Siti seorang anak perempuan berusia 16 tahun yang akan mendaftar ke salah satu madrasah di kota Batu yang sekarang bernama MAN BATU. Bersama adiknya Tata menjalani seluruh rangkaian tes untuk memenuhi persyaratan pendaftaran. Setelah hasil pengumuman keluar ternyata hanya Tata yang lolos masuk ke madrasah tersebut.Â
Sementara Siti masih mencoba mendaftar ke sekolah yang lain, dan akhirnya lolos ke sekolah yang kini bernama SMKN 2. Siti dan Tata adalah saudara kandung yang memiliki rentang usia sedikit, Siti lebih tua 2 tahun dari Tata.Â
Dulunya Siti pernah tidak naik kelas saat SD dan telat mendaftar sekolah sehingga sejak itu, setiap akan medaftar ke sekolah kakak beradik tersebut mendaftar bersama di sekolah yang sama.
Siti dan Tata adalah anak dari seorang Single Parent yang bekerja diluar kota dan memiliki seorang kakak laki-laki yang sudah bekerja pula.Â
Keadaan ini membuat orang tua sulit mengawasi perilaku anak-anak di rumah maupun di sekolah. Pada masa sekolahnya Siti disini yang lebih sering mengalami gejolak permasalahan, Siti sempat pindah sekolah dari sebelumnya SMKN 2 menuju ke MA Bilingual Batu.Â
Serta ada pula saat dimana Siti sering sekali membolos dengan alasan capek dan malas. Saat itu sekolah siti masih terbilang baru karena baru berjalan sekitar 2 tahun, fasilitas serta sarana yang digunakan masih sangat sederhana.
Semakin lama permasalahan yang dialami semakin parah, Siti yang awalnya membolos 2-3 hari kini menjadi 2 minggu lamannya. Dan permasalahan tersebut tidak diketahui oleh orang tua Siti, sekolah tidak mencoba memberi tahu kepada orang tua Siti karena yang diketahui Siti izin akibat sakit. Ternyata Siti menggunakan surat izin palsu yang ia tulis dan tandatangani sendiri.Â
Hal itu terkuak ketika ada saat dimana sekolah mencoba mennghubungi orang tua secara langsung lewat telfon dan menanyakan keadaan Siti. Sontak seorang Ibu kaget diberitahu bahwa anaknya sudah sakit selama 2 minggu padahal yang ia ketahui anaknya sehat dan rajin masuk sekolah.
Usut punya usut ditanyakan alasan mengapa Siti sering kali membolos ia menjawab bahwa ia merasa tidak punya teman ketika di sekolah, tidak jarang ia diejek karena umurnnya yang lebih tua dibanding teman-temannya yang lain.Â
Selain itu ia juga merasa Ibunya pilih kasih antara perlakuan Siti dan Tata, ia merasa bahwa Ibunya menganggap bahwa Tata lebih pintar dan lebih sering mendapat pujian dibanding dirinya.Â
Ditambah konflik bahwa ternyata Siti memiliki seorang pacar yang mana ialah kakak kelasnya sendiri di MA, diketahui bahwa pacarnya tersebut juga terkenal dengan kebiasaanya membolos.
Dukungan orang tua sangat penting dalam mewujudkan keberhasilan pendidikan buah hatinya, peran orang tua sangatlah dibutuhkan. Banyak orang tua yang kurang menyadari akan perannya dalam mendukung pendidikan anak dan menyerahkan sepenuhnya pada sekolah.Â
Terlebih pada kasus Siti diatas, keadaannya sangat sulit dimana orang tua harus membagi waktu antara perhatian terhadap pendidikan anak dengan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan yang tidak bisa ditinggal.Â
Ditambah sekolah juga kurang memperhatikan keadaan siswa dan permasalahan apa yang sedang dihadapinya. Karena sekolah Siti yang masih terbilang baru dan belum memilki seorang guru BK yang memang khusus menangani permasalahan tersebut, jadi wajar saja bila sekolah kurang tanggap dalam menangani konflik yang ada di lingkungan siswa.
2 hubungan yang saling terkait antara orang tua dan guru BK sangatlah berpengaruh pada pendidikan seorang anak. Tidak bisa hanya satu saja yang aktif dalam menangani siswa, tapi perlu keduanya. Orang tua disini disebut sebagai Stakeholder. Freedman yang mendefinisikan Stakeholders yaitu: "Any group or individual who can affect or is affected by the achievement of the organization's objectives." (Wahyudi Isa & Azheri B, 2008:73).Â
Didefinisikan sebagai seseorang atau sekelompok orang yang memiliki satu atau lebih kepentingan yang berbeda atau dapat juga diartikan setiap orang yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh tindakan, keputusan, kebijakan, praktik, dan tujuan. (Widjaya Gunawan & Pratama Y, 2008:47).
Walaupun banyak ragam, stakeholder pendidikan dibagi dalam 3 kategori utama, yaitu sekolah, pemerintah, dan masyarakat, guru BK termasuk dalam kateori Sekolah sedangkan orang tua termasuk di kategori masyarakat. Tanpa melibatkan para pemegang kepentingan ini secara utuh, niscaya dunia pendidikan tidak akan berjalan dengan baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H