Mohon tunggu...
zulaikhatul khuluddiyah
zulaikhatul khuluddiyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

“If you want to love others, I think you should love yourself first.”

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tradisi Larung Sesaji Gunung Kelud yang Mencerminkan Identitas Nasional

8 November 2022   18:14 Diperbarui: 8 November 2022   18:39 2073
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebudayaan merupakan Identitas Nasional suatu bangsa. Identitas Nasional bangsa dapat dikatakan sebagai keunikan, karakteristik, atau kecirikhasan, agar suatu bangsa tersebut dapat dibedakan dengan bangsa lainnya. 

Akan tetapi kehadiran teknologi informasi dan teknologi komunikasi menimbulkan berbagai masalah dalam bidang kebudayaan, misalnya hilangnya budaya asli suatu daerah, terjadinya erosi nilai-nilai budaya, menurunnya rasa nasionalisme dan patriotisme, hilangnya sifat kekeluargaan dan gotong royong, dan gaya hidup yang tidak sesuai dengan kultur Indonesia. (Aprianti, Muthia dkk, 2022)

Budaya Indonesia sangat berbeda dari budaya barat karena ada perbedaan dalam hal kebiasaan, sistem keyakinan, hierarki, agama, pengertian tentang waktu, hubungan spasial, dan banyak lagi. Apalagi dalam Indonesia sendiri terdapat banyak budaya yang berbeda. Hal ini membuat Indonesia menjadi negara yang kompleks, dan karena itu negara ini menjadi sangat menarik dibandingkan dengan negara lainnya. (Indonesia Investments, 2022)

Salah satu tradisi yang terkenal di Jawa Timur adalah tradisi Larung Sesaji di Gunung Kelud. Tradisi ini memiliki sejarah yang cukup panjang. Dimana tradisi ini bermula dari meletusnya gunung kelud yang sering dikaitkan dengan kisah Dewi Kilisuci dan Lembusura. 

Dewi kilisuci merupakan seorang putri dari Kerajaan Jenggala yang terkenal dengan kecantikannya yang luar biasa. Ia menerima pinangan dari dua raja yang dikenal dengan Lembu Suro dan Mahesasuro. 

Ia sebenarnya tidak mau menerima lamaran mereka berdua, namun ia tidak bisa langsung menolak begitu saja, oleh karena itu Dewi Kilisuci memiliki siasat dengan memberikan syarat kepada mereka berdua, yaitu dengan membuat dua sumur dimana masing-masing dari sumur tersebut berbau amis dan asing.

Namun, Dewi kilisuci merasa syarat tersebut terlalu mudah bagi mereka, akhirnya ia memiliki rencana lain dengan memberikan mereka waktu hanya dalam satu hari satu malam.

Namun, ternyata belum sampai satu hari satu malam dengan kesaktian dan kekuatan Lembu Suro dan Mahesasura berhasil membuat kedua sumur tersebut. Dewi Kilisuci yang sama sekali tidak ingin dinikahi oleh salah satu dari mereka merasa panik, akhirnya ia meminta anak buahnya untuk memberitahu ke Lembu Suro dan Mahesasura bahwa ia terjatuh ke dalam sumur, padahal ia belum pernah sama sekali mendekati sumur tersebut. 

Ketika Lembu Suro dan Mahesasura hendak membantunya dengan masuk kedalam sumur, ia meminta anak buahnya untuk segera mengubur mereka. Padahal Lembu Suro dan Mahesasura masih berada didalamnya. Mereka terkubur di dalam sumur hasil kerja kerasnya sendiri. 

Sebelum akhirnya mati tertimbun, dikisahkan bahwa Lembu Suro sempat mengucapkan sumpah dimana Kabupaten Kediri akan menjadi sungai (kali), Blitar jadi halaman (latar), dan Tulungagung jadi danau (kedung). Oleh karena masyarakat yang takut dengan kutukan tersebut akhirnya mendorong masyarakat untuk melakukan kegiatan upacara adat Larung Sesaji Gulung Kelud setiap setahun sekali.

Upacara Larung Sesaji Gunung Kelud biasa dilakukan di Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri yang bertujuan untuk menolak bala sumpah Lembu Suro yang merasa terkhianati oleh Dewi Kilisuci. Sesaji dari ritual ini berisi nasi, sayuran, lauk-pauk, dan buah-buahan yang dikemas dalam bentuk tumpeng. Terdapat dua jenis tumpeng yang dibuat oleh masyarakat yaitu, nasi putih dan nasi kuning dengan hiasan yang dibentuk sedemikian rupa. 

Bahakan biasanya tumpeng ini disusun sampai setinggi 2 meter. Semua makanan yang telah disajikan dikumpulkan di tengah, dan dikeliling oleh masyarakat. Masyarakat duduk sambil mendengarkan pemangku adat membacakan doa, kemudian mereka berbondong-bondong memperebutkan hasil sesaji tersebut. 

Bahan sesaji dalam ritual larung Sesaji di kawah Gunung Kelud adalah wedang kopi murni, lada tawar, badek, ayam panggang dan lain-lain. Sarana penting dalam ritual tersebut adalah dengan melarungkan batu intan ke Kawah Gunung Kelud.

Berdasarkan kegiatan Upacara Larung Sesaji Gunung Kelud dapat diketahui bahwa terdapat banyak sekali nilai-nilai pancasila yang terkandung didalamnya. Sila pertama mencerminkan nilai ketuhanan dengan adanya kegiatan doa bersama kepada sang kuasa dengan maksud meminta keselamatan dan kesejahteraan agar terhindar dari segala bala dan bahaya. 

Dan salah satu wujud syukur atas kelimpahan hasil bumi yang telah diberikan. Sila kedua dari pancasila tercermin dengan sikap kemanusian masyarakat kediri salah satunya dengan berbagi hasil panen dan makanan untuk di makan bersama.

Sila ketiga tercermin dari sikap gotong royong masyarakat kediri sampai membentuk tumpeng setinggi 2 meter lebih. Tidak hanya itu mereka juga bergotong royong membawa sesaji tersebut untuk dibawa ke puncak gunung kelud. 

Sila keempat tercemin dari kegiatan musyawarah yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah, guna menyusun panitia pelaksana tradisi tersebut. dan nilai yang terkandung dari sila terakhir yaitu sikap masyarakat Kediri yang tidak membeda-bedakan antara masyarakat. 

Baik yang kaya atau miskin, islam ataupun non islam. mereka berbondong-bondong untuk melestarikan kebudayaan yang ada. Dalam tradisi ini juga diadakan festival jaranan yang dapat diikuti semua kalangan masyarakat atau semua komunitas tari yang ada. 

Sehingga dalam kegiatan upacara adat Larung Sesaji Gunung Kelud tidak semata diidentikkan dengan kegiatan yang musyrik, namun didalamnya terdapat nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan dan sosial yang mengintrepertasikan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia.

Dalam tradisi ini juga menunjukkan bahwa meskipun kemajuan teknologi sudah cukup pesat akan tetapi masyarakat Indonesia, terutama warga Kediri tetap mempertahankan adat kebudayaan yang menjadi identitas suatu bangsa. Dimana identitas ini merupakan suatu wajah bagi negara dan menjadi suatu ciri khas dan pembeda dari negara-negara lainnya.

Selain tradisi Larung Sesaji Gunung Kelud masih banyak ribuan tradisi lain yang menjadi identitas negara Indonesia.

Sumber : https://ummaspul.e-journal.id/maspuljr/article/view/2294,  https://www.indonesia-investments.com/id/budaya/item8, https://jsbn.ub.ac.id/index.php/sbn/article/download/66/51.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun