Episode pandemi Covid -19 belum usai. Kini cerita dan scenenya beralih namun tokohnya sama. Pemerintah sedang gembar-gembor bahwa datangnya vaksin dari Tiongkok dalam waktu dekat diyakini mampu menghalau pandemi Covid-19.Â
Namun optimisme pemerintah akan vaksin kontras dengan kalangan pakar dan praktisi kesehatan. Justru pemerintah diingatkan untuk tidak bersandar banyak pada vaksin.Â
Keadaan ini tentu dinilai sesuatu yang kontra produktif membuat masyarakat akhirnya was-was, takut apakah kandidat vaksin Sinovac, Sinopharm dan CanSino tersebut nantinya benar-benar aman.
Benang kusut informasi vaksin ini salah satu penyebabnya adalah karena tidak adanya kepastian. Kepastian waktu kapan vaksin itu benar-benar sudah siap dan lebih penting lagi adalah adanya proof (bukti) jaminan keamanan.Â
Tentu saja yang harus dibangun oleh pemerintah saat ini adalah menguatkan trust/kepercayaan masyarakat pada pemerintah sehingga apapun yang disampaikan pemerintah khususnya tentang vaksin ini akan dipercaya.Â
Kita mendambakan ingin segera lepas dari jeratan ancaman pandemic Covid-19 yang memilukan ini. Tak terhitung berapa banyak pekerja yang saat ini kehilangan pekerjaannya, anak-anak kita tentu sudah begitu merindukan ingin berjumpa teman-temannya di sekolah, bercerita banyak apalagi mereka yang pada tahun ini masuk pada jenjang baru di sekolah yang baru pula.Â
Namun keadaan itu bukan berarti zero some gives melihat vaksin Covid-19 itu segalanya saat ini tanpa memperhitungkan aspek kehati-hatian demi keamanan dalam jangka panjang.Â
Tidak dapat dibayangkan apa yang terjadi bila wabah ini masih terus berada di muka bumi ini. Oleh sebab itu ditengah situasi yang serba tak mudah ini, akhir-akhir ini kita disuguhkan dengan informasi vaksin Covid-19 yang simpang siur yang memperkeruh keadaan. Persoalannya hanya satu terletak pada buruknya penataan komunikasi.
Komunikasi Krisis dan Media
Dalam situasi krisis banyak timbul isu, rumor, spekulasi dan lain sebagainya. Keadaan ini akan berujung pada terbentuknya image yang tidak menguntungkan. Semerawutnya situasi ini diperparah karena banyaknya pejabat yang berbicara.Â
Sebut saja ada juru bicara pemerintah untuk Penanganan Covid-19, kemudian yang sering bergati-ganti muncul dari Tenaga Ahli Utama KSP, kemudian dari Badan POM, Ikatan Dokter Indonesia, Kantor Kementrian Kesehatan, Epidiomolog dan para pengamat lainnya.Â