Mohon tunggu...
Zuhriyyah Hidayati
Zuhriyyah Hidayati Mohon Tunggu... Dosen - Ibu tiga putra putri yang konsen pada dunia pendidikan, anak, dan keluarga

ibu, dosen, guru TK, wiraswasta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Praktik Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka Jenjang PAUD

31 Mei 2023   23:16 Diperbarui: 31 Mei 2023   23:25 5693
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri
Dokpri

Dokpri
Dokpri

Dalam masing-masing densitas itu juga terdiri dari ragam media. Dalam kegiatan memetik kangkung, siswa dibebaskan mau memetik dari daun, dari batang, ataupun dari akarnya. Dari kegiatan merangkai huruf, media yang disediakan adalah biji kangkung, kerikil, biji bunga matahari, dan lainnya. Untuk kegiatan meronce, media  yang disediakan adalah batang kangkung, sedotan, manik-manik, dan lainnya. Sedangkan untuk menggambar kangkung media yang disediakan adalah krayon, spidol, dan lainnya. Ini yang dimaksud dengan diferensiasi proses dimana anak bebas memilih media mana yang akan mereka gunakan dalam berkegiatan. Adapun penilaian, ragam teknik digunakan oleh guru sesuai dengan jenis kegiatan yang dipilih oleh anak. Bisa melalui observasi, anekdot, foto berseri, maupun ceklis.

Apakah pelaksanaan pembelajaran berdiferensiasi ini selalu mudah seperti bayangan di atas? Tentu saja dalam praktiknya pembelajaran berdiferensiasi ini menghadapi beberapa tantangan. Tantangan yang utama adalah kesiapan guru dalam menyiapkan semuanya. Tidak semua guru sanggup melakukan persiapan yang matang dan detil. Pada awal-awal praktik pembelajaran berdiferensiasi, TK Dharma Wanita Maor juga mengalami kegagapan karena sebelumnya hampir semua pembelajaran berbasis LK dan kertas. Jika sebelumnya guru hanya perlu meyiapkan buku atau lembar kerja yang harus dikerjakan anak tiap harinya, maka pada Kurikulum Merdeka ini sekolah harus bertransformasi pada pembelajaran berbasis konteks, berpusat pada siswa, dan pembelajaran berdiferensiasi. Tentu ini tidak mudah. Namun jika ada tekad, semua akan bisa terlaksana.

Tantangan lain yang dihadapi sekolah adalah persepsi orang tua. Orang tua  yang terbiasa menyaksikan bahwa proses belajar adalah berbasis buku tentu akan kaget dengan perubahan ini. Ada yang bisa menerima dan mendukung, namun tidak sedikit juga wali murid yang menolak karena mereka menganggap proses belajar dengan aneka ragam kegiatan ini hanya main-main dan bukan belajar.

Di sinilah peran satuan pendidikan untuk terus memberikan sosialisasi secara intensif tentang perubahan kurikulum. Satuan pendidikan juga diharapkan mampu melibatkan orang tua dalam tiap proses pengambilan kebijakan agar orang tua bisa mendukung tiap-tiap kegiatan yang diselenggarakan oleh sekolah.

#SemarakkanMerdekaBelajar 

#Hardiknas2023
#KurikulumMerdeka
#PembelajaranBerdiferensiasi

Dokpri
Dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun