Mohon tunggu...
Zuhud Qolbu Adi
Zuhud Qolbu Adi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Fakultas Sains dan Teknologi prodi Sistem Informasi

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Lika-Liku Era Digitalisasi pada Dunia Perkuliahan Islam

11 Oktober 2024   07:41 Diperbarui: 11 Oktober 2024   07:46 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam era digital saat ini, literasi digital bukan lagi sebuah kemewahan, melainkan sebuah keharusan. Hal ini tidak terkecuali untuk perguruan tinggi keagamaan Islam, yang memiliki peran strategis dalam membentuk pemimpin masa depan dan intelektual muslim yang cerdas. Literasi digital di lingkungan perguruan tinggi keagamaan Islam bukan hanya tentang kemampuan teknis menggunakan alat digital, tetapi juga tentang bagaimana mengintegrasikan nilai-nilai agama dengan perkembangan teknologi.

1. Literasi Digital: Lebih dari Sekadar Teknologi

Literasi digital di perguruan tinggi keagamaan Islam seharusnya tidak hanya fokus pada penguasaan alat dan platform digital, seperti perangkat keras dan perangkat lunak. Sebaliknya, literasi digital yang ideal mencakup kemampuan untuk memahami dan memanfaatkan teknologi secara efektif dan bijaksana. Ini berarti bahwa mahasiswa tidak hanya belajar cara menggunakan aplikasi dan platform digital, tetapi juga bagaimana menilai informasi secara kritis, memahami dampak media sosial, dan menjaga etika dalam berinteraksi online.

Di era di mana informasi tersebar begitu cepat dan sering kali tidak terverifikasi, kemampuan untuk memilah dan menganalisis informasi menjadi kunci. Perguruan tinggi keagamaan Islam, sebagai lembaga pendidikan yang menekankan pada pembentukan karakter dan intelektual, perlu mengajarkan mahasiswa untuk berpikir kritis terhadap informasi yang mereka temui, termasuk memahami bagaimana algoritma bekerja dan bagaimana informasi bisa dipengaruhi oleh bias.

2. Integrasi Nilai Islam dalam Literasi Digital

Kehadiran teknologi digital dalam kehidupan sehari-hari membawa tantangan sekaligus peluang untuk perguruan tinggi keagamaan Islam dalam membentuk pemahaman dan aplikasi nilai-nilai Islam dalam konteks digital. Literasi digital di perguruan tinggi keagamaan Islam harus melibatkan integrasi nilai-nilai agama dalam penggunaan teknologi. Ini termasuk etika berinternet, penggunaan media sosial dengan bijaksana, serta memahami dampak dari penyebaran informasi yang tidak benar atau hoaks.

Misalnya, mahasiswa perlu diberikan pemahaman tentang bagaimana berperilaku baik dalam forum online, menjaga privasi pribadi, dan menghormati orang lain dalam berkomunikasi. Selain itu, mereka juga harus diajarkan bagaimana menggunakan teknologi untuk menyebarluaskan pesan-pesan positif dan dakwah dengan cara yang konstruktif dan beretika.

3. Peningkatan Kompetensi Digital untuk Mahasiswa dan Dosen

Perguruan tinggi keagamaan Islam perlu memperkuat kompetensi digital tidak hanya bagi mahasiswa tetapi juga bagi dosen dan staf akademik. Pelatihan dan workshop tentang penggunaan teknologi terkini dan manajemen informasi harus menjadi bagian dari pengembangan profesional di perguruan tinggi ini. Ini tidak hanya mencakup pemahaman teknis tetapi juga strategi untuk mengintegrasikan teknologi dalam pengajaran dan penelitian yang sesuai dengan nilai-nilai Islam.

Penting bagi perguruan tinggi untuk menciptakan lingkungan yang mendukung inovasi teknologi dan pemanfaatannya dalam konteks akademis. Dengan demikian, mahasiswa tidak hanya siap menghadapi tantangan dunia digital tetapi juga dapat berkontribusi secara aktif dan positif dalam masyarakat.

4. Tantangan dan Solusi

Tentu saja, ada tantangan dalam mengimplementasikan literasi digital di perguruan tinggi keagamaan Islam. Salah satunya adalah adanya perbedaan dalam tingkat akses dan keterampilan digital di antara mahasiswa. Beberapa mungkin memiliki akses yang lebih baik ke teknologi dibandingkan yang lain, dan ini bisa menciptakan kesenjangan dalam kemampuan digital mereka. Solusi untuk masalah ini termasuk menyediakan akses yang lebih baik ke perangkat dan koneksi internet serta menawarkan pelatihan tambahan bagi mereka yang memerlukannya.

Selain itu, perlu ada dialog terbuka tentang bagaimana teknologi dapat digunakan untuk mendukung tujuan-tujuan keagamaan dan akademik. Dengan melibatkan semua pihak---mahasiswa, dosen, dan pihak administrasi---dalam proses ini, perguruan tinggi keagamaan Islam dapat membangun budaya literasi digital yang inklusif dan produktif.

Kesimpulan

Literasi digital di perguruan tinggi keagamaan Islam adalah hal yang esensial di era modern ini. Tidak hanya penting untuk membekali mahasiswa dengan keterampilan teknis, tetapi juga untuk mengintegrasikan nilai-nilai Islam dalam penggunaan teknologi. Dengan pendekatan yang tepat, perguruan tinggi keagamaan Islam dapat memanfaatkan teknologi untuk memperkuat pendidikan dan dakwah, sekaligus membekali mahasiswa dengan keterampilan yang diperlukan untuk sukses dalam dunia digital yang semakin kompleks.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun