Mohon tunggu...
Zuhdi Triyanto
Zuhdi Triyanto Mohon Tunggu... Operator - Tenaga Administrasi

Suka kopi apa saja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Anak Buruh Tani

5 November 2024   14:00 Diperbarui: 5 November 2024   14:09 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Namun setelah itu aku melanjutkan.

"Tentu saja cita - citaku sejak kecil setelah lulus nanti akan masuk ke kepolisian, tapi teman - teman tahu kan tinggi badanku cuma 150 cm. Dengan tinggi badan Segitu tentu cita-cita itu sudah pupus sebelum mendaftar. Tapi sebagai manusia yang diberi akal aku tentu saja tidak berhenti. Nanti setelah lulus, aku akan menikmati menjadi pengangguran terlebih dulu"

Suasana kelas menjadi riuh setelah kalimat itu keluar. Aku sepontan mengucapkannya, karena memang sangking bingungnya mau cerita apa. Lalu dengan muka tanpa merasa bersalah aku melanjutkan.

"Menikmati pengangguran adalah satu jalan menikmati rasa syukur" aku melanjutkan dengan kalimat yang belum mereka pahami.

"Selama  dua belas tahun kita bersekolah, paling kita cuma bisa menikmati libur dua minggu, itu pun ketika sudah sampai akhir semester. Jadi, setelah lulus nanti, aku pikir, waktu untuk menikmati pengangguran ini adalah hal yang paling pantas!"

Pak Tohari dan seisi kelas terlihat tertawa setelah aku menjelaskan itu, mungkin semuanya mengira ini adalah candaan. Namun aku melanjutkan dengan alasan-alasannya

"Dalam waktu nganggur itu kita bisa untuk sementara waktu ikut dalam kegiatan dikampung, misalnya ikut serta kegiatan ronda yang selama ini selalu menjadi tugas seorang Bapak. Sebagai anak laki -- laki yang setiap harinya bersekolah, pasti orang tua kita tidak membolehkan kita ikut kegiatan itu kan? 

Atau kita juga bisa ikut belajar menggarap sawah, tidak perlu yang rumit-rumit menanam padi. Bisa paham dan tahu betul soal pengairan ke sawah kita itu sudah sangat bagus. Kita tahu semakin hari tidak ada pemuda yang mau menjadi petani, semuanya ingin menjadi pegawai ini, pegawai itu yang kerja di kantor ber AC"

 

Memang tidak semua setuju dan mengerti atas apa yang aku ucapkan, namun melihat tatapan Pak Tohari yang seolah mengerti membangkitkan kepercayaan diriku. Setidaknya ada yang melihat ketulusanku. 

Aku tahu Pak Tohari adalah pencinta puisi, dari beberapa kali diskusi dengan beliau banyak membahas tentang penyair masa kini. Maka sebelum penutupan dengan salam aku sengaja menutupnya dengan kalimat yang puitis "Aku anak petani, Bapak Ibuku bahagia melihat aku menanam puisi"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun