Saat malam tiba, setelah menyelesaikan pekerjaannya, Mbok Mar duduk di beranda rumah. Hujan masih turun, menyisakan aroma tanah basah. Ia menatap gelap, memikirkan cucu-cucunya yang kini jarang bermain di halaman. Semua sibuk dengan gawai masing-masing. Dunia mereka berbeda dengan dunia Mbok Mar dulu.
Mbok Mar menarik napas panjang, lalu berbisik, seolah berbicara pada dirinya sendiri, "Zaman boleh berubah. Tapi syukur nggak boleh hilang. Daun ini kecil, tapi besar artinya kalau dimanfaatkan. Hidup itu ya seperti daun, kalau cuma dibiarkan jatuh ke tanah, hilang sia-sia."
Malam itu, dalam heningnya, Mbok Mar merasa puas. Meski dunia terus berubah, ia percaya nilai-nilai yang ia pegang teguh akan selalu memiliki tempat, setidaknya di hati orang-orang yang melihatnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H