Mohon tunggu...
zukhrinab Rizaldy
zukhrinab Rizaldy Mohon Tunggu... pegawai negeri -

hobby : membaca

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Si Perawan di Lembah Puawang

3 Februari 2014   21:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:11 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Karena rencana berwisata ke negeri Singa batal oleh jadwal suami yang tak pernah klop dengan waktu liburku dan anak kami, akhirnya kami harus memuaskan diri menikmati wisata Lokal yang suasananya tentu amat jauh berbeda dari kemegahan kota besar negeri tetangga kita itu.

Saya pribadi memang tidak kecewa.Karena yang memicu rasa ingin tahu saya hanyalah bagaimana sesungguhnya sikap disiplin warganya yang terkenal tersebut bisa juga saya saksikan dengan mata kepala sendiri.  Soal keindahan alam,saya percaya Indonesia tentulah masih yang terbaik. Dan itulah yang saya jelaskan dengan hati-hati kepada putra saya agar tidak kecewa.

Suami saya juga ikut memberi pengertian kepada putra kami, alangkah baiknya jika seluruh tempat wisata lokal di daerah kita sendiri dijelajahi terlebih dahulu, barulah kita menengok ke tempat wisata lain di wilayah tanah air. Setelah itu  ke luar negeri. Apalagi berwisata di daerah sendiri, juga brkaitan dengan biaya yang murah meriah. Berwisata ke Luar negeri mesti menabung sekian tahun baru bisa diwujudkan.

Anak saya akhirnya bisa diberi pemahaman.Dan jadilah kami menyusun rencana unuk menjelajahi tempat-tempat yang dianggap menarik di daerah kami sendiri. Saya dan suami sepakat mengenalkan putra kami dengan tempat kelahiran kakeknya, yang terletak di kaki bukit. Daerah tersebut adalah  sebuah dusun kecil berhawa sejuk,  memiliki tempat wisata yang hanya di kenal oleh warga mereka sendiri. Termasuk suami saya yang pada masa kecilnya sering menghabiskan waktu liburannya di sana.

Pada hari yang telah ditentukan kamipun menuju ke sana.  Perjalanan dari rumah kami di kota Majene ke dusun Puawang (Nama tempat tujuan kami) sekitar tigapuluh menit dengan kendaraan roda empat. Tapi untuk menuju ketempat tujuan wisata itu sendiri,  yakni ke air terjun Orongan mesti ditempuh deengan jalan kaki. Medannya tidak terlalu sulit bagi yang terbiasa bergabung dalam kegiatan pramuka dan semacamnya. Kita melewati hutan dengan menyusuri jalan setapak tak beraspal, dan lebih sering becek kala hujan turun.Sekitar sepuluh menit menyusuri jalan hutan yang cukup lebat kita akan bertemu sungai besar dengan bebatuan terjal.Untukmencapai air terjun Orongan, memang medannya mulai sulit.Karena jalan satu-satunya hanyalah melewati sungai berbatu yang kadang permukaannya masih licin oleh lumut, pertanda agak  jarang disambangi oleh manusia.

Suasana alamnya benar-benar menyenangkan.Sangat tepat bagi mereka yang ingin menenangkan diri setelah jenuh oleh rutinitas kerja. Suara burung-burung yang berkolaborasi dengan gemericik air sungai benar-benar mengembalikan suasana natural yang telah lama hilang dari kseharian kita, Tumbuh-tumbuhan hutan yang memagari tepi sungai juga menyejukkan mata. Rumpun bambu , aneka anggrek hutan, bunga-bunga hutan aneka,warna menambah segar suasana. Air dingin jernih yang membasuh kaki menambah sempurna suasana.

Karena medan yang makin sulit untuk putra kecil saya, akhirnya kami memutuskan untuk berhenti .Tepat di atas hamparan batu yang lebar memenuhi hampir sluruh permukaan sungai, yang untuk mencapainya harus memanjat batu setinggi dua meter dengan aliran sungai yang agak deras  sambil berpegangan di akar pohon yang menjulur ke tengah sungai,  layaknya Tarzan manusia hutan. Putra saya sempat menirukan teriakan Tarzan yang berayun dari satu pohon ke pepohonan lainnya. Bisa saja adegan Tarzan kami lakukan jika punya nyali hehehe...

Kami memilih tempat yang kering karena tidak daialiri oleh air sungai. Tempatnya lebih tinggi dari yang lain. Barang bawaan kami letakkan di atas batu. Suami saya mengajak putra saya mencari ceruk sungai yang dalam dengan menelusuri lebih jauh ke hulu untuk berenang. Ternyata mereka tidak perlu mencari lebih jauh karena dkat dengan tempat menyimpan barang adak ceruk besar bak danau yng pas untuk  berendam dan berenang. Airnya tenang dan tidak berarus kuat.

Berendamlah mereka berdua. Karena penasaran saya ikut bergabung. Kelihatan dari raut wajahnya putra saya mulai  melupakan kekecewaannya. Kami bersenang-senang dalam kolam tersebut dengan leluasa. Seolah-olah tempat itu milik kami saja. Karena nyaris kami tak pernah melihat pengunujng lain. kecuali rombongan kecil  petani yang mau ke ladang mereka di hutan yang jauh ke hilir.. Dan sesekali kelompok muda mudi melintas, mungkin mereka akan menikmati wisata di air terjun orongan langsung.

Ternyata, berwisata ke lembah Puawang, memuaskanku dari banyak sisi. Pertama,biayanya sangat murah karena jaraknya terbilang dekat, kedua saya tidak terganggu oleh tempat wisata yang kadang jorok dan banyak sampah oleh pengunjung yang kurang peduli, (hutan Puawang masih sangat murni dari kejahilan tangan manusia), ketiga saya benar-benar bisa menikmati alam tanpa polesan manusia yang katanya untuk memperindah taapi malah merusak nuansa alaminya.Lembah Puawangbelum tersentuh  ama skali.Dan justru disitulah nilai lebihnya.

Hanya saja saya sarankan juka ingin berlama-lama menikmati keindahan alam Puawang, harus bersiap dengan bekal yang cukup. Karena tidak ada fasilits apapun layaknya tempat wisata yang sudah dikelola baik oleh pemerintah maupun swasta.

Demikian sekelumit pengalaman  saya berwisata lokal.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun