b. Prokrastinasi. Ironisnya, perfeksionis sering kali cenderung menunda tugas-tugas atau pekerjaan karena takut tidak dapat melakukan dengan sempurna. Mereka mungkin terjebak dalam siklus ketidakpastian dan kecemasan, yang menghambat kemajuan mereka.
c. Rendahnya kepuasan diri. Perfeksionis seringkali tidak merasa puas dengan hasil kerja mereka, bahkan ketika mereka telah mencapai hasil yang sangat baik. Mereka selalu mencari kesempurnaan dan merasa tidak pernah cukup baik.
d. Ketidakseimbangan hidup. Karena perfeksionis cenderung fokus pada tugas atau pekerjaan, mereka mungkin mengorbankan waktu dan perhatian yang seharusnya diberikan untuk hubungan pribadi, kegiatan rekreasi, atau istirahat yang diperlukan. Hal ini dapat mengakibatkan ketidakseimbangan hidup dan kelelahan.
e. Ketidakmampuan menghadapi kegagalan. Perfeksionis sering kesulitan menghadapi kegagalan atau kesalahan. Mereka mungkin terlalu keras pada diri sendiri dan merasa sangat terpukul ketika mereka tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan.
f. Hambatan kreativitas. Perfeksionisme yang berlebihan dapat menghambat kreativitas karena perfeksionis cenderung terlalu khawatir tentang membuat kesalahan atau tidak mencapai tingkat kesempurnaan yang diinginkan. Hal ini dapat menghalangi eksplorasi ide baru dan percobaan yang berani.
Membebani hubungan interpersonal. Perfeksionis dapat menempatkan tekanan yang tinggi pada orang-orang di sekitar mereka, termasuk rekan kerja, keluarga, atau teman-teman. Mereka mungkin memiliki harapan yang tidak realistis dan sulit untuk puas dengan kinerja orang lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H