asia dan Afrika pada tahun 1955. Sehingga gedung ini tidak hanya bersejarah karena pernah menjadi gedung termewah se-Indonesia tapi juga menjadi saksi sebuah pertemuan antar negata pasca kemerdekaan bangsa Indonesia.

5. Teropong bintang canggih pertama di Indonesia, observatorium Bosscha

(Observatorium Bosscha, bukti nyata jasa Bosscha dalam ilmu perbintangan, Sumber: bobo.grid.id)
(Observatorium Bosscha, bukti nyata jasa Bosscha dalam ilmu perbintangan, Sumber: bobo.grid.id)
Tempat dimana tersedianya teropong bintang tertua yang ada di Indonesia yang letaknya ada di Lembang sekitar 19 Km dari kota Bandung. Observatorium ini dibangun dari tahun 1923 sampai tahun 1928 dan penyalur dana utamanya adalah Tuan Bosscha. 

Dimana ia memiliki obsesi untuk memiliki teropong bintang yang akhirnya mampu ia wujudkan selagi ia masih berada di Bandung, namun sayang sebelum observatorium ini sepenuhnya rampung ia tidak bisa merasakan teropong Zeiss canggih yang sudah ia beli jauh di Jerman kala itu dikarenakan sebelum observatorium ini selesai dibangun ia sudah menghebuskan nafas terakhirnya terlebih dahulu.

Awalnya, Observatorium ini dikelola oleh perhimpunan bintang Hindia-Belanda atau Nederlandsch-Indische Sterrenkundige Vereeniging (NISV) dan perhimpunan ini berhasilkan menerbitkan publikasi internasionalnya pada tahun 1933 singkat cerita pada tahun 1951 NISV memberikan observatorium ini kepada pemerintah Indonesia yang hingga kini dikelola oleh Institut Teknologi Bandung (ITB).

Jasa seorang Karel Albert Rudolf Bosscha atas pemberiannya selama hidup memberikan bangsa Indonesia peninggalan penting hingga saat ini. Segala pemberiannya merupakan bukti kederwananan yang banyak diceritakan para pekerjanya pada masa itu. 

Tuan Bosscha pun akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya pada 26 November 1928 di pangkuan Sumitra yang merupakan salah satu pekerja perkebunannya dikarenakan penyakit tetanus yang dideritanya. Sang Raja pun dimakamkan di tengah perkebunan teh miliknya atas permintaaannya sendiri. 

Jika sedang berkunjung ke Pangalengan kamu bisa melihat makamnya yang telah dibuatkan monumen dan terbuka untuk umum.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun