Sebenarnya aku ingin menulis ini di kertas merah muda dengan wangi parfum kesukaanmu agar kamu tahu bahwa suamimu ini sangat mencintaimu.
Kamu pasti ingat betul dimana pertama kali kita bertemu. Pertemuan yang merupakan janji yang lama aku harus tunaikan. Pertemuan yang menjadikan banyak cerita setelahnya.
Sebentar, aku ingin mengundang detak jantung waktu itu, detak yang mulai tidak beraturan, detak yang membuat dada kiri ini bergemuruh kencang.
Aku menulis ini ketika sherly anak kita sedang pulas - pulasnya, setelah rewel menangis ingin segera tidur. Jatuh cinta itu sungguh sangat mengasikan, apalagi kamu tahu jatuh cinta berkali - kali kepada orang yang sama adalah seni menjalani rumah tangga.
Aku menulis ini karena aku sedang jatuh cinta lagi kepadamu, saat kau datang dengan segala belanjaanmu yang kau tenteng. Kau bilang "ah sayurnya tinggal segini tadi sampai berebut dengan emak - emak pabrikan".Â
Aku hanya melempar senyum, kau tahu aku tidak pintar berkomentar atas cerita - ceritamu.
Meski kini kau jarang masak karena jam mengajarmu yang penuh sejak pagi, aku masih sangat bersyukur karena apa yang selama ini aku inginka ada padamu, yaitu menantu itu harus seperti anak kandung mertua.Â
Aku sering berkata kepadamu : kebahagiaan itu adalah ketika kamu sedang asik menonton tv atau ghibah bareng ibuku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H