Mohon tunggu...
Zuhrah Machy
Zuhrah Machy Mohon Tunggu... Dosen - Membangun peradaban ilmu dengan Menulis

Pisces

Selanjutnya

Tutup

Diary

Hidup yang Serba Salah

23 Maret 2021   13:58 Diperbarui: 23 Maret 2021   14:24 1750
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri-sendiri. Mengapa manusia disebut sebagai zoon politicon karena memang manusia yang satu bergantung pada manusia yang lain. Tetapi kadangkala berinteraksi dengan manusia banyak ragam reaksi  yang timbul. Karena dari sudut pandang manusia yang memiliki perasaan paling benar dan paling tahu membuat manusia lain tidak pernah benar. 

Banyak diantaranya tetangga yang saling nyinyir dengan tetangga yang lain karena memiliki rumah paling besar dan bagus sedangkan dia hanya punya rumah sederhana. Jika dilihat dari pekerjaan dan pendapatan, memang yang punya rumah besar dan bagus memiliki pekerjaan yang baik dan pendapatan yang besar. Sehingga wajar jika dia membangun rumah yang besar dan bagus karena sepadan dengan pendapatan. Di sisi lain, tetangga yang nyinyir tadi selalu meminta bantuan kepada yang memiliki rumah besar dan bagus. 

Melihat cerita di atas teringat dengan sebuah kisah seorang sahabat Nabi yang bernama Lukman dengan anaknya yang sedang mengelilingi kota dan membawa seekor keledai. Ketika melewati kampung pertama Lukman dan anaknya sama-sama tidak menunggangi keledai, lalu orang-orang berkata "Sungguh bodoh ayah dan anak itu hanya membawa keledai tapi tidak menungganginya". 

Lalu Lukman dan anaknya melewati perkampungan kedua. Karena sudah lumayan jauh berjalan maka sang anak dinaikkan ke atas punggung Keledai oleh ayahnya dan orang-orang pun berkata "Sungguh durhaka anak itu, ayahnya yang sudah tua disuruh memapah dia dan keledai sedangkan dia menaiki keledai dengan anteng". Lalu dilewatilah oleh mereka perkampungan ketiga dimana giliran sang ayah (Lukman) yang menaiki keledai. Orang-orang kampung itupun berkata "Sungguh tega si bapak itu, dia yang menaiki keledai sedangkan anaknya disuruh berjalan".

Kisah di atas sekaligus mewakili kehidupan manusia pada umumnya. Dimanapun kita tinggal tidak lepas dari cibiran manusia. Hidup tak seindah yang kita bayangkan, karena manusia punya kelebihan dan kekurangan yang tidak bisa ditutupi dengan pencitraan. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun