Mohon tunggu...
java chips
java chips Mohon Tunggu... -

hanya seseorang yang sedang belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Cyber World Or Real World?

3 November 2009   05:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:27 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"La, aku heran dengan teman-teman kita, mereka bilang tidak diperbolehkan lagi oleh suaminya untuk menyentuh internet atau chatting."

Demikian penggalan cerita dari seorang teman melalui sebuah messenger yang disampaikan kepada saya. Menurut teman saya hal tersebut sangat tidak masuk akal, karena ini sama saja dengan memutuskan tali silatuhrahmi dengan teman-temannya. Bisa dimengerti bila dia meradang, karena teman-teman yang diceritakannya tersebut dulu tergabung dalam suatu organisasi kemahasiswaan ketika kami masih duduk di bangku kuliah dan mereka telah lama tidak bersua atau berkomunikasi. Dan kesempatan untuk berkomunikasi muncul kembali dengan jasa sebuah media internet yang sedang booming saat ini.

Terus terang saya bisa mengerti keresahan para pasangan tersebut. Tentu ada alasan di balik tindakan para suami itu melarang sang istri untuk melakukan koneksi dengan teman lewat internet/messenger. Sekarang bila kita hitung dalam satu hari ada 24 jam, lalu kita kurangi untuk tidur selama delapan jam, waktu untuk kerja antara delapan sampai sembilan jam, perjalanan dari kantor ke rumah dan demikian sebaliknya kurang lebih dua sampai tiga jam, waktu yang tersisa itu lalu di gunakan untuk mengurus rumah tangga sekaligus berkomunikasi dengan suami. Berapakah yang tersisa? tidak lebih dari empat jam. Bagaimana kita bisa berkomunikasi dengan pasangan bila waktu yang tersisa hanyalah beberapa jam sedang pasangan bisa bicara atau chatting dengan teman di dunia maya selama delapan jam.

Oleh karena itu bisa dibayangkan bagaimana bila suami merasa bahwa sang istri ternyata lebih menaruh perhatian besar kepada teman2nya di dunia cyber daripada hubungan riil di dalam kehidupan rumah tangga. Tidak sepenuhnya bisa disalahkan juga jika kemudian ada yang melarang istrinya untuk sama sekali tidak berhubungan/membuka koneksi internet. Namun bila di lihat dari sisi sang istri, mereka pasti akan beranggapan bahwa tindakan suami itu hanyalah tindakan membabi-buta yang tidak masuk akal, cemburu buta dan bukan tidak mungkin akan berujung ke percekcokan karena istri-istri tersebut merasa di batasi pergaulannya oleh suami.

Lalu apa yang sebaiknya dilakukan supaya terjadi win-win solution.

Ini semua kembali kepada masing-masing pihak, di perlukan komunikasi terbuka antara kedua belah pihak, sehingga tidak ada yang merasa yang satu dimenangkan atas yang lain. Mari kita ajak duduk bersama pasangan kita, lalu bicarakan apa yang dirasakan, apakah sang suami merasa diabaikan dengan aktivitas istrinya untuk berhubungan dengan teman-teman lamanya melalui chatting, apakah kebutuhan sosial sang istri ini memiliki nilai positif untuk menunjang karir, apakah kebiasaan chatting ini sampai melibatkan ketertarikan antar personal, dan lain-lain. Apapun yang diungkapkan pasangan, harus ditelaah dengan dewasa, dipikirkan dengan baik dan tidak saling mendahulukan ego masing-masing. Niscaya, bila kita mengetahui apa yang diinginkan pasangan dan pasangan mengetahui apa yang dibutuhkan oleh istri , maka bukan hal yang mustahil, kita menghasilkan win-win solution yang bisa diterima semua pihak.

Intinya jangan sampai hanya karena teman chatting bisa membahayakan keutuhan rumah tangga kita dan demikian pula sebaliknya, kita menutup diri dari jaringan teman sosial kita hanya karena kita tidak mampu membagi waktu dengan baik.

Therefore, let's just use our time wisely between your beloved family and friends...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun