Mohon tunggu...
zulaihatul asfia
zulaihatul asfia Mohon Tunggu... Mahasiswa - 22107030062 Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Agama Menjadi Media atau Media Menjadi Agama?

13 Juni 2023   07:48 Diperbarui: 13 Juni 2023   08:15 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Program Religi muncul pada awal tahun 70an. Pada saat itu cara menyampaikan religi berpindah dari panggung ceramah ke televisi.  

Pada 12 Juni 2023 pukul 13.00 WIB, saya menghadiri acara seminar bedah buku di Conference Room lantai 1 Fishum. Segenap Dosen, Tendik, dan beberapa Mahasiswa Fishum mendengarkan diskusi dengan tema bedah buku. Pembedahan terhadap buku dengan judul "Religiusitas Dari Layar  Kaca (Potret Pogram Siaran Religi di Televisi Indonesia)" ditulis oleh Bapak Alip Kunandar, M.Si., Bapak Harmonis Ph.D., dan Bapak Dr. Bono Setyo.

Dekan Fishum Dr. Mochamad Sodik, M.Si. dalam sambutannya mengatakan untuk menjadi umat beragama yang baik. Cara beragama yang baik dalam menyikapi yang satu agama maupun kepada yang berbeda agama. Setelah sambutan dari Bapak Dekan, kemudian dilanjutkan dengan sambutan Ketua KPI Pusat, Bapak Ubaidillah.

Dimoderatori oleh Ibu Krysna Yudy Nusantari, M.Psi., Psikolog. Acara dilakukan dengan 3 sesi yaitu Pembahasan sinopsis buku, Pembahasan oleh pembedah, dan Sesi tanya jawab.

Pembahasan bedah buku kali ini dilakukan bersama Bapak Rendra Widyatama, S.I.P., M.Si., Ph.D. Dosen Universitas Ahmad Dahlan, Bapak Amin Shabana Komisioner KPI Pusat, Ibu Dr. Waryani Fajar Riyanto, M.Ag. Dosen AN Sunan Kalijaga, dan BapakLip Yog Kunandar, M.Si sebagai narasumbernya.

Bedah buku adalah proses mengkaji secara mendalam dan mendetail sebuah buku setelah selesai dibaca. Tujuan dari bedah buku adalah untuk menggali pemahaman yang lebih dalam tentang konten, gagasan, pesan, dan nilai-nilai yang terkandung dalam buku tersebut. Bedah buku juga dapat melibatkan analisis kritis terhadap tulisan, gaya penulisan, cover, struktur naratif, karakter, tema, dan elemen lainnya yang ada dalam buku. Dalam sebuah bedah buku, pembaca dapat mengajukan pertanyaan dan memberikan penilaian subjektif mereka terkait dengan buku tersebut. Diskusi dalam bedah buku biasanya melibatkan pendapat, interpretasi, dan analisis dari pembaca yang berpartisipasi. Bedah buku juga dapat mencakup ulasan, sinopsis, analisis peristiwa, tema, gaya penulisan, karakter, serta poin-poin penting dalam buku tersebut.

Bedah buku sering dilakukan dalam kelompok diskusi buku di mana para peserta berkumpul untuk membahas buku yang telah mereka baca. Diskusi tersebut memungkinkan pembaca untuk berbagi sudut pandang mereka, mengungkapkan pendapat, dan memperluas pemahaman kolektif tentang buku tersebut.

Dalam konteks yang lebih luas, bedah buku juga dapat merujuk pada proses kritis dan analitis dalam menganalisis dan mengevaluasi buku, baik secara individu maupun secara profesional, seperti dalam tinjauan buku atau kajian akademik.

Disampaikan oleh Bapak Alip Kunandar, masalah yang paling banyak disorot oleh media televisi pada program religi di TV yaitu:

Komodivikasi Agama. Maksudnya ialah acara agama ditempatkan sebagai konten untk khalayak. Ketika sudah masuk ke selebriti

Komodivikasi Tokoh Agama. Maksudnya ialah, seorang tokoh agama yang masuk ke dalam televisi sudah dipoles atau tidak murni religi. Para tokoh religi tersebut pun kian sering disebut selebriti.

Komodivikasi Khalayak. Maksudnya ialah khalayak dijadikan propaganda oleh media.

Dalam televisi belum ada keseimbangan antara agama Islam sebagai mayoritas dan agama lain. Yang paling sering disiarkan oleh media televisi adalah berita atau acara terkait agama Islam.

Ustadz selebritas, sebutan untuk orang yang memulai berceramah dari media. Meskipun ilmu yang dimiiki belum dalam, tapi cenderung diminati oleh masyarakat karena pembawaannya yang santai dan bisa menghibur. Hal ini masuk ke dalam poin probematik khalayak, yakni lebih memilih ustadz yang lucu dan menghibur daripada yang pembawaannya serius.

Meskipun masyarakat dapat memilih apa yang akan mereka konsumsi dari media, namun ada banyak juga konten religi yang diselipkan ke dalam budaya pop atau yang lainnya.

Sebagai penutup, Bapak Dr. Waryani Fajar Riyanto, M.Ag. menyampaikan sebuah pesan yang sangat menyentuh untuk saya, "Mari tanamkan bahwa bukan media yang menjadi agama, namun agama yang kita jadikan seagai media." Maksudnya ialah jangan menjadikan media sebagai aturan dan pedoman dalam beragama, karena yang tertius di media belum tentu merupakan hal yang benar sesuai syariat agama.

Nah bagaimana teman teman, apakah bisa mendapat gambaran tentang buku Religiusitas Dari Layar  Kaca (Potret Pogram Siaran Religi di Televisi Indonesia)?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun