Mohon tunggu...
Zuhriyyah Hidayati
Zuhriyyah Hidayati Mohon Tunggu... Dosen - Ibu tiga putra putri yang konsen pada dunia pendidikan, anak, dan keluarga

ibu, dosen, guru TK, wiraswasta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Praktik Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka Jenjang PAUD

31 Mei 2023   23:16 Diperbarui: 31 Mei 2023   23:25 5693
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu strategi dalam pembelajaran Kurikulum Merdeka adalah dengan menggunakan pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran berdiferensiasi dimaksudkan adalah proses belajar mengajar yang mengakomodasi ragam kemampuan, minat, dan juga kebutuhan peserta didik. Dengan penyiapan pembelajaran yang beragam dan berdiferensiasi ini diharapkan proses belajar peserta  didik bisa  berjalan dengan nyaman, menyenangkan, tidak menimbukan rasa frustasi yang nantinya menjadi pembelajaran yang ramah anak.

Dalam praktiknya ada tiga hal dari sisi peserta didik yang harus diperhatikan guru dalam pelaksanaan pembelajaran berdiferensiasi, yakni kesiapan, minat, dan juga profil belajar peserta didik. Kesiapan peserta didik memiliki tingkat kesiapan yang beragam karena berbagai alasan dan latar belakang. Termasuk juga perbedaan minat dan juga profil belajar siswa atau cara belajar siswa. Untuk mengetahui tiga hal ini guru perlu melakukan asesmen diagnostik pada awal tahun pelajaran dan juga awal pembelajaran.

Sementara  itu ada empat elemen yang bisa dijadikan ragam pembelajaran berdiferensiasi, yakni konten, proses, produk, dan lingkungan belajar. Diferensiasi konten adalah penyiapan ragam materi yang berbeda sesuai dengan tingkat kesiapan, minat, dan profil belajar siswa. Strategi yang bisa dilakukan untuk diferensiasi konten adalah dengan menggunakan materi yang bervariasi, menggunakan kontrak belajar, menyediakan pembelajaran mini, menyajikan materi dengan berbagai moda pembelajaran, dan menyediakan berbagai sistem yang mendukung.

Adapun diferensiasi proses adalah penyediaan strategi dalam proses pembelajaran sesuai hasil asesmen awal. Begitupun dalam diferensiasi produk, ragam kriteria penilaian harus harus berdiferensiasi sesuai dengan kesiapan, minat, dan profil belajar peserta didik. Sedangkan diferensiasi lingkungan belajar adalah penyiapan lingkungan yang menyenangkan bagi peserta didik sehingga merasa aman, nyaman, dan tenang dalam belajar karena kebutuhan mereka terpenuhi.

Beberapa sekolah telah mencoba mempraktikkan strategi pembelajaran berdiferensiasi. Salah satu di antaranya adalah TK Dharma Wanita Maor yang merupakan salah satu sekolah penggerak di Lamongan. Sejak ditetapkan menjadi sekolah penggerak, TK Dharma Wanita Maor mulai belajar bagaimana melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berpusat pada siswa dan pembelajaran yang menyenangkan serta ramah anak.

Proses belajar tentang pembelajaran berdiferensiasi dilakukan melalui beberapa lokakarya sekolah penggerak dan juga melalui sharing session antar sekolah penggerak dalam proses uji coba pelaksanaan pembelajaran berdiferensiasi. Melalui trial and eror TK Dharma Wanita Maor akhirnya mulai terbiasa melakukan strategi pembelajaran berdiferensiasi.

Strategi yang dimaksud adalah dengan menyiapkan ragam kegiatan main, media, dan juga ragam penilaian. Sebagai salah satu contoh dari praktik pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran topik tanaman dengan subtopik tanaman sayur kangkung.

Pada tahap awal guru memperkenalkan terlebih dahulu tanaman kangkung melalui berbagai media, seperti video tentang manfaat kangkung dan juga tanaman kangkung asli. Dalam pengenalan ini guru mengenalkan apa itu tanaman kangkung, bagian-bagian tanaman kangkung, manfaat kangkung, serta aneka olahan kangkung.

Dokpri
Dokpri
Kemudian guru memperkenalkan ragam main yang sudah disiapkan oleh guru dalam beberapa densitas, mulai dari memetik kangkung, merangkai huruf K dari loosepart, meronce batang kangkung, menggambar kangkung. Ini yang dimaksud dengan diferensiasi konten.

Dokpri
Dokpri

Dokpri
Dokpri

Dokpri
Dokpri

Dokpri
Dokpri

Dalam masing-masing densitas itu juga terdiri dari ragam media. Dalam kegiatan memetik kangkung, siswa dibebaskan mau memetik dari daun, dari batang, ataupun dari akarnya. Dari kegiatan merangkai huruf, media yang disediakan adalah biji kangkung, kerikil, biji bunga matahari, dan lainnya. Untuk kegiatan meronce, media  yang disediakan adalah batang kangkung, sedotan, manik-manik, dan lainnya. Sedangkan untuk menggambar kangkung media yang disediakan adalah krayon, spidol, dan lainnya. Ini yang dimaksud dengan diferensiasi proses dimana anak bebas memilih media mana yang akan mereka gunakan dalam berkegiatan. Adapun penilaian, ragam teknik digunakan oleh guru sesuai dengan jenis kegiatan yang dipilih oleh anak. Bisa melalui observasi, anekdot, foto berseri, maupun ceklis.

Apakah pelaksanaan pembelajaran berdiferensiasi ini selalu mudah seperti bayangan di atas? Tentu saja dalam praktiknya pembelajaran berdiferensiasi ini menghadapi beberapa tantangan. Tantangan yang utama adalah kesiapan guru dalam menyiapkan semuanya. Tidak semua guru sanggup melakukan persiapan yang matang dan detil. Pada awal-awal praktik pembelajaran berdiferensiasi, TK Dharma Wanita Maor juga mengalami kegagapan karena sebelumnya hampir semua pembelajaran berbasis LK dan kertas. Jika sebelumnya guru hanya perlu meyiapkan buku atau lembar kerja yang harus dikerjakan anak tiap harinya, maka pada Kurikulum Merdeka ini sekolah harus bertransformasi pada pembelajaran berbasis konteks, berpusat pada siswa, dan pembelajaran berdiferensiasi. Tentu ini tidak mudah. Namun jika ada tekad, semua akan bisa terlaksana.

Tantangan lain yang dihadapi sekolah adalah persepsi orang tua. Orang tua  yang terbiasa menyaksikan bahwa proses belajar adalah berbasis buku tentu akan kaget dengan perubahan ini. Ada yang bisa menerima dan mendukung, namun tidak sedikit juga wali murid yang menolak karena mereka menganggap proses belajar dengan aneka ragam kegiatan ini hanya main-main dan bukan belajar.

Di sinilah peran satuan pendidikan untuk terus memberikan sosialisasi secara intensif tentang perubahan kurikulum. Satuan pendidikan juga diharapkan mampu melibatkan orang tua dalam tiap proses pengambilan kebijakan agar orang tua bisa mendukung tiap-tiap kegiatan yang diselenggarakan oleh sekolah.

#SemarakkanMerdekaBelajar 

#Hardiknas2023
#KurikulumMerdeka
#PembelajaranBerdiferensiasi

Dokpri
Dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun